Mohon tunggu...
Yusril
Yusril Mohon Tunggu... Mahasiswa - aktif

Mahasiswa Ilkom | cita-cita jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Suara Yang Terpendam

10 November 2018   13:54 Diperbarui: 11 November 2018   21:59 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lihatlah...

Kerutan keriput melanda ibu pertiwi

Letupan ruang kekosongan mengisi kehampaan

Air mata yang keruh seakan akrab dengan suasana

Jeritan hati kerinduan para penanti keadilan

keadilan yang tak kunjung tampak 

Hanya mengisahkan kesensaraan yang sesak.

Lihat...

Belenggu-belenggu kemiskinan yang mengundang kelaparan

Para pengais sampah mencari secercah kehidupan

Menyandarkan bahu dibawah sang Garuda yang tak lagi gagah

Sayap-sayapnya telah patah terpinta bengisnya sang penguasa tahta

Sayap-sayapnya patah sebelum ia mengarungi luas dan canggihnya samudra peradaban .

Kini....

Hanya berkisahkan nama dan lambang yang tiada arti 

Artinya ada tapi sang penguasa yang tak lagi mampu membaca

karena budinya telah lenyap tertutup hasrat dan nafsu yang membabi buta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun