Mohon tunggu...
Utari Kartika Putri
Utari Kartika Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menggambar, menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pentingnya Pemahaman Terhadap Ejaan Yang Disempurnakan Untuk Meningkatkan Literasi Bahasa Pada Mahasiswa

5 Januari 2025   19:24 Diperbarui: 5 Januari 2025   19:22 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Abstrak

Pemahaman terhadap Ejaan yang Disempurnakan (EYD) memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan literasi bahasa di kalangan mahasiswa. EYD merupakan pedoman baku yang digunakan dalam penulisan bahasa Indonesia, dan pemahamannya yang tepat dapat meningkatkan keterampilan berbahasa, khususnya dalam menulis. Penelitian ini bertujuan untuk menggali pentingnya pemahaman EYD dalam meningkatkan kemampuan literasi bahasa pada mahasiswa. Dengan menguasai EYD, mahasiswa diharapkan dapat menulis secara efektif, memperbaiki struktur kalimat, serta menghindari kesalahan penulisan yang dapat mengganggu pemahaman pembaca. Selain itu, kemampuan berbahasa yang baik juga berpengaruh terhadap kualitas komunikasi akademik, baik dalam penulisan karya ilmiah maupun dalam penyampaian ide secara lisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman terhadap EYD dapat mendorong mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan literasi mereka, yang berpengaruh positif terhadap prestasi akademik dan kemampuan komunikasi di dunia profesional. Oleh karena itu, penerapan dan pengajaran EYD yang konsisten dalam pendidikan tinggi sangat diperlukan untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data, pengembangan instrumen, dan analisis data. Dilakukan pengumpulan data dengan cara pengisian angket atau kuisioner kepada mahasiswa di Universitas Andalas.

Kata Kunci: Ejaan yang Disempurnakan, literasi bahasa, mahasiswa, keterampilan menulis, pendidikan bahasa. 

Abstract

Understanding Enhanced Spelling (EYD) plays an important role in efforts to increase language literacy among students. EYD is a standard guideline used in writing Indonesian, and proper understanding of it can improve language skills, especially in writing. This research aims to explore the importance of understanding EYD in improving language literacy skills in students. By mastering EYD, students are expected to be able to write effectively, improve sentence structure, and avoid writing errors that can interfere with readers' understanding. Apart from that, good language skills also influence the quality of academic communication, both in writing scientific papers and in conveying ideas orally. The research results show that understanding EYD can encourage students to improve their literacy skills, which has a positive effect on academic achievement and communication skills in the professional world. Therefore, consistent application and teaching of EYD in higher education is very necessary to equip students with good and correct language skills. The methods used are data collection, instrument development, and data analysis. Data was collected by filling out questionnaires for students at Andalas University.

Keywords: Improved Spelling, language literacy, students, writing skills, language education.  

 

PENDAHULUAN 

Kemajuan pendidikan suatu negara kerap kali diukur dari sejauh mana seseorang memperoleh keterampilan literasi yang memadai, baik dalam membaca, menulis, dan komunikasi yang efektif. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai peranan strategis dalam memperkuat persatuan bangsa, mengembangkan ilmu pengetahuan dan menunjang komunikasi di berbagai bidang. Aspek penting dalam bahasa Indonesia yang perlu diperhatikan adalah penerapan ejaan yang Disempurnakan (EYD). EYD yang telah diperbarui menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) merupakan pedoman penulisan bahasa Indonesia yang menjadi standar penyampaian gagasan secara tertulis. Namun, pedoman ini telah kembali mengalami penyempurnaan dan kini dirujuk sebagai EYD V (Ejaan Yang Disempurnakan edisi kelima).

Bahasa Indonesia, sebagai bahasa negara, memiliki peran penting dalam menjaga kesatuan bangsa dan menyatukan berbagai kelompok etnis di Indonesia yang memiliki beragam bahasa daerah. Salah satu aspek fundamental dalam penggunaan bahasa Indonesia adalah ejaan, yang berfungsi sebagai pedoman standar dalam penulisan kata. Ejaan memiliki peran penting dalam memastikan keseragaman dan kejelasan dalam komunikasi tertulis. Melalui ejaan yang baku, pesan dapat disampaikan dengan tepat dan mudah dipahami oleh pembaca. Dalam bahasa Indonesia, sistem ejaan telah mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman serta kebutuhan penggunaan bahasa. Perubahan ejaan bahasa Indonesia dimulai dari EYD 1972 hingga EYD V.

Ejaan yang Disempurnakan (EYD) adalah sistem ejaan resmi yang diterapkan di Indonesia sejak 1972, menggantikan Ejaan Republik (1947). EYD 1972 memperkenalkan perubahan penting, seperti penggantian "tj" menjadi "c" dan "oe" menjadi "u". Pada tahun 2015, EYD disempurnakan menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), yang menambahkan pembaruan seperti aturan penulisan unsur serapan, penggunaan tanda baca, dan penyesuaian istilah. Pada tahun 2022, pedoman ini diperbarui menjadi EYD V (Ejaan Yang Disempurnakan edisi kelima), yang disusun untuk meningkatkan konsistensi, kesederhanaan, dan relevansi bahasa Indonesia dalam era digital dan globalisasi. 

Sebagai pedoman baku, EYD tidak hanya mempengaruhi cara menulis, tetapi juga mencerminkan tata bahasa yang sesuai dengan kaidah yang diakui secara nasional.

Pemahaman terhadap EYD sangat penting khususnya bagi mahasiswa, yang sering kali berperan sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Mahasiswa, sebagai calon intelektual dan profesional, diharapkan mampu memanfaatkan EYD dengan baik dalam karya tulis ilmiah, komunikasi tertulis, serta interaksi akademik lainnya. Dalam konteks literasi bahasa, penguasaan terhadap kaidah penulisan yang tepat tidak hanya berfungsi untuk memudahkan pemahaman, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas tulisan mereka dalam berbagai bentuk komunikasi. Penulisan yang tepat, baik secara ortografis maupun gramatikal, mencerminkan kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa dengan efektif dan sesuai dengan standar yang berlaku.

Pentingnya pemahaman terhadap Ejaan yang Disempurnakan (EYD) untuk meningkatkan literasi bahasa pada mahasiswa dapat dijelaskan melalui berbagai perspektif teoretis yang berkaitan dengan penguasaan bahasa, pendidikan bahasa, dan literasi akademik. Pemahaman yang mendalam terhadap aturan ejaan yang baku tidak hanya memperkuat kemampuan menulis mahasiswa, tetapi juga berperan penting dalam pembentukan keterampilan komunikasi yang efektif, yang sangat dibutuhkan dalam dunia akademik dan profesional. Dalam kajian ini, terdapat beberapa teori yang relevan untuk mendalami hubungan antara pemahaman EYD dan peningkatan literasi bahasa mahasiswa.

Dalam hal ini, ejaan bukan hanya dianggap sebagai aturan teknis, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap bahasa Indonesia itu sendiri. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Chaer (2012), penggunaan ejaan yang tepat merupakan aspek penting dalam pembelajaran bahasa, karena secara signifikan memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi secara tertulis, penguasaan EYD yang kurang memadai dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam komunikasi tertulis, yang pada gilirannya dapat menghambat kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan gagasan dan ide secara jelas dan efektif.

Selain itu, perkembangan teknologi dan kemudahan akses terhadap berbagai platform digital semakin menambah tantangan dalam pemahaman dan penerapan EYD. Mahasiswa, yang merupakan generasi yang sangat terbiasa dengan penggunaan teknologi, harus dapat menjaga konsistensi penggunaan ejaan yang benar meskipun mereka sering kali dihadapkan dengan berbagai media yang memperbolehkan penggunaan bahasa yang lebih bebas. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang EYD akan sangat berperan dalam menjaga kualitas literasi bahasa Indonesia, baik dalam konteks akademik maupun non-akademik.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan komunikasi yang jelas dan efisien, pemahaman terhadap EYD di kalangan mahasiswa perlu diprioritaskan. Berbagai upaya pendidikan dan pembelajaran bahasa yang mengintegrasikan pengajaran EYD diharapkan dapat menciptakan lingkungan akademik yang lebih berkualitas. Sebagai contoh, berdasarkan penelitian oleh Mulyana (2014), literasi bahasa yang kuat dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menulis dan berkomunikasi secara profesional. Lebih jauh lagi, hal ini turut berperan dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis dan analitis yang sangat dibutuhkan dalam dunia akademik dan dunia kerja.

Dengan demikian, pemahaman terhadap EYD menjadi sangat krusial dalam meningkatkan literasi bahasa Indonesia di kalangan mahasiswa. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai pentingnya pemahaman EYD bagi mahasiswa dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi bahasa mereka, serta bagaimana hal tersebut dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual dan profesional mahasiswa di masa depan.

METODE

Penelitian untuk projek ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pemahaman mahasiswa terhadap Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dan hubungannya dengan tingkat literasi bahasa mahasiswa. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang dirancang untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiwa terhadap EYD serta tingkat literasi bahasa mahasiswa. 

Subjek penelitian ini adalah 20 mahasiswa dari berbagai program studi di Universitas Andalas. Pemilihan mahasiswa dilakukan secara acak agar dapat mewakili berbagai latar belakang akademik. para peserta adalah mahasiswa aktif yang telah menyelesaikan mata kuliah Bahasa Indonesia, sehingga diharapkan memiliki dasar pengetahuan terkait EYD.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang menggunakan skala likert dengan rentang nilai 1 sampai 5, di mana 1 menunjukkan tingkat yang sangat sangat tinggi dan 5 menunjukkan tingkat yang sangat rendah. Kuesioner ini dibagikan melalui media sosial WhatsApp kepada para responden, metode ini dipilih untuk mempermudah ditribusi kuesioner dan memastikan responden dapat menjawab dengan fleksibel. 

Data yang terkumpul dianalisis menggunakan Goggle Form, yang secara otomatis menyajikan data dalam bentuk diagram batang dan persentase untuk setiap kategori jawaban. Penyajian data dalam bentuk diagram batang dan persentase bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas dan mudah dipahami mengenai hasil penelitian.

Melalui hasil ini, penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya pemahaman EYD dalam meningkatkan kemampuan literasi bahasa mahasiswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pentingnya Literasi di Kalangan Mahasiswa

Berdasarkan hasil survei terhadap 20 responden, mayoritas menyatakan bahwa literasi merupakan elemen yang sangat penting dalam mendukung pengembangan akademik, sosial, dan profesional mahasiswa. Responden menyebutkan beberapa manfaat utama dari literasi, yaitu:

*Kemampuan Berpikir Kritis dan Analitis: Literasi membantu mahasiswa dalam mengevaluasi informasi, menganalisis data, dan menghindari misinformasi.

*Peningkatan Kompetensi Akademik: Literasi mendukung mahasiswa dalam memahami tugas akademik, menyusun argumen yang logis, dan memperkaya kosakata.

*Kesiapan Dunia Kerja: Kemampuan membaca dan menulis yang baik meningkatkan daya saing mahasiswa di dunia kerja, terutama dalam memahami isu global dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Salah satu responden menyatakan bahwa literasi "sangat penting bagi mahasiswa untuk berpikir kritis, memahami informasi, dan beradaptasi di era digital." Pernyataan ini menegaskan bahwa literasi tidak hanya menjadi alat akademik tetapi juga sarana untuk pengembangan kepribadian dan profesionalisme.

2. Keterbatasan Waktu untuk Membaca

Sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka tidak memiliki cukup waktu untuk membaca di tengah kesibukan kuliah. Faktor-faktor yang paling sering disebutkan adalah:

*Beban Akademik: Banyaknya tugas dan jadwal kuliah yang padat menjadi hambatan utama bagi mahasiswa untuk meluangkan waktu membaca buku.

*Kegiatan Non-akademik: Aktivitas organisasi dan kaderisasi juga menyita waktu mahasiswa.

*Dominasi Media Sosial: Sebagian besar waktu luang mahasiswa digunakan untuk mengakses gadget, tetapi konten yang dibaca cenderung berupa informasi singkat dan tidak mendalam.

Namun, beberapa responden mengaku memiliki cukup waktu untuk membaca bahan bacaan yang relevan dengan perkuliahan, terutama yang mendukung kebutuhan akademik mereka.

3. Relevansi Penguasaan EYD di Era Digital

Dari hasil survei, sebanyak 75% responden menyatakan bahwa penguasaan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) tetap relevan di era digital. Alasan yang mendukung pendapat ini meliputi:

*Profesionalisme: Penguasaan EYD mencerminkan kemampuan komunikasi formal yang baik, terutama dalam konteks akademik dan dunia kerja.

*Peningkatan Kualitas Teks: Penggunaan EYD membantu menjaga kejelasan dan kredibilitas dalam menulis.

*Pelestarian Identitas Nasional: Responden menganggap EYD penting untuk melestarikan bahasa Indonesia sebagai identitas budaya di tengah dominasi bahasa asing.

Namun, 25% responden merasa bahwa EYD mulai kehilangan relevansi akibat meningkatnya penggunaan bahasa gaul dan singkatan dalam komunikasi digital.

4. Pengaruh Minat Literasi terhadap Kemampuan Menulis Akademik

Sebanyak 90% responden setuju bahwa rendahnya minat literasi berpengaruh negatif pada kemampuan menulis akademik mahasiswa. Pengaruh tersebut antara lain:

*Minimnya Kosakata dan Wawasan: Kurangnya kebiasaan membaca menyebabkan mahasiswa memiliki keterbatasan dalam penggunaan kosakata dan ide.

*Kesulitan Menulis Secara Formal: Literasi yang rendah membuat mahasiswa tidak terbiasa dengan struktur penulisan ilmiah, sehingga tulisan mereka kurang sistematis.

*Dampak pada Analisis dan Pemikiran Kritis: Mahasiswa dengan minat literasi yang rendah cenderung kesulitan menyusun argumen yang logis dan mendalam.

5. Alasan Rendahnya Minat Literasi

Responden mengidentifikasi beberapa alasan utama rendahnya minat literasi di kalangan mahasiswa, yaitu:

*Ketergantungan pada Media Sosial: Sebagian besar mahasiswa lebih tertarik pada konten digital yang praktis dan cepat dibandingkan bacaan literasi formal.

*Monotonitas Bacaan: Kurangnya bacaan yang menarik dan gaya penulisan yang monoton membuat mahasiswa enggan membaca.

*Kesibukan Akademik: Jadwal yang padat menyebabkan mahasiswa sulit meluangkan waktu untuk membaca dan menulis.

6. Perubahan Pola Literasi yang Diinginkan

Ketika ditanya tentang perubahan pola literasi, responden menyatakan keinginan untuk:

*Meningkatkan frekuensi membaca buku berkualitas dan artikel ilmiah.

*Mengembangkan kebiasaan menulis untuk melatih kemampuan analisis dan komunikasi ide.

*Memilih bahan bacaan yang lebih beragam untuk memperluas wawasan.

7. Seberapa Sering Responden Membaca Buku, Artikel, atau Literatur Dalam Seminggu

 

Gambar 1. Diagram Seberapa Sering Mahasiswa Membaca Buku, Artikel, atau Literatur dalam seminggu

*Selalu: Hanya 1 orang (5%) dari responden yang selalu membaca dalam seminggu

*Sering: Sebanyak 9 orang (45%) dari responden membaca dalam seminggu

*Kadang-kadang: Jumlah responden yang membaca kadang-kadang sama seperti sering, yaitu 9 orang (45%)

*Jarang: Ada 3 orang (15%) responden yang jarang membaca dalam seminggu

*Tidak Pernah: Tidak ada responden yang memilih opsi "tidak pernah" membaca (0%)

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berada pada kategori sering dan kadang-kadang membaca, masing-masing memiliki responden sebesar 45%. Sementara itu, hanya sedikit dari responden yang berada pada kategori selalu dan jarang membaca, dan tidak ada yang sam asekali tidak pernah membaca.

8. Pendapat Mengenai Membaca dengan Konten Digital Lebih Menarik Daripada Buku Fisik

 

Gambar 2. Diagram Pendapat Mahasiswa Mengenai Membaca dengan Konten Digital Lebih Menarik Daripada Buku Fisik

*Sangat setuju (1): Sebanyak 8 responden (40%) sangat setuju bahwa membaca dengan konten digital lebih menarik daripada membaca dengan buku fisik.

*Setuju: Terdapat 5 responden (25%) yang setuju bahwa membaca dengan konten digital lebih menarik daripada membaca dengan buku fisik.

*Netral: Sebanyak 4 responden (20%) memiliki pendapat netral.

*Tidak setuju: Sebanyak 2 responden (10%) memiliki pendapat tidak setuju bahwa membaca dengan buku digital lebih baik daripada membaca dengan buku fisik.

*Sangat tidak setuju: Sebanyak 1 responden (5%) memiliki pendapat sangat tidak setuju bahwa membaca dengan buku digital lebih baik daripada membaca dengan buku fisik.

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden cenderung setuju dan sangat setuju bahwa membaca dengan konten digital lebih menarik, dengan total 65%. Sementara itu, hanya sebagian kecil yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju (15%), dan (20%) lainnya bersikap netral.

9. Keterlibatan Kurikulum Saat Ini Dalam Melatih Keterampilan Literasi Terutama EYD

 

Gambar 3. Diagram seberapa setuju responden dengan keterlibatan kurikulum saat ini

*"ya" dan "cukup": 15 responden (75%) setuju bahwa kurikulum saat ini cukup memberikan ruang untuk melatih keterampilan literasi, termasuk EYD.

*"belum cukup" dan "tidak cukup": 5 responden (25%) menjawab bahwa kurikulum saat ini belum cukup memberikan ruang untuk melatih keterampilan literasi, termasuk EYD.

Secara keseluruhan, mayoritas responden merasa kurikulum saat ini cukup mendukung keterampilan literasi. Namun terdapat 25% jawaban yang berpendapat bahwa kurikulum saat ini masih belum cukup memberikan ruang untuk melatih keterampilan literasi.

10. Kesulitan Dalam Memahami atau Menggunakan EYD

 

Gambar 4. Diagram Kesulitan Mahasiswa Dalam Memahami atau Menggunakan EYD

*Pilihan "Tidak": Mayoritas responden (13 orang 65%) menyatakan tidak pernah mengalami kesulitan dalam memahami atau menggunakan EYD.

*Pilihan "Mungkin Tidak": 1 orang responden (5%) menjawab mungkin tidak pernah mengalami kesulitan dalam memahami atau menggunakan EYD.

*Pilihan "Ya": Sebanyak 6 responden (30%) menjawab ya pada beberapa aspek tertentu seperti penempatan tanda baca koma (,), penggunaan kata serapan, dan penggunaan tanda baca 

Mayoritas responden merasa tidak kesulitan dalam memahami atau menggunakan EYD. Namun sebagian kecil mengalami kesulitan pada aspek tertentu yang perlu diperhatikan lebih lanjut, terutama untuk peningkatan pemahaman EYD dalam praktik.

Hasil survei ini menunjukkan bahwa literasi dianggap sebagai elemen penting yang mendukung kemampuan akademik, sosial, dan profesional mahasiswa. Literasi memungkinkan mahasiswa untuk berpikir kritis, mengevaluasi informasi, dan memahami isu global. Namun, berbagai hambatan, seperti beban akademik, dominasi media sosial, dan monotonitas bacaan, menghambat pengembangan minat literasi.

Relevansi EYD di era digital juga menjadi perhatian penting. Meskipun gaya komunikasi digital cenderung informal, penguasaan EYD tetap relevan dalam konteks formal, seperti tugas akademik dan dunia kerja. Temuan ini menegaskan perlunya penguatan pelatihan literasi dan bahasa di perguruan tinggi untuk meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa.

Upaya untuk meningkatkan literasi di kalangan mahasiswa perlu mencakup penyediaan bacaan yang lebih menarik, pelatihan khusus dalam menulis akademik, dan pengembangan strategi pengelolaan waktu. Dengan demikian, mahasiswa dapat lebih memaksimalkan potensi literasi mereka untuk mendukung kesuksesan akademik dan profesional di masa depan.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil survei dengan metode pengumpulan data, pengembangan instrumen, lalu dilakukannya analisis data. Hasil analisis dapat disimpulkan:

Bagi mahasiswa literasi di anggap penting karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis, meningkatkan kompetensi akademik, serta kesiapan dalam dunia kerja. Namun rendahnya minat literasi mahasiswa diakibatkan adanya keterbatasan waktu, monotonitas bacaan yang membuat mahasiswa enggan membaca, dan tidak sedikit mahasiswa lebih memilih menghabiskan waktunya untuk mengakses gadgetnya.

Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, berikut adalah beberapa saran yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap Ejaan yang Disempurnakan (EYD) di kalangan mahasiswa guna mendukung literasi bahasa:

1. Pemanfaatan teknologi

Pemanfaatan teknologi seperti aplikasi pemeriksa ejaan otomatis atau modul interaktif berbasis daring, dapat menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap EYD. Platform ini dapat mempermudah mahasiswa untuk belajar secara mandiri dan mempraktikkan penggunaan ejaan yang benar dalam berbagai konteks.

2. Perbanyak literasi

Memperbanyak literasi dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penggunaan EYD.

3. Menulis karya ilmiah

Menulis karya ilmiah dapat meningkatkan pemahaman penggunaan EYD karena penulis memahami dan menerapkan penulisan EYD yang baik dan benar.

 

DAFTAR PUSTAKA

Bachman, L. F., & Palmer, A. S. (1996). Language testing in practice. Oxford: University Press.

Chaer, A. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Farida, N. (2019). Peningkatan keterampilan literasi siswa melalui strategi pembelajaran inovatif. Jakarta: PT Gramedia.

Flower, L., & Hayes, J. R. (1981). A cognitive q process theory of writing. College Composition and Communication, 32(4), 356-387.

Kemendikbud. (2016). Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia (EYD). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Lillis, T. (2001). Student writing: Access, regulation. Desire: Routledge.

McCroskey, C. J., & Richmond, V. P. (2008). Communication concepts 1: An introduction to communication theory. Allyn & Bacon.

Mulyana, D. (2014). Komunikasi Massa: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Santoso, B., & Arifin, Z. (2020). "Peran literasi digital dalam meningkatkan minat membaca siswa di era 4.0". Jurnal Pendidikan dan Literasi, 15(2), 121-134.

Street, B. V. (1984). Literacy in theory and practice. Cambridge University Press.

Vygotsky, L. S. (1978). Mind in society: The development of higher psychological processes. Harvard University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun