Mohon tunggu...
Yusran Pare
Yusran Pare Mohon Tunggu... Freelancer - Orang bebas

LAHIR di Sumedang, Jawa Barat 5 Juli. Sedang belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pileuleuyan, Kang Jalal...

16 Februari 2021   02:53 Diperbarui: 16 Februari 2021   05:27 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak syak lagi, Kang Jalal adalah seorang pemikir yang independen, tidak mau terikat oleh pendapat siapa pun dan aliran apa pun, sebelum dia menimbang sendiri argumen-argumen secara kritis.

Karena itu, lanjut Mujib, kita seringkali terperangah oleh aneka gagasannya yang segar, orisinil dan mencerahkan. 

Independensi ini juga yang membuatnya berani melawan arus, menyampaikan sesuatu yang diyakininya ke publik, meskipun akibatnya dia harus menerima hujatan dan caci maki.

Siapapun yang pernah menghadiri ceramah dan seminar bersama Kang Jalal, atau membaca buku-bukunya, akan merasakan betapa luas pengetahuannya, dan betapa banyak sumber yang dibacanya, tulis Mujib di laman facebook-nya.

Kabar kepergian Kang Jalal juga menyentak Nezar Patria, aktivis reformasi yang kemudian jadi jurnalis dan kini memimpin PT Pos Indonesia.

"Saya tak pernah lupa pada sepotong doa kaum tertindas yang ditulis oleh Fikri Yathir dalam kolom tetapnya di Majalah Ummat pada 1998," tulis Nezar.

Sudah tiga bulan ia ditahan di sel itu dengan tuduhan subversif dan makar, sementara gerakan mahasiswa kian garang di jalanan melawan kediktatoran Soeharto. 

Di dinding atas tembok itu, tulis Nezar di laman facebook-nya, ada terawangan kecil yang membuatnya tahu apakah sekarang hari telah malam ataukah pagi.

"Lewat cahaya yang menembus terawangan itu, saya membaca kolom Fikri Yathir," kata Nezar.

Kertas sobekan halaman majalah itu sudah lusuh, dan mungkin bekas bungkus makanan. Dia tak ingat lagi kata-kata yang tertulis di sana secara verbatim, tapi kira-kira seperti ini: 

"Tuhan berilah kami kekuatan seperti yang kau berikan pada sebutir padi untuk tumbuh, seperti kilatan petir yang membuat mendung jadi hujan, seperti gerak bumi mengitari matahari yang memberikan kami cahaya pagi". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun