Keindahan jangan diragukan.  Maluku tentu tak asing bagi pecinta wisata bahari di Indonesia karena  90% wilayahnya merupakan lautan.  Hal ini  tentunya membuat aktifitas masyarakat yang tersebar pada 11 kabupaten/ kota di Maluku, lebih besar di dekat laut maupun berada sepanjang garis pantai yang cukup panjang.
Ungkapan rasa kagum sering terlontar dari wisatawan domestic atau mancanegara  tentang  keindahan laut dan pantai  Maluku. Baik  yang  berkunjung  atau  melihat postingan foto dilaman media social yang sengaja mengekspresikan keindahan laut dan alam 1244 pulau di Maluku . Bahkan tak jarang lautpun menjadi sumber inspirasi dalam mengungkapkan rasa melalui syair .
"Bagus banget pemandangannya, alami .., pingin ke situ deh "Ungkap salah seorang teman yang berdomisili di Jakarta mengutarakan niatnya saat melihat foto Pantai Dusun Patinia Desa Kawa di Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku yang belum banyak dikunjungi orang dan belum dikembangkan sebagai tujuan wisata .
"Ada buah kelapa yang jatuh Nit, mengapa nggak dimanfaatkan ya, kalau di daerah saya sudah dijadikan uang nih," Ungkap Yusrul, salah seorang teman dari luar Maluku yang tampak terheran-heran menanyakan kepada saya melihat buah kelapa yang dibiarkan tergeletak tak dimanfaatkan . Tentunya akan menambah nilai ekonomis bila mau diolah daripada dibiarkan mengering dan menjadi sampah dilingkungan .Â
Selain kesadaran harus ada kemauan masyarakat Maluku maupun stakholder terkait dalam membina masyarakat mendaur ulang sampah. Mengapa tidak ? Mmmm berpulang kepada niat dan kesadaran kita tentunya.
Jangan sampai tidak ada keinginan yang kedua mengunjungi daerah kita karena sampah adalah alasan wisatawan ke Maluku. Â
Berdasarkan laporan Bank Dunia Tahun 2015, diketahui bahwa marine debris yang didominasi oleh sampah plastik di Indonesia diperkirakan menduduki peringkat ke-2 di dunia. Jumlahnya sekitar 1,29 juta metrik ton per tahun, setelah Tiongkok yang sebanyak 3,53 juta metrik ton per tahun.
Akankah masyarakat Maluku merasa malu,  ikut menyumbangkan sampah bagi laut yang indah dan merupakan sumber penghidupan masyarakat kita ? Tentunya semua berpulang kepada kesadaran untuk menumbuhkan budaya  malu agar tidak membuang sampah sembarangan dan bahu membahu dengan mulai dari diri sendiri.Â
Kegembiraan menikmati anugrah alam Maluku yakni laut, patutlah disyukuri dengan menjaganya dengan baik atau dengan bahasa daerah disebut "mari katong jaga bae-bae".Â
Terkadang kita dapati  bekas botol air mineral, bungkus makanan juga kayu ranting pohon bukan hanya merusak visual, tapi juga mengganggu aktivitas pengunjung pantai.Â
"Bisa dibayangkan, betapa besar ancaman terhadap kesehatan warga Indonesia akibat mengonsumsi ikan yang mengandung micro plastic," kata dia.
Birunya air laut, keindahan pantai yang menggoda maupun memiliki potensi aneka ragam sumberdaya perikanan tidak akan berkelanjutan bila pemerintah maupun warga masyarakat tidak bekerjasama mewujudkan laut kita bebas sampah . Apalagi sampah bertebaran di sepanjang pantai dan laut menambah suasana destinasi wisata kita  makin tak sedap dipandang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H