Di luar balai desa ada sekelompok ibu-ibu berdiri di depan meja. Di atas meja itu terdapat beberapa botol bekas yang berisi air putih seperti susu. Baunya sedikit menyengat. Rupanya itu adalah pupuk cair yang terbuat dari limbah rumah tangga.
Tentu kita menyepakati, kalau dapur menjadi penyuplai sampah setiap harinya. Tak hanya sampah organik sisa sayuran dan buah-buahan, tapi juga sampah anorganik seperti plastik bumbu racik, botol kecap, dan kotak santan kemas. Siapa sangka, sampah organik yang kerap menimbulkan bau busuk saat dibuang, ternyata bisa dimanfaatkan menjadi pupuk cair yang menyehatkan.
- Sediakan sampah organik seperti sisa sayuran dan buah;
- Cacah sampah dengan pisau;
- Masukkan sampah ke dalam air yang sudah dicampur dengan gula pasir;
- Fermentasi selama satu minggu;
- Setiap hari botol harus dibuka sedikit untuk mengurangi gas;
- Jadilah pupuk cair yang siap digunakan untuk menyiram tanaman.Â
Pupuk cair juga bisa dibuat dari bonggol pisang. Khusus bonggol menggunakan gula merah. Cara membuatnya sama saja, namun air yang digunakan adalah limbah cucian beras yang dicampur dengan air kelapa. Setelah itu dimasukkan ke dalam ember tertutup, fermentasi selama satu minggu.
"Pupuk cair ini sangat aman digunakan karena terbuat dari bahan-bahan organik," tutup Hastuti.
Produk Fashion dari Sampah Plastik
Keesokan paginya kami melanjutkan perjalanan menuju Klaten. "Kira-kira satu jam," begitu ujar kru Panorama Tours menjelaskan jarak tempuh yang harus kami lalui dari Kota Yogyakarta. "Silahkan untuk tidur," lanjutnya.
Bus saat itu melaju sedikit lambat. Jalanan macet, dengan bus-bus besar yang melintas di antara bus yang membawa kami. Perkiraan waktu sang kru ternyata meleset setengah jam. Kami tiba di pabrik Aqua pukul 8.30 WIB. Di sana kami diajak mengelilingi pabrik dan melihat proses pengemasan air mineral. Kami juga diberikan wawasan mengenai sumber mata air yang digunakan Aqua.Â
Seperti Sarihusada, Aqua juga peduli terhadap kesejahteraan warga sekitar dengan membuat berbagai program CSR, seperti pengelolaan sampah di Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo, Klaten.
Sriyono kemudian berinisiatif membersihkan irigasi dengan cara memungut sampah. Setelah mengumpulkan banyak sampah, Sriyono bingung mau dikemanakan sampah-sampah tersebut. Ia kemudian meminta pihak Aqua memberikan pelatihan pengelolaan sampah melalui kepala desa.
Mujur nasib Sriyono, permintaannya dikabulkan. Aqua memberikan pelatihan mengenai pengelolaan sampah dan terbentuklah Bank Sampah Rukun Santoso pada 16 Maret 2013.Â