Mohon tunggu...
Yusril Izha Mahendra
Yusril Izha Mahendra Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan

Keberanian Itu Mewabah

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Lampung: Terasingkan di Rumahnya Sendiri

7 Desember 2021   09:30 Diperbarui: 7 Desember 2021   09:34 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika berdasarkan klasifikasi vitalitas atau kemampuan bertahan menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Dari 801 bahasa daerah yang tervalidasi sebanyak 37% berstatus aman, 19% stabil tetapi terancam punah, 3% mengalami kemunduran, 25% terancam punah, 5% kritis, dan 11% sudah punah. 

Bahasa daerah yang masih berstatus aman memang memiliki nilai persentase yang paling tinggi dibanding status yang lain. Namun, jika diamati jumlah ini relatif kecil karena sebesar 52% atau setara dengan 51 bahasa daerah yang tersebar di berbagai provinsi statusnya mengarah kepada kepunahan.

Kemudian bagaimana dengan kondisi Bahasa Lampung itu sendiri?

Berdasarkan Statistik Kebahasaan 2019 yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat 6 (enam) bahasa daerah yang ada di Provinsi Lampung. 

Keenam bahasa daerah yang sudah terverifikasi dan termutakhir menurut dialektologi dan sosiolinguistik tersebut di antaranya bahasa Lampung, bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa Bugis dan bahasa Basemah. 

Untuk bahasa Lampung sendiri terbagi menjadi empat dialek dengan wilayah penuturnya masing-masing, yaitu dialek Abung, dialek Pesisir, dialek Pubian, dan dialek Komering.

Pada tahun 2001 berdasarkan data yang diperoleh dari Summer Institute of Linguistics (SIL) bahasa Lampung menjadi salah satu dari 13 bahasa daerah terbesar dengan penutur lebih dari satu juta. 

Di antaranya yaitu, bahasa Jawa (75.200.000 penutur), bahasa Sunda (27.000.000 penutur), bahasa Melayu (20.000.000 penutur), bahasa Madura (13.694.000 penutur), bahasa Minangkabau (6.500.000 penutur), Bahasa Batak (5.150.000 penutur), bahasa Bugis (4.000.000 penutur), bahasa Bali (3.800.000 penutur), bahasa Aceh (3.000.000 penutur), bahasa Sasak (2.100.000 penutur), bahasa Makasar (1.600.000 penutur), bahasa Lampung (1.500.000 penutur) dan bahasa Rejang (1.000.000 penutur).

Namun kondisi berbeda di tunjukan berdasarkan data sensus penduduk 2010. Dengan menggunakan data bahasa yang dipakai sehari-hari pada bagian laporan Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010, bahasa Lampung seakan tergerus di rumahnya sendiri.

Dengan jumlah penduduk mencapai 7.581.948 jiwa 55 persen di antaranya sebagai penutur bahasa Jawa dalam komunikasi sehari-hari. Sementara itu, bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi sehari-hari menempati urutan kedua (22, 74 persen) dan urutan ketiga adalah bahasa Sunda yang hampir delapan persen . Sedangkan untuk bahasa Lampung sendiri diperkirakan sekitar 13% dari keseluruhan (Suyanto, 2017).

Kondisi tersebut sebenarnya tidak terlalu mengejutkan jika melihat data asal suku bangsa atau etnis penduduk yang berada di Provinsi Lampung. Hal ini disebabkan etnis atau suku asli Lampung bukanlah mayoritas penduduk di Provinsi Lampung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun