"Begini saja, Musang. Kami memang harus rela mengorbankan seekor dari kami," kata Bapak Ayam. "Boleh kalian ambil anak kami yang paling besar. Anak kami kan ada delapan ekor, ditambah kami berdua jadi sepuluh ekor. Hitung saja, atau tanya anak-anak kami yang nanti lewat ke sini, ayam kesepuluh adalah anak kami yang paling besar."
"Hehehe, Bapak Ayam bisa saja. Tahu keinginan kita," kata musang betina sambil tersenyum kurang ajar.
Bapak dan Emak Ayam lalu pergi cepat-cepat. Sepuluh menit kemudian datang anak ayam yang pertama. Sepasang musang itu mencegat.
"Tuan Musang, saya ini anak ayam pertama, berarti ayam yang ketiga. Si bungsu yang berbadan besar masih jauh," kata anak ayam itu.
"Kalau begitu, cepat kamu lewat," kata musang jantan.
Anak ayam itu segera berlalu. Sepuluh menit kemudian anak ayam kedua datang. Dia dicegat oleh sepasang musang yang mulai kelaparan itu. Terjadi lagi pembicaraan seperti tadi. Anak ayam itu pun selamat.
Ketika menunggu anak ayam yang ketujuh lewat, sepasang musang itu sudah tidak kuat menahan laparnya.
"Kenapa tidak kita tangkap saja semua anak ayam itu," kata musang jantan. "Meski badannya kecil-kecil, tapi kalau banyak kan bisa membuat kenyang juga."
"Huss...! Jangan berkata begitu," kata musang betina. "Sabar. Musang sabar itu akan dikasih makanan yang banyak."
Anak ayam ketujuh pun lewat. Dia ketakutan ketika melihat musang jantan menelan ludah. Dia takut musang itu menerkamnya.
"Kamu ayam keberapa?" tanya musang jantan.