Mohon tunggu...
Yus R. Ismail
Yus R. Ismail Mohon Tunggu... Penulis - Petani

suka menulis fiksi, blog, dan apapun. selalu berharap dari menulis bisa belajar dan terus belajar menjadi manusia yang lebih manusiawi.... berdiam dengan sejumlah fiksi dan bahasan literasi di https://dongengyusrismail.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Legenda Orang yang Suka Senyum

30 Januari 2019   09:38 Diperbarui: 30 Januari 2019   10:41 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berpuluh tahun kemudian, seorang walikota menangis di hadapan Ibu dan saya. Dia bersedih karena kejahatan, terutama yang terselubung, membuat kotanya yang subur-makmur itu merana.

"Kota kami punya lembaga yang menangkapi penjahat, namanya KPK alias Komite Pemberantasan Korupsi. Tapi setiap KPK menangkap penjahat, lalu pengadilan memenjarakan mereka, mereka itu selalu tersenyum di depan kamera. Lalu mengepalkan tangan seolah pahlawan yang menyemangati rekan-rekan seperjuangannya," kata Tuan Walikota itu dengan suara sedih.

Saya melihat foto-foto dan video yang dibawa walikota itu.

"Dia memang telah kembali, Ibu," kata saya sambil melirik Ibu. "Tapi Tuan Walikota ini juga yang andil mengundangnya. Penjara itu tidak ada apa-apanya bagi Dia. Dia itu banyak uangnya. Mengapa dikasih kesempatan lagi setelah terbukti kejahatannya."

"Mungkin saat peraturan itu dibuat, Dia sedang tersenyum," kata Ibu.

Tuan Walikota menunduk sedih. Entah mengerti entah tidak. ***

Sumedang, 26-27 November 2018

Cerpen ini pernah tayang di Tribun Jabar. Sengaja tayang lagi di ini, karena saya ingin menulis sedikit pengalaman menulis (mengirim cerpen) ke Tribun Jabar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun