Warga khususnya ibu-ibu diminta untuk mengumpulkan sampah rumah tangga. Sampah kemudian dipilah. Untuk sampah kaca dan logam dijual kepada pengepul. Namun untuk sampah plastik dan kardus dibuat menjadi kerajinan tangan. Adapun produk kerajinan tangan yang dihasilkan adalah bros, bunga, tas, baju, topi, dan lain-lain. Semua dibuat oleh para ibu-ibu yang tergabung dalam Bank Sampah Rukun Santoso.Â
Sementara itu kardus-kardus bekas yang masih bagus dijadikan wayang. Aqua pernah memamerkan produk kesenian tradisional itu di Perancis dan berhasil memikat UNESCO. "Produk wayang kami di-upload di website UNESCO," ungkap Sriyono dengan mata yang berbinar, bangga.
Harga sampah per kilonya Rp11.000. Warga merasa sangat terbantu karena bisa mendapatkan penghasilan. Mujiatun, salah satu anggota bank sampah mengaku dari sampah yang ia kumpulkan selama ini, bisa membiayai anak-anaknya sekolah. Setiap bulan Mujiatun mampu mengumpulkan sampah 8-10 kilo. Sampah-sampah itu ia potong-potong kecil terlebih dahulu sebelum dijual ke distro.Â
Sriyono menambahkan Bank Sampah setiap bulan bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp60 juta - Rp100 juta.Â
Warga Desa Kemudo dan Karanglo bisa membuktikan, sampah bisa menjadi sahabat bagi manusia jika tahu bagaimana mengelolanya. Mari bersama-sama mengelola sampah, demi terwujudnya Indonesia Bebas Sampah 2020.
" ... ayo dipilah-pilah, ayo diolah-olah, sampah dipilah dan diolah."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H