Ryfan P.O.V
Kirana menceritakan segalanya padaku tentang kak Nino. Aku merasa mungkin kak Nino sangat terpukul dan merasa memiliki andil atas kematian Alisia. Aku yakin itu, tapi aku belum menemukan alasan sebenarnya. Cinta yang dirasakan kak Nino pasti sangat besar. Karena itu kak Nino tidak bisa melupakan Alisia dan masih berharap kalau ini semua mimpi.
"Aku harap kak Nino cepat berubah, kembali seperti dulu." Kata Kirana.
"Yah... semua orang berharap seperti itu. Tapi selama ini nggak ada yang bisa masuk ke dalam hidupnya kak Nino. Bahkan ibu sekalipun."
"Kalau begitu yang harus kita lakukan bukan pergi dan membiarkan kak Nino seperti itu,"
Aku tersenyum dan membelai kepala Kirana. Dia sungguh terlihat sangat lucu. Satu sisi dia takut pada kak Nino yang begitu dingin, tapi disisi lain dia sangat peduli pada kak Nino. Aku bersyukur Kirana dan ibu ada disini dan membuatku tidak merasa kesepian. Walaupun ada kak Nino disini, kadang rumah masih terasa sepi, seperti saat aku masih tinggal sendiri.
"Sudah, aku mau berangkat dulu. Kamu istirahat Fan. Tadi malam kan habis jaga UGD," kata Kirana sambil berdiri. Aku menarik tangannya.
"Hm, baiklah. Benar mau berangkat sendiri? Nggak perlu diantar?"
"Benar, lagipula aku pergi sama ibu. Ibu mau ke pasar katanya,"
Aku mengangguk dan melepaskan tangannya. Kirana tersenyum manis, dan hal kecil itu membuatku berdebar. Ia melambaikan tangan sekali lagi dan aku melihatnya keluar dari kamarku. Kadang aku merasa cemburu juga saat Kirana memperhatikan kak Nino seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Jika memang Kirana bisa masuk ke dalam hidup kak Nino dan membuat kak Nino kembali lagi, aku tidak akan mengeluh. Karena aku tahu isi hati Kirana sendiri.
*