Perasaan saya makin tak menentu. Antara khawatir dan takut. Entah mengapa. Mungkin hanya karena sebagai orang biasa, bukan termasuk orang alim, apalagi saleh, tiba-tiba saya ‘tersesat’ ke Rumah Allah, di Tanah Haram yang suci.
Menjelang tengah malam, kami tiba di Kota Makkah. Subhanallah, saya bisa merasakan getaran spiritnya di antara pendaran gemerlap lelampuan. Masjidil Haram di depan mata. Ini nyata. Ada perasaan aneh yang menjalari seluruh jaringan tubuh saya. Seperti demam yang merambat perlahan. Tuhan! Aku datang ke rumah-Mu!
Umrah pertama pertama ini kami lakukan lewat tengah malam menuju dini hari. Saya pun larut di tengah gelombang manusia dalam tawaf yang bergemuruh. Saya kesulitan membaca sambil melafalkan keras-keras doa-doa yang tercantum pada buku panduan. Manusia begitu padat, seolah tak menyisakan ruang untuk bergerak. Apalagi berjalan sambil membaca buku doa.
Saya putuskan mengabaikan buku itu, dan mencekal lengan mutawif erat-erat. Dengan berimpit seperti itu, saya bisa mendengar jelas apa yang diucapkannya keras-keras. Saya membeo. Mengucapkan dengan keras pula kata demi kata. Tepat atau tidak apa saya lafalkan, tak tahulah. Tapi saya meyakini Allah Maha Mengerti.
Subhanallah....setiap menatap Kabah, mata berkaca-kaca. Airmata merebak tak terbendung. Kerongkongan tercekat, sehingga sulit melafalkan dengan benar apa yang saya dengar dari mutawif. Jadi, saya putuskan lebih banyak menatap langit dan menatap ke depan ke arah kerumunan atau ke sisi kanan.
Tapi, selalu saja kepala ini terpaling ke Kabah, dan selalu pula reaksi seperti tadi terjadi. Kerongkongan tercekat, mata kebanjiran tangis. Jadi, sepanjang tawaf itu saya lebih banyak berkutat mengendalikan emosi agar bisa tetap melafalkan doa-doa secara benar. Subhanallah!
Mungkin inilah yang disebut pangggilan. Saya teringat syair sebuah lagu pada naskah Balada Iduladha yang saya tulis pada 1989 untuk siaran nasional Lingga Binangkit di TVRI.
Lirik berjudul Kasidah Kepasrahan itu lagunya digubah Mutohar dan diaransemen Purwatjaraka:
Kami datang ya Tuhan
Tuk penuhi panggilanMU
Kurnia dan kuasa
hanyalah milikMU
Semua milikMU jua
Allah Yang Mahaagung!
: Labbaik Allahumma Labbaik! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H