Mohon tunggu...
Yusril FarukHaydra
Yusril FarukHaydra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa kampus Universitas Nasional, Jakarta. Saat ini saya sedang menempuh semester 2 dengan jurusan Ilmu Komunikasi dan berfokus pada Jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pro dan Kontra Masyarakat Melihat Citayam Fashion Week

5 Agustus 2022   22:32 Diperbarui: 5 Agustus 2022   22:41 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi / Dukuh Atas

Jakarta, Indonesia -- Fenomena Citayam Fashion Week semakin ramai dibicarakan publik sejak beberapa bulan terakhir. Tentu saja hal tersebut tidak lepas dari bagaimana keunikan suasana yang disuguhkan di kawasan Dukuh Atas tersebut. Terutama pada malam hari, kerlap-kerlip lampu ibukota Jakarta menambah suasana yang meriah di trotoar tersebut. Belum lagi kehadiran pemuda-pemudi yang datang dari berbagai daerah menjadikan Citayam Fashion Week semakin riuh.

Citayam Fashion Week merupakan sebuah pagelaran fashion show yang dilakukan di atas zebra cross lampu merah wilayah Dukuh Atas. Bermula di bulan Juni tahun 2022, pagelaran ini hadir dari sejumlah anak muda yang awalnya hanya memilih area tersebut sebagai tempat tongkrongan. Semakin berjalannya waktu, semakin ramai pula pemuda-pemudi yang datang. Kebanyakan mereka berasal dair wilayah Sudirman, Citayam, Bojong Gede dan Depok.

Pada 27 Juli lalu, Polda Metro Jaya mengungkapkan bentuk dukungannya terhadap pagelaran ini. Ungkapan tersebut disampaikan berbentuk tertulis di situs resminya.

"Polda Metro Jaya tentunya mendukung apa yang menjadi arahan bapak Presiden Jokowi, bahwa kita harus mendukung adanya trend yang sedang digandrungi anak muda, yaitu Citayam Fashion Week. Oleh sebab itu, Polda Metro Jaya sebagain penanggung jawab keamanan bekerja sama dengan pemerintah Daerah DKI, dalam hal ini Satpol PP, kita akan memberikan rasa aman kepada masyarakat yang datang ke sana," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes, Pol. Endra Zulpan, S.I.K., M.Si.

Salah satu ciri khas orang-orang yang mengunjungi daerah Dukuh Atas tersebut adalah outfit-nya yang unik dan trendi. Kala lampu merah menyala, pemuda-pemudi tersebut mulai berlenggak-lenggok di atas zebra cross sambil memamerkan outfit-nya bak super model professional. Merespon hal tersebut, nama Citayam Fashion Week pun lahir sebagai pagelaran fashion show dadakan tersebut.

"Iya, aku selalu ke sini (Citayam Fashion Week) setiap malamnya. Citayam Fashion Week ini tuh menjadi tempat kita menunjukkan ciri khas kita melalui pakaian yang kita pakai. Pakaiannya warna-warni, sesuai keinginan masing-masing.," tukas Fitriani (17) yang kala itu berhasil ditemui di daerah Citayam Fashion Week pada Senin malam (1/8/2022).

Sejumlah kalangan memang menyetujui bahwasanya Citayam Fashion Week ini telah menjadi salah satu ruang berekspresi muda-mudi yang berdatangan di sini. Terbatasnya ruang gerak dalam menuangkan aspirasi seperti fasilitas umum di Citayam menjadikan CFW ini hadir sebagai solusi baru.

Setiap individu pun memiliki alasan tersendiri ketika ingin berkunjung ke CFW. "Aku senang di sini, bisa bareng pacar bisa juga sama teman-teman. Di sini menyenangkan banget sih karena suasananya yang ramai jadi bisa berkenalan dengan orang baru dari berbagai wilayah. Ada yang dari Bogor, Bojong Gede, dari utara sampai selatan semua juga main kesini" ungkap Fitriani.

Dari hasil pengamatan penulis sendiri, Citayam Fashion Week ini mencapai 500 orang di setiap malamnya. Ramainya pengunjung menjadikan CFW semakin sesak, apalagi di saat deretan artis seperti Paula Verhoeven, Marion Jola hingga Nathalie Holscher juga mengunjungi area ini untuk melakukan fashion show.

Di samping Citayam Fashion Week ini menjadi acara baru bagi sekelompok orang, di lain sisi nyatanya beberapa masyarakat juga cukup rishi melihat fenomena ini. Bahkan, tak sedikit yang menilai bahwa CFW jelas sekali melanggar Pasal 131 UU No.22 Tahun 2009. Pasal tersebut yang berisikan hak pejalan kaki untuk menikmati fasilitas umum seperti penyebrangan, trotoar hingga fasilotas lainnya. Karena selama CFW hadir, sejumlah pejalan kaki merasa terganggu.

Salah satunya datang dari Muhammad Taufik (28) yang merupakan seorang pekerja swasta. Sehari-harinya pria yang akrab disapa Taufik itu menggunakan trotoar dan zebra cross di lampu merah Dukuh Atas tersebut sebagai jalan pergi dan pulang dari tempat kerjanya.

"Setiap pagi dan sore saya lewat di sini," ucap Muhammad Taufik saat ditemui Senin (1/8/2022). "Iya cukup membebani bagi saya pribadi, ya. Karena semenjak adanya CFW jalanan sekitar selalu macet. Bahkan ketika ingin menyebrang harus mengantre lama karena mereka fashion show dulu," lanjutnya.

Meski merasa cukup terbebani dengan adanya CFW, di sisi lain Taufik juga ikut merasa senang dengan euforia fashion show di atas zebra cross tersebut.

"Suka lihat sama gaya-gaya anak muda di sini. Mereka pada stylish dan unik-unik. Harapannya sih mereka bisa terus berkreasi dengan gaya tapi bagusnya jangan di sini. Soalnya dari awal disini emang sudah padat sama pejalan kaki. Kalau ada CFW di hari kerja, makin macet pasti.

Tak hanya itu, salah satu pengguna jalan lainnya yang berhasil ditemui adalah Azizah Putri (22). Sama seperti Taufik, Azizah juga merupakan pekerja kantoran yang sehari-harinya menggunakan fasilitas umum seperti trotoar dan zebra cross.

"CFW ini memang seru, tapi makin kesini makin mengganggu karena jalanan semakin sesak," ucap Azizah. "Aku cuma berharap ada ruang khusus buat CFW ini diteruskan, tapi gak di sini, dong. Soalnya padet banget," lanjutnya.

Sekelompok orang yang kontra seperti Taufik dan Azizah memang masih mendukung adanya CFW sebagai ajang perkembangan fashion di masyarakat, utamanya kaum muda. Tetapi memang ada baiknya jika CFW ini diberikan ruang terbuka khusus sehingga tidak akan membebankan pengguna jalan. Atau CFW tetap diselenggarakan di Dukuh Atas, tetapi penyelenggaraannya yang berkala seperti hanya untuk hari weekend Sabtu dan Minggu.

Selama adanya Citayam Fashion Week ini kemacetan bukan lagi hal yang baru. Kemacetan di daerah Dukuh Atas ini semakin diperparah karena orang yang datang ke CFW ada yang parkir sembarangan, sebagaimana beberapa video yang tersebar luas di media sosial seperti Twitter hingga TikTok.

Dari apa yang disampaikan Taufik dan Azizah terlihat bahwasanya CFW ini memang memberikan pandangan yang berbeda dari beberapa pihak masyarakat. Ada kelompok pro dan kontra dalam melihat Citayam Fashion Week ini. Bahkan CFW dinilai mampu mengalahkan Harajuku Fashion Street di Jepang. Dukungan untuk CFW pun datang dari berbagai pihak dilayangkan agar CFW tetap berjalan.

Di samping ada yang mendukung acara ini, ada pula yang masih menolak keberadaan CFW mengingat jalanan yang semakin ramai sehingga mereka kesulitan dalam mengakses jalanan di daerah Dukuh Atas. Tak jarang pula ada yang menilai bahwa CFW ini sebagai sumber kriminalitas, mengingat semakin meningkatnya pengunjung di sana maka semakin rentan pula terjadi tindak kriminal seperti penculikan dan perkelahian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun