Mohon tunggu...
yus_nita
yus_nita Mohon Tunggu... Administrasi - BerEkspresi

berekspresi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tingkatkan Budaya Malu agar Lautku Bebas Sampah

5 Desember 2017   00:34 Diperbarui: 5 Desember 2017   05:13 2710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laut di Kecamatan Kepulauan Manipa bahkan menjadi keceriaan anak-anak ketika senja tiba( dok. Pribadi)

Keindahan jangan diragukan.  Maluku tentu tak asing bagi pecinta wisata bahari di Indonesia karena  90% wilayahnya merupakan lautan.  Hal ini  tentunya membuat aktifitas masyarakat yang tersebar pada 11 kabupaten/ kota di Maluku, lebih besar di dekat laut maupun berada sepanjang garis pantai yang cukup panjang.

Ungkapan rasa kagum sering terlontar dari wisatawan domestic atau mancanegara  tentang  keindahan laut dan pantai  Maluku. Baik  yang  berkunjung  atau  melihat postingan foto dilaman media social yang sengaja mengekspresikan keindahan laut dan alam 1244 pulau di Maluku . Bahkan tak jarang lautpun menjadi sumber inspirasi dalam mengungkapkan rasa melalui syair .

"Bagus banget pemandangannya, alami .., pingin ke situ deh "Ungkap salah seorang teman yang berdomisili di Jakarta mengutarakan niatnya saat melihat foto Pantai Dusun Patinia Desa Kawa di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku yang belum banyak dikunjungi orang dan belum dikembangkan sebagai tujuan wisata .

Laut Maluku yang menjadi inspirasi (dok. Pribadi)
Laut Maluku yang menjadi inspirasi (dok. Pribadi)
Namun keindahan harusnya dibarengi dengan kesadaran masyarakat Maluku dalam  menjaga  kebersihan lingkungan.  Budaya Malu membuang sampah haruslah segera  dipupuk sejak dini. Jangan sampai  dibelakang rumah warga maupun pasar yang dibangun diatas bibir pantai  masih ditemui sampah. Di Maluku pemukiman warga, pasar, restoran, gedung kantor, pelabuhan antar pulau, aktifitas wisata hingga tujuan mencari mata pencaharianpun  berada tak jauh dari garis pantai. 

"Ada buah kelapa yang jatuh Nit, mengapa nggak dimanfaatkan ya, kalau di daerah saya sudah dijadikan uang nih," Ungkap Yusrul, salah seorang teman dari luar Maluku yang tampak terheran-heran menanyakan kepada saya melihat buah kelapa yang dibiarkan tergeletak tak dimanfaatkan . Tentunya akan menambah nilai ekonomis bila mau diolah daripada dibiarkan mengering dan menjadi sampah dilingkungan . 

Selain kesadaran harus ada kemauan masyarakat Maluku maupun stakholder terkait dalam membina masyarakat mendaur ulang sampah. Mengapa tidak ? Mmmm berpulang kepada niat dan kesadaran kita tentunya.

Jangan sampai tidak ada keinginan yang kedua mengunjungi daerah kita karena sampah adalah alasan wisatawan ke Maluku.  

kegiatan mandi Safar di Negeri Hitu Kabupaten Maluku Tengah (atas)dan Aktifitas wisata di pantai Tanjung Koako Maluku Tengah-gbr bawah (dok. pribadi)
kegiatan mandi Safar di Negeri Hitu Kabupaten Maluku Tengah (atas)dan Aktifitas wisata di pantai Tanjung Koako Maluku Tengah-gbr bawah (dok. pribadi)
Sayangnya kenyataan bahwa sebahagian sampah di laut berasal dari daratan dan menyebabkan ekosistem dan biota laut menjadi rusak tak dapat dipungkiri. Siapa yang akan berkunjung ke desa atau dusun yang pantainya dipenuhi sampah dan tak elok dipandang, tentu kita tak ingin itu terjadi. Selain merusak kesehatan kita akibat sampah yang menumpuk  tentunya peluang menjadikan laut kita sebagai tujuan wisata tidak akan dapat terwujud.

Berdasarkan laporan Bank Dunia Tahun 2015, diketahui bahwa marine debris yang didominasi oleh sampah plastik di Indonesia diperkirakan menduduki peringkat ke-2 di dunia. Jumlahnya sekitar 1,29 juta metrik ton per tahun, setelah Tiongkok yang sebanyak 3,53 juta metrik ton per tahun.

Akankah masyarakat Maluku merasa malu,  ikut menyumbangkan sampah bagi laut yang indah dan merupakan sumber penghidupan masyarakat kita ? Tentunya semua berpulang kepada kesadaran untuk menumbuhkan budaya  malu agar tidak membuang sampah sembarangan dan bahu membahu dengan mulai dari diri sendiri. 

Kegembiraan menikmati anugrah alam Maluku yakni laut, patutlah disyukuri dengan menjaganya dengan baik atau dengan bahasa daerah disebut "mari katong jaga bae-bae". 

Kota Tual, Maluku Tenggara
Kota Tual, Maluku Tenggara
 Jangan sampai harus menahan malu di depan teman-teman yang  sengaja berkunjung ke Maluku untuk mengagumi  wisata pantai dan  laut  kita, namun ikut diwarnai berbagai sampah diantara  hamparan pasir dan birunya air laut .   

Terkadang kita dapati  bekas botol air mineral, bungkus makanan juga kayu ranting pohon bukan hanya merusak visual, tapi juga mengganggu aktivitas pengunjung pantai. 

poka-5a2591c4c2751d5fe34f9412.jpg
poka-5a2591c4c2751d5fe34f9412.jpg
Plastik terbuang  ke laut, bukan saja merusak ekosistem akan tetapi sangat  mengancam kesehatan masyarakat. Menurut Sekretaris Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Agus Dermawan, sampah yang masuk ke laut (marine debris), umumnya mengandung banyak plastik dan logam. Keduanya mengalami proses pelapukan dan penguraian yang cukup lama yaitu 50 hingga 400 tahun. Akan menyebabkan penyakit kanker bila  manusia mengkonsmsi ikan yang memakan Micro plastic yakni hasil pelapukan sampah.  

"Bisa dibayangkan, betapa besar ancaman terhadap kesehatan warga Indonesia akibat mengonsumsi ikan yang mengandung micro plastic," kata dia.

Laut di Kecamatan Kepulauan Manipa bahkan menjadi keceriaan anak-anak ketika senja tiba( dok. Pribadi)
Laut di Kecamatan Kepulauan Manipa bahkan menjadi keceriaan anak-anak ketika senja tiba( dok. Pribadi)
Memiliki potensi bahari yang dikagumi haruslah membuat masyarakat Maluku sadar dan dapat menularkan budaya malu agar  jangan membuang sampah ke laut  dan menjaga laut kita agar bebas dari sampah. Karena  tak dapat dipungkiri bila terjadi,  kerusakan ekosistem laut  pada wilayah pesisir yang dihuni masyarakat  akan semakin besar dan berdampak buruk pada kesehatan kita. Untuk itu kesadaran masyarakat begitu penting  dipupuk untuk membangun kehidupan selanjutnya.

Birunya air laut, keindahan pantai yang menggoda maupun memiliki potensi aneka ragam sumberdaya perikanan tidak akan berkelanjutan bila pemerintah maupun warga masyarakat tidak bekerjasama mewujudkan laut kita bebas sampah . Apalagi sampah bertebaran di sepanjang pantai dan laut menambah suasana destinasi wisata kita  makin tak sedap dipandang.

Pesisir pantai di salah satu desa di Maluku (dok.Pribadi)
Pesisir pantai di salah satu desa di Maluku (dok.Pribadi)
Tentunya akan menjanjikan dalam pengembangan wisata bahari dengan berbagai macam pilihan kegiatan untuk dikembangkan dan berkelanjutan bagi kehidupan masyarakat Maluku khususnya maupun Indonesia .   Ayo save generasi kita dengan bumikan lautku bebas sampah.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun