"Ibuuu!"
"Taruh saja di atas meja," ucapnya kasar. Kemudian kembali berbincang hangat dengan Aylin sembari membelai rambutnya.
Gegas ku berlari ke kamar, air mata yang menggenang di pelupuk mata tumpah ruah. Kugerakkan jemariku di atas kertas. Membentuk siluet bangunan dengan sungai Inn yang mengalir indah. Di bawah kertas, kutuliskan kata-kata penyemangat yang masih tersisa.
Niemand könnte mein traum brechen (tidak ada yang bisa menghancurkan mimpiku)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!