Mohon tunggu...
yusran baskara
yusran baskara Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fase Perkembangan Ilmu Antropologi dalam Hubungannya dengan Ilmu Lain

2 April 2016   15:56 Diperbarui: 2 April 2016   16:02 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

FASE-FASE PERKEMBANGAN ILMU ANTROPOLOGI

 1. Fase Pertama (sebelum 1800)

Datangnya bangsa eropa barat ke benua asia, benua afrika dan benua amerika selama empat abad membawa pengaruh penting bagi berbagai suku bangsa ketiga benua tersebut. Bersamaan dengan itu pula terkumpul tulisan buah tangan para penerjemah kitab Injil, pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani, musafir,  dan pegawai pemerintah jajahan dalam bentuk kisah perjalanan, laporan dan sebagainya. Kemudian dalam pandangan kalangan terpelajar di Eropa Barat  timbul tiga macam sikap.yaitu;

       a.       Ada yang berpandangan bahwa bangsa-bangsa itu bukan manusia  yang sebenarnya, tetapi melainkan mereka keturunan iblis, manusia liar dan sebagainya. Dengan demikian timbul istilah seperti savages,primitives untuk menyebut bangsa-bangsa tadi.

      b.       Ada yang berpandangan bahwa masyarakat pada bangsa-bangsa itu adalah contoh dari masyarakat yang masih sangat murni, dikarenakan mereka belum mengenal kejahatan dan keburukan seperti yang ada dalam masyarakat bangsa-bangsa Eropa Barat pada waktu itu.

      c.       Ada yang tertarik akan pada adat istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa di Asia,Afrika,Oseania dan Amerika pribumi tadi itu. Kumpulan-kumpulan pribadi tadi ada yang di himpun menjadi satu, supaya dapat di lihat oleh kebanyakan orang/umum dengan demikian timbul museum-museum pertama tentang kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa.

 

2. Fase Kedua (Kira-kira pertengahan Abad ke-19)

 

Integrasi yang sungguh-sungguh sangat baru, timbul pada pertengahan abad ke-19. Karangan-karangan etnografi tersebut tersusun berdasarkan cara berfikir evolusi para masyarakat.  Singkatnya, cara berfikir itu dapat dirumuskan sebagai berikut: masyaraakat dan kebudayaan manusia teelah berevolusi dengan sangat lambat yakni dalam jangka waktu beribu-ribu tahun lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah, melalui beberapa tingkat antara, sampai ke tingkat-tingkat tertinggi.

Kemudian timbul pula beberapa karangan hasil penelitian tentang sejarah penyebaran kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di muka bumi. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa  dalam fase perkembangannya yang kedua ini ilmu antropologi berupa suatu ilmu yang akademikal; dengan tujuan yang dapat di rumuskan sebagai berikut: mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitive dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

 3. Fase Ketiga (permulaan abad ke-20)

 Pada permulaan abad ke-20 sebagian negara penjajah di Eropa berhasil untuk mencapai kemantapan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan di luar Eropa. Untuk keperluan pemerintah jajahannya tadi yang waktu itu mulai berhadapan langsung dengan bangsa-bangsa terjajah di luar Eropa, maka ilmu antropologi sebagai suatu ilmu yang justru mempelajari bangsa-bangsa di daerah-daaerah di luar eropa itu,karena bangsa-bangsa itu pada umumnya masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks seperti masyarakat bangsa Eropa.

 

4. Fase Keempat (sesudah kira-kira 1930)

Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling luas, baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman daari metode-metode ilmiahnya. Selain itu kita lihat adanya dua perubahan di dunia:

      A.    Timbulnya antipasti terhadap kolonialisme sesudah perang dunia  ke-II.

      B.     Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitive yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah perang dunia II memang hampir tidak ada lagi di muka bumi ini.

 Mengenai tujuannya, ilmu antropologi yang baru dalam fase perkembangannya yang keempat ini dapat di bagi dua, yaitu tujuan akademikal/akademis dan tujuan praktisnya. Tujuan akademisnya adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk fisiknya, masyarakatnya, serta kebudayaannya,karena di dalam praktik ilmu antropologi biasanya mempelajari masyarakat suku-bangsa, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa untuk membangun masyarakat suku bangsa itu.

 HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DENGAN ILMU-ILMU YANG LAIN

 Kecuali dengan ilmu psikologi dan ilmu sosiologi seperti yang kita lihat di atas, ilmu antropologi serta sub-sub ilmunya juga mempunyai hubungan yang sangat amat banyak dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan itu biasanya bersifat timbal-balik.Antropologi perlu bantuan ilmu-ilmu lain itu, dan sebaliknya ilmu-ilmu lain itu masing-masing juga memerlukan bantuan antropologi. ilmu-ilmu lainitu yang terpenting  di antaranya yaitu Ilmu geologi, ilmu paleontology, ilmu anatomi, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu psikiatri, ilmu linguistic, ilmu arkeologi, ilmu sejarah, ilmu geografi, ilmu ekonomi, ilmu hukum adat, ilmu administrasi, ilmu politik.

       HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI-SOSIAL DAN SOSIOLOGI

1. Persamaan dan Perbedaan antara Kedua Ilmu

jika di tinjau lebih khusus, akan tampak beberapa perbedaan, yaitu:

      1. Kedua ilmu itu masing-masing mempunyai asal-mula dan sejarah perkembangannya yang berbeda.

      2. Asal mula sejarah yang berbeda menyebabkan adanya suatu perbedaan pengkhususan pada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu.

      3. Asal mula dan sejarah yang berbeda juga telah menyebabkan perkembangannya beberapa metode dan masalah yang klhusus dari kedua ilmu masing-masing.

 

2. Sejarah Perkembangan Sosiologi

Pada mulanya ilmu sosiologi hanya merupakan bagian dari ilmu filsafat. Para ahli-ahli filsafat yang menganalisis segala hal yang ada dalam alam sekelilingnya,juga tidak lupa memikirkan tentang masyarakatnya.

Pada fase kedua, tepatnya setelah timbul krisis-krisis besar dalam kehidupan masyarakat bangsa eropa,timbul kegiatan menganalisis masalah-masalah masyarakat yang semakin di galakkan.

 

3. Pokok Ilmiah dari Antropologi Social dan Sosiologi

perbedaan antara antropologi social dan sosiologi tidak lagi dapat di tentukan oleh perbedaan antara masyarakat suku bangsa di luar lingkungan benua Eropa-Amerika dengan masyarakat bangsa Eropa-Amerika. Kemudian kalau perbedaan itu juga tidak dapat di tentukan oleh perbedaan antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan, maka perbedaan yang paling nyata yaitu kedua ilmu-ilmu itu memakai metode ilmiah yang berbeda.

 

4. Metode Ilmiah dari Antropologi Social dan Sosiologi

 Ilmu antropologi mempunyai pengalaman yang cukup sangat lama dalam hal meneliti kebudayaan suku-bangsa penduduk pribumi di Amerika, asia, afrika, dan oseania. Suku-suku ini biasanya hidup di dalam masyarakat-masyarakat pedesaaan kecil yang dapat diteliti dalam keseluruhannya sebagai kebulatan. Sebaliknya, ilmu sosiologi akan selalu lebih memusatkan perhatiannya pada unsur-unsur/gejala-gejala khusus dalam masyarakat manusia, dengan menganalisis kelompok-kelompok sosial yang khusus (social grouping) hubungan antara kelompok-kelompok atau individu-individu (social relations) atau proses-prosesnya yang terdapat dalam kehidupan suatu masyarakat .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun