Mohon tunggu...
Yusmiati Wiyono
Yusmiati Wiyono Mohon Tunggu... Guru - TK Galura Winaya

Belajar hal yang baru merupakan tantangan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 2.3

13 Desember 2022   17:10 Diperbarui: 13 Desember 2022   17:18 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama saya belajar daring tentang Modul 2 yaitu tentang pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran sosial emosional dan coaching supervisi guru. Dari situ banyak sekali ilmu pengetahuan dan pengalaman yang saya dapat. Dengan memahami setiap materi yang di peroleh dan mengimplentasikannya di sekolah saya. Sungguh saya merasa bahagia karena saya mendapatkan ilmu yang sangat  bermanfaat. 

Dengan mempelajari dan memahami setiap modul 2 ini, saya dapat memperbaiki kekurangan  pada saat  proses pembelajaran agar menjadi lebih baik lagi dengan melihat keberagaman murid dan kebutuhan setiap murid. Dengan begitu saya dapat mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki setiap murid. Selain itu dengan belajar hal yang baru dapat meningkatkan kompetensi yang ada dalam diri saya. Adapun materi modul 2 yang saya peroleh selama ini diantaranya yaitu:

Modul 2.1 Pembelajaran diferensiasi 

Kelas merupakan area guru berinteraksi dan membangun komunikasi serta kolaborasi dengan muridnya. Meramu berbagai materi dengan rumus-rumus sayang, membumbui perjalanan belajarnya dengan penuh cinta untuk menemukan konsep, pemahaman, keyakinan, dan aksi nyata sebagai manifestasi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

Sebuah keniscayaan bahwa dalam satu kelas, guru akan menemui beraneka ragam keunikan dan kekhasan dari masing-masing murid. Sehingga lagi-lagi proses mendidik dan mengajar menjadi tantangan guru. 

Diperlukan sebuah skill untuk menemu kenali dan mengidentifikasi murid sesuai dengan kebutuhan belajarnya, agar proses kemerdekaan belajar dan mengajar bisa terealisasi dengan baik. Dalam hal ini, salah satu solusi yang dapat menjawab tantangan tersebut adalah penerapan pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi atau differenciated instruction merupakan sebuah strategi atau usaha guru dalam memenuhi kebutuhan siswa yang beragam atau merespon perbedaan pada siswa dalam kelas untuk menciptakan pengalaman belajar yang terbaik bagi siswa.

Pembelajaran berdiferensiasi atau differenciated instruction lebih mengedepankan pada keputusan masuk akal guru dalam merespon kebutuhan indvidu murid, sehingga paradigma differensiasi menjadi sebuah pembelajaran berpihak pada murid.

Ada lima inti utama keputusan masuk akal tersebut atau strategi guru dalam kelas yaitu:

1. Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi serta memastikan setiap murid mengetahui selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.

2.Tujuan pembelajarn yang didefinisikan secara jelas bagi guru dan murid berbeda

3. Penilaian yang berkelanjutan, Bagaimana guru menggunakan informasi dari proses penilaian formatif sebagai panduan menentukan mana siswa yang masih tertinggal dan yang sudah untuk mencapai target.

4. Bagaimana merespon kebutuhan belajar berkaitan dengan penyesuaian rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Misalnya, apakah perlu menggunakan sumber atau resources, atau penugasan atau penialian yang berbeda.

5. Manajemen kelas yang efektif.

Terdapat juga tiga fokus utama dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi, seperti yang dijelaskan berikut ini:

1. Diferensiasi Konten

Diferensiasi konten berkenaan dengan apa yang diajarkan guru kepada siswa dengan mempertimbangkan hasil pemetaan kebutuhan belajar siswa yang dilihat dari berbagai aspek seperti kesiapan belajar siswa, minat siswa serta profil belajar siswa maupun hasil dari kombinasi ketiganya.

2. Diferensiasi Proses

Berkenaaan dengan kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan guru untuk memahami karakter pembelajaran apakah menggunakan metode belajar secara mandiri maupun belajar secara berkelompok.

3. Diferensiasi Produk

Berkenaan dengan apa yang hendak dihasilkan dari siswa dalam hal ini berbentuk produk yang dibuat oleh siswa yang bentuknya bisa berupa tulisan, presentasi, hasil tes, pidato maupun produk lain yang terkait dengan pembelajaran itu sendiri.

Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Pembelajaran Berdiferensiasi diperlukan karena murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda. KHD menyatakan bahwa pendidikan yang dilaksanakan haruslah berpihak pada anak. 

Menurut KHD setiap anak mempunyai kharakteristik tersendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perencanaan, pelaksanaan dan hasil yang diminta pada setiap anak haruslah disesuaikan dengan anak.Kharakteristik anak yang berbeda ini dipenuhi oleh pembelajaran berdiferensiasi melalui 3 aspek, diantaranya :

1. Kesiapan Belajar

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut. 

Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. 

Saat Anda mengajar, menyesuaikan "tombol" dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda.  Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).

2. Minat murid

Ada murid yang minat nya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb.  Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat 'terlibat aktif' dalam proses pembelajaran.Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya:

- Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar;

- Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;

- Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan;

- Meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

Beberapa ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan minat diantaranya misalnya:

- Meminta murid untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis lagu, melakukan pertunjukan atau menari.

- Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.

- Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.

- Membuat kegiatan "sehari di tempat kerja". Murid diminta mempelajari bagaimana sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka boleh memilih profesi yang sesuai minat mereka.

3. Profil belajar murid

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll.

Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri.  Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Penting juga untuk diingat bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil.

Modul 2.2 Pembelajaran sosial dan emosional 

Pembelajaran sosial emosional adalah proses mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk memperoleh kompetensi sosial dan emosional sebagai modal murid dalam berinteraksi dengan dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar. Pembelajaran sosial emosional ini dapat dijadikan sebagai awal dan dasar penanaman pendidikan karakter kepada murid.

Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) merupakan hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik.

Hakikat PSE untuk memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses. Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan itu semua dalam pembelajaran sehingga anak-anak dapat belajar menempatkan diri secara efektif dalam konteks lingkungan dan dunia.

Pembelajaran Sosial dan Emosional yaitu Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh Kepala Sekolah, Guru, murid, Tenaga Kependidikan, wali murid dan warga sekolah lainnya. Proses Kolaborasi ini memungkinkan murid, pendidik, dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional dengan tujuan agar dapat mewujudkan hal-hal sebagai berikut:

- Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)

- Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)

- Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

- Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)

- Membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di kelas atau sekolah sehingga dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being) anak didik, ada 3 (tiga) hal terpenting dan sangat mendasar yaitu 5 Kompetensi Sosial Emosional, Kesadaran Penuh (Mindfulness), dan Kesejahteraan Psikologis (Well Being).

Well being merupakan sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelolalingkungan dengan baik. Memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Kompetensi Sosial Emosional :

1. Kesadaran Diri

2. Manajemen Diri

3. Kesadaran Sosial

4. Keterampilan Berempati

5. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung jawab

Modul 2.3 Coaching untuk supervisi akademik

Menurut Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach juga dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Oleh sebab itu, empat (4) cara berpikir ini dapat melatih guru (coach/pamong) dalam menciptakan semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran.

Coaching, memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi diri sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati  bersama. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan.

Dengan proses coaching guru juga dapat mengembangkan kompetensi diri sebagai pemimpin pembelajaran. Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervise akademik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada anak.Dan dalam proses pelaksanaannya supervise akademik menggunakan pendekatan coaching
Supervisi akademik digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya.

Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.

Paradigma berpikir coaching tersebut antara lain;

  1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
  2. Bersikap terbuka dan ingin tahu
  3. Memiliki kesadaran diri yang kuat
  4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan

1. Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?

Saya sebagai coach memiliki peran yang sangat penting karena  untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi.

Ada banyak sekali keterkaitan sebagai seorang coach di sekolah dengan materi sebelumnya, yaitu dari mulai  materi pembelajaran berdiferensiasi atau differenciated instruction yang merupakan sebuah strategi atau usaha guru dalam memenuhi kebutuhan siswa yang beragam atau merespon perbedaan pada siswa dalam kelas untuk menciptakan pengalaman belajar yang terbaik bagi siswa. Guru akan menemui beraneka ragam keunikan dan kekhasan dari masing-masing murid. Sehingga lagi-lagi proses mendidik dan mengajar menjadi tantangan guru. Diperlukan sebuah skill untuk menemu kenali dan mengidentifikasi murid sesuai dengan kebutuhan belajarnya, agar proses kemerdekaan belajar dan mengajar bisa terealisasi dengan baik. Dan juga dari segi minat murid, karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat 'terlibat aktif' dalam proses pembelajaran. Selain itu juga materi pembelajaran sosial dan emosional juga sangat penting, karena  pembelajaran sosial-emosional (PSE) merupakan hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik, pembelajaran pembelajaran ini sangat penting dan dibutuhkan serta sangat dibutuhkan sekali

2. Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?

Guru sebagai coach dibutuhkan untuk menggali kebutuhan murid sehingga guru dapat mendisain proses pembelajaran yang mampu memaksimalkan segala potensi yang dimiliki murid. Strategi atau usaha guru dalam memenuhi kebutuhan siswa yang beragam serta merespon perbedaan pada siswa dalam kelas untuk menciptakan pengalaman belajar yang terbaik bagi siswa, tidak akan berhasil tanpa adanya skill coaching yang baik. Dengan pendekatan melalui teknik coaching ini juga diharapkan murid mampu menemukan potensi diri yang merupakan jati diri murid. Dengan menyadari potensi yang dimilikinya, diharapkan murid bisa menentukan ke mana arah hidupnya. Sehingga murid akan mengembangkan potensi yang dimilikinya agar bisa mencapai maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun