Berangkat dari pengaruh lingkungan masa kecil yang membuatnya merasa tidak nyaman menjadi seorang laki-laki menjadikan Muhammad Fatah berpikir untuk melakukan hal kontroversial di hidupnya. Dia berani mengambil keputusan untuk melakukan transgender meskipun tahu konsekuensinya dan merogoh kocek yang tidak sedikit.
Melakukan hal tersebut agar bisa bertahan hidup juga menjadi salah satu alasannya. Dia merasa perlu melakukannya agar dia bisa terkenal, mempunyai banyak followers, muncul di Tv, dan punya banyak uang. Dia menggunakan Lucinta Luna bak mesin ATM-nya saja.
Dia berpendapat bahwa kebohongan-kebohongan yang dia ucapkan ketika menjadi Lucinta Luna hanyalah alat yang dia gunakan untuk bekerja sebagai seorang entertainer, yaitu menghibur masyarakat.
Tapi, dibalik itu semua, ada sisi kemanusiaan yang saat ini dia rasakan.
Menjalani hari demi hari dengan tidak menjadi dirinya versi asli tentu saja membuatnya tidak nyaman, tertekan, dan takut. Takut dosa, takut rahasianya terungkap, dan lain sebagainya.
Sebagai orang yang beragama, sebenarnya dia tahu bahwa hal yang dia lakukan sudah sangat melenceng dari aturan yang seharusnya. Dia tahu bahwa nantinya akan ada hari dimana dia harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang dia perbuat. Dia pun tahu bahwa setiap manusia harus kembali ke kodrat.
***
Lalu, apa yang bisa kita petik dari sekelumit kisah Lucinta Luna ini?
Manusia, sehebat; secantik; setampan; sepintar; dan sekaya apapun dia pasti selalu memiliki masalah dalam hidupnya. Kadar masalah yang dialami setiap manusia tentunya berbeda.
Yang seharusnya kita lakukan adalah berusaha untuk tidak membuat masalah lain kepada manusia lain. Berusaha untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.
Terkadang kita tidak tahu hal apa yang akan membuat orang lain over thinking dan sakit hati sehingga membuatnya melakukan hal yang bisa dibilang di luar nalar.