*
Nino P.O.V
Aku bisa melihat Ryfan sedang memeluk Kirana dari jendela kamarku. Aku tidak tahu apa yang kurasakan sekarang saat melihat mereka berpelukan begitu. Ada perasaan bahagia, sedih, dan iri. Ya, iri. Karena aku tahu betul rasanya menjadi mereka yang saling mencintai, berharap berumur panjang dan bisa hidup selamanya berdua.
Tiba-tiba kepalaku pusing dan aku juga merasa mual. Sepertinya aku terlalu kelelahan hari ini. Aku berharap Kirana tidak terlalu lelah seperti aku. Aku memutuskan untuk segera berbaring, berharap pusing yang kurasakan bisa segera menghilang. Rasanya pusing itu semakin menjadi dan aku hampir kehilangan keseimbangan.
"Nino!" Ibu menahan tanganku. Aku hampir jatuh dan menabrak meja.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya ibu dengan wajah khawatir.
"Nggak, bu. Cuma nggak enak badan,"
"Mungkin kamu terlalu capek hari ini. Ibu antar ke kamar ya?"
Aku membiarkan ibuku menuntunku ke kamar. Aku merasa lemah sekali, sampai-sampai masih harus dituntun ibu.
"Ibu tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang," kata ibu.
"Sebelum bersama ayah, ibu juga pernah mengalami hal yang sama denganmu, Nino. Calon suami ibu dulu, meninggal dunia karena menyelamatkan ibu,"