Ketut Gede Mudiarta Kajian Sosiologi Ekonomi menyatakan bahwa pertambahan jumlah penduduk berhubungan langsung dengan variabel sosial ekonomi penduduk, baik di negara maju maupun berkembang. Negara-negara ini berupaya meningkatkan kesejahteraan penduduknya melalui berbagai kebijakan pembangunan, seperti pemanfaatan penduduk sebagai komponen sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, Smelser dan Swedberg (2005) menyatakan bahwa sosiologi ekonomi harus lebih memperhatikan hal-hal berikut: Analisis sosiologis terhadap proses ekonomi, seperti nilai (kesepakatan) antara produsen dan pelaku ekonomi; (i) pengkajian hubungan antara perekonomian dan institusi lain dalam masyarakat; (ii) pengkajian hubungan antara perekonomian dan institusi lain seperti agama, politik, dan birokrasia; (iii) pengkajian hubungan antara perekonomian dan institusi lain dalam masyarakat.[5]
Â
Menurut penelitian Titik Sumarti, teori ekonomi merupakan hasil kerja individu dalam rekonstruksi sosial jangka panjang. Sebagai salah satu jenis tindakan sosial, tindakan ekonomi melibatkan makna dan memperhatikan kekuasaan; Tindakan ekonomi dipengaruhi oleh serangkaian pertimbangan tertentu yang menjadi landasan yang kokoh. Pentingan adalah fenomena sosial yang didefinisikan dalam konteks sosial dan dikaji melalui hubungan sosial.[6]
Â
Astika Tulisan Nur Fahriani dan Nila Asyrofus Shofar menjelaskan bahwa ekonomi manusia mempunyai jaringan sosial yang dapat digolongkan menjadi tiga kategori, menurut Max Weber. Pertama, menganggap ekonomi sebagai ilmu sosial. Kedua, statistik ekonomi yang menunjukkan keadaan perekonomian. Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang terus menurun. Psikologi Weberian memiliki empat kategori: psikologi instrumental, psikologi nilai, psikologi tradisional, dan psikologi efektif (Syukur, 2018). Di sini penulis akan menjelaskan teori psikologi sosial Weber secara singkat. Pada mulanya rasionalitas cukup penting. Dalam rasionalitas instrumental jenis ini, perilaku sosial manusia didasarkan pada pertimbangan dan perhitungan rasial, yaitu bagaimana faktor rasial mempengaruhi perilaku ekonomi. Kedua, tindakan yang berorientasi pada nilai-nilai yang sifatnya non rasional. Acuan penggunaan ini pada dasarnya adalah rupa, yaitu serupa dengan pertimbangan-pertimbangan rasional yang berkaitan dengan penggunaan, efisiensi, dan ada pula yang tidak sebaik dulu. Ketiga, tari tradisional merupakan tari pergaulan yang tidak bersifat rasional karena hanya menyangkut adat istiadat atau ritual masyarakat saat ini.[7]
Â
Penelitian Akmal Hakim menjelaskan secara teoritis bahwa setiap sistem ekonomi selalu berinteraksi dengan struktur sosial. Hal ini menjelaskan peran ekonomi dalam hubungan sosial. Selain itu dijelaskan bahwa terdapat beberapa prinsip mendasar yang memperlemah dampak hubungan antara jaringan sosial dan manfaat ekonomi, khususnya manfaat ekonomi yang diperoleh secara bertahap dari jaringan yang dekat dengan penggunanya.[8]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H