Mohon tunggu...
Yusnawati
Yusnawati Mohon Tunggu... Penulis - Pengagum kata

Pengagum kata yang belajar merajut aksara.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Aku Bukan Beban Suami

12 Juni 2024   18:14 Diperbarui: 12 Juni 2024   18:18 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa susahnya sih mengalah? Sudah lima tahun menikah, masih nggak ngerti sikap ibu. Nggak usah dilawan, diam saja. Nyesel aku nikah sama kamu."

Begitu entengnya Abiyan memarahi Ghina habis-habisan. Yang harusnya menyesal itu Ghina karena harus dituntut untuk memahami semuanya. Dituntut untuk selalu kuat. Kuat disalahkan, kuat direndahkan, kuat diremehkan, kuat dihina, kuat nggak dianggap. Abiyan lupa doa istri juga kuat menembus langit.

Kalau sudah begini Ghina tak bisa berucap apa-apa selain menangis dalam diam. Begitu rendahnya seorang istri tidak berpenghasilan di hadapan suaminya. Padahal pilihan tidak bekerja karena Ghina menaati Abiyan. Andai dia mau, banyak tawaran dosen di kampusnya, tapi sengaja dia tolak karena tak mendapat restu.

"Jam segini rumah masih kotor? Kamu ngapain saja dari tadi? Lulusan S2 malasnya bukan main."

Darwati kembali mengomel dengan nada suara tinggi. Diabaikannya setumpuk baju yang menggunung di meja sudah Ghina setrika rapi. Semua keburukan Ghina disebutkan satu per satu dan dibandingkan dengan menantunya yang lain. Ucapan kasar, sumpah serapah terus keluar dari mulut Darwati. Padahal gelar haji berkali-kali sudah disandangnya, tapi tetap tak bisa mengerem perkataannya yang berbisa seperti ular.

Ghina tak membalas, meski air matanya mengalir deras di pipinya. Dia sibukkan dirinya membersihkan rumah, mengepel lantai hingga seluruh ruangan harum dan rapi. Piring kotor yang menumpuk di dapur juga sudah kinclong. Tak ketinggalan makanan kesukaan Abiyan sayur asem lengkap dengan pindang balado sudah tersedia di meja makan.

Sementara itu Fatiyah, Azza dan Mutiara sudah duduk manis di ruang tamu. Mereka bertiga setelah selesai mandi sudah siap membaca buku. Koleksi bacaan Muhammad Teladan Sepanjang Zaman, Buku Pintar Iman dan Islam dan Seri Sains Qur'an Menakjubkan menjadi tambahan literasi buat mereka.

Meski sebagai ibu rumah tangga, Ghina tak membiarkan ketiga putrinya hanya bermain saja. Harus ada waktu untuk menambah pengetahuan dan mengasah hobi mereka. Termasuk menggunakan gadget sebagai pelengkap saat anak-anak belajar Sirah dengan komik Seri Tauladan Rasulullah.

Yang paling ekspresif adalah Mutiara. Dia paling senang melakukan scanning di buku. Lalu bercerita tentang apa yang dilihatnya dengan gaya lucu dan menggemaskan.

"Kalian jangan buat kotor ya, nanti Uti marah," bisik Ghina dengan senyum paling manis lalu bergegas mandi.

Tak ada yang dilakukan Ghina selain menghibur diri sendiri setelah mandi. Menonton Drakor dan membayangkan sosok suami romantis yang diidamkannya itu sudah bahagia bukan main. Kadang menonton video lucu di media sosial yang bisa bikin moodnya kembali bagus. Dicarinya sumber bahagia yang diinginkan dari hal-hal sederhana dan tak perlu mengeluarkan uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun