Lahir di Bandung, 29 Agustus 1949. Terakhir tercatat sebagai dosen, guru besar, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bandung.
Kang Jalal mendapatkan gelar master komunikasi dari Iowa State University dan doktor ilmu politik dari Australian National University.Â
Setelah pensiun sebagai dosen, pada tahun 2013 dia terjun ke dunia politik dan bergabung dengan PDI-P. Dia memilih partai tersebut karena menurutnya hanya PDI Perjuangan yang membela kaum minoritas.
Kang Jalal dibesarkan di kalangan Nahdatul Ulama, dan kemudian aktif di gerakan Muhammadiyah. Saat ini dia lebih dikenal sebagai tokoh Syiah di Indonesia.Â
Dia ikut membidani organisasi Syiah di Indonesia, yaitu Jamaah Ahlulbait Indonesia (Ijabi) pada awal Juli 2000.Â
Cendekiawan muda Nahdlatul Ulama (NU) Zuhairi Misrawi menyebut Kang Jalal sebagai mutiara intelektualisme Islam negeri ini.
"Saya pribadi mempunyai hubungan batin, guru dan murid. Saya berhutang budi pada almarhum, karena karya-karya almarhum menginspirasi saya dan seantero pemikir Muslim di negeri ini," tulis Zuhairi pada laman facebook-nya.
Di mata penyair Diro Aritonang, Kang Jalal adalah sosok yang selalu menginspirasi. "Semoga akan ada yang meneruskan semangat untuk selalu memperhatikan kaum minoritas dan para mustadhafin," tulis Diro, rekan saat kami di Salam.
Dari Banjarmasin, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari, Prof. Dr. Mujiburrahman, menyatakan ada rasa kehilangan yang tak terperi setelah mengetahui Jalal wafat.
"Bagi saya, dan saya yakin banyak orang lainnya, Kang Jalal adalah figur cendekiawan sejati yang independen dalam pemikiran dan tak pernah berhenti belajar dan mencari," tulis Mujiburrahman.
Lebih dari itu, tambah dia, Kang Jalal adalah pribadi yang menguasai seni bertutur, baik lisan ataupun tulisan, yang memukau dan humoris.