Tuhan menciptakan segala sesuatu selalu disertai dengan ciri khas atau karakteristiknya masing-masing, baik itu hewan, tumbuhan, manusia, batu, air, bahkan makhluk tak kasat mata sekalipun. Dari sekian banyak ciptaan Tuhan tersebut, manusia adalah objek paling seru untuk dibahas. Bagaimana tidak? Layaknya bunglon, manusia bisa memiliki kemampuan "Mimikri" versi-nya sendiri.
**
Akhir-akhir ini, publik cukup dikejutkan oleh kemunculan wujud asli Lucinta Luna yang mengaku bernama Muhammad Fatah di kanal Youtube milik Boy William. Video yang diunggah pada hari Selasa, 26 Oktober 2021 itu berhasil menjadi Trending 1 di Youtube Indonesia selama lima hari.
Dia berani tampil sebagai Muhammad Fatah dengan suara yang kontras berbeda dengan Lucinta Luna dan menceritakan latar belakang, keresahan, serta alasan dia menjadi seorang Lucinta Luna.
Meskipun pada akhirnya dia mengaku bahwa itu hanya konten prank semata, tapi publik percaya bahwa sebenarnya konten tersebut adalah kenyataan yang selama ini ditutup-tutupi.
Alih-alih membahas "Siapa Lucinta Luna Sebenarnya", tulisan saya kali ini akan lebih membahas tentang hasil analisa saya mengenai latar belakang, keresahan, dan alasan yang dia paparkan di video tersebut.
Sebelumnya, saya disclaimer terlebih dahulu bahwa tulisan ini hanya sebatas opini, jadi sila lebih bijak dalam memahaminya.
***
Seperti yang sudah saya tuliskan di awal, Layaknya bunglon, manusia bisa memiliki kemampuan Mimikri versi-nya sendiri. Manusia menggunakan kemampuan Mimikrinya untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan mempertahankan diri dari gangguan musuh. Proses Mimikri manusia relatif berbeda tergantung keinginan orang yang melakukannya.
Nah, Muhammad Fatah ini semacam sedang menggunakan kemampuan mimikrinya dengan menjadi seorang Lucinta Luna.
Dia menggunakan Lucinta Luna untuk bisa beradaptasi dengan lingkungannya dan mempertahankan diri dari kemiskinan.
Berangkat dari pengaruh lingkungan masa kecil yang membuatnya merasa tidak nyaman menjadi seorang laki-laki menjadikan Muhammad Fatah berpikir untuk melakukan hal kontroversial di hidupnya. Dia berani mengambil keputusan untuk melakukan transgender meskipun tahu konsekuensinya dan merogoh kocek yang tidak sedikit.
Melakukan hal tersebut agar bisa bertahan hidup juga menjadi salah satu alasannya. Dia merasa perlu melakukannya agar dia bisa terkenal, mempunyai banyak followers, muncul di Tv, dan punya banyak uang. Dia menggunakan Lucinta Luna bak mesin ATM-nya saja.
Dia berpendapat bahwa kebohongan-kebohongan yang dia ucapkan ketika menjadi Lucinta Luna hanyalah alat yang dia gunakan untuk bekerja sebagai seorang entertainer, yaitu menghibur masyarakat.
Tapi, dibalik itu semua, ada sisi kemanusiaan yang saat ini dia rasakan.
Menjalani hari demi hari dengan tidak menjadi dirinya versi asli tentu saja membuatnya tidak nyaman, tertekan, dan takut. Takut dosa, takut rahasianya terungkap, dan lain sebagainya.
Sebagai orang yang beragama, sebenarnya dia tahu bahwa hal yang dia lakukan sudah sangat melenceng dari aturan yang seharusnya. Dia tahu bahwa nantinya akan ada hari dimana dia harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang dia perbuat. Dia pun tahu bahwa setiap manusia harus kembali ke kodrat.
***
Lalu, apa yang bisa kita petik dari sekelumit kisah Lucinta Luna ini?
Manusia, sehebat; secantik; setampan; sepintar; dan sekaya apapun dia pasti selalu memiliki masalah dalam hidupnya. Kadar masalah yang dialami setiap manusia tentunya berbeda.
Yang seharusnya kita lakukan adalah berusaha untuk tidak membuat masalah lain kepada manusia lain. Berusaha untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.
Terkadang kita tidak tahu hal apa yang akan membuat orang lain over thinking dan sakit hati sehingga membuatnya melakukan hal yang bisa dibilang di luar nalar.
Saya tidak bermaksud membenarkan dan membela Lucinta Luna atau orang lain yang melakukan hal serupa.
Tapi ayolah! Saya yakin pembaca adalah orang-orang bijak yang juga mengerti apa yang saya maksud.
***
Selesai.
Sumber:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H