Sejak tahun 2001-2013, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah memberikan bantuan sarana dan prasarana (sarpras) bagi masyarakat di berbagai pulau. Bantuan itu mencakup Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), air bersih, sarana telekomunikasi (telepon satelit), jetty, sarana budi daya ikan, dan sarana penangkapan ikan (katinting). Namun bantuan itu masih amat terbatas untuk membangun pulau-pulau terluar kita.
Terabaikannya pulau-pulau itu menjadi kenyataan ironis buat kita. Di negeri yang nenek moyangnya adalah para pelaut ulung, sektor kelautan menjadi sektor yang kerap terabaikan. Di negeri yang kebanyakan wilayahnya adalah lautan, titik berat pembangunannya adalah wilayah darat. Semua infrastruktur lebih banyak menyentuh daratan. Kota-kota banyak berdiri. Berbagai fasilitas dibangun demi memudahkan gerak dan laju pembangunan. Sementara wilayah laut justru terlupakan. Lautan dipandang sebagai arena, tidak dilihat sebagai semesta yang di dalamnya terdapat hubungan ekologis yang mengagumkan antara manusia, sumber daya laut, beserta semesta yang melingkupinya.
Tapi setidaknya kita bisa berharap banyak pada anak muda seperti Linda dan Jeszy. Mereka adalah pahlawan belia yang hidup bersama warga pulau demi membangkitkan kesadaran semua pihak tentang pentingnya lautan. Mereka menampar kesadaran semua pihak bahwa semua orang bisa menjadi pahlawan dengan melakukan langkah-langkah sederhana namun penuh makna bagi masyarakat sekitar. Mereka adalah pejuang kemanusiaan di pulau-pulau kecil yang melakukan kerja-kerja sosial demi menguatkan marwah kita sebagai negeri maritim.
BACA JUGA:
Fadli Zon di Mata Peneliti Jepang
Hikayat Lorong JANDA di Barrang Lompo
Mereka yang Susah Air di Atas Air
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H