Mohon tunggu...
Yusmadi Andrie
Yusmadi Andrie Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Traveler, Photographer, and Volunteer.

Penyuka travelling dan fotografi serta volunteering.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

"Pellung Ri Kapoposang"

9 Mei 2022   16:59 Diperbarui: 10 Mei 2022   21:42 1722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarana Penetasan telur Sissik (dok. Pribadi) 

Kabupaten Pangakajene dan Kepulauan (Pangkep), salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan, yang terkenal dengan wilayah tiga dimensi. Aktivitas pemerintahan terpusat di Pangkajene, ibukota Kabupaten Pangkep.

Wilayah Kabupaten Pangkep terbentang dari dua kecamatan pegunungan yaitu Tondong Tallasa dan Balocci, tujuh kecamatan dataran rendah yaitu Pangkajene, Minasate’ne, Bungoro, Labakkang, Ma’rang, Segeri dan Mandalle, serta empat kecamatan kepulauan yaitu Liukang Tupabbiring Utara, Liukang Tupabbiring, Liukang Kalukuang Massalima dan Liukang Tangngayya.

Potensi budaya dan wisata di Kabupaten Pangkep cukup beragam, mulai dari Bissu, alat musik tennong-tennong, Gunung Bulusaraung, Taman Prasejarah Sumpang Bita, Goa Mattampa, hingga wisata perairan di hampir semua wilayah kecamatan kepulauan. Semua potensi wisata tersebut masuk dalam Taman Nasional Geopark Maros Pangkep.

Wisata perairan, jadi daya tarik wisata terbaik di Kabupaten Pangkep. Empat kecamatan kepulauan memiliki potensi wisata perairannya masing-masing.

Mulai dari acara budaya Maccera’ Lopi, menangkap ikan menggunakan perahu bagan, konservasi penyu, transplantasi karang hingga menyelam dan snorkeling. Pulau Kapoposang merupakan salah satu spot menyelam dan snorkeling yang ada di Kabupaten Pangkep.

Kapoposang

Desa Mattiro Ujung adalah salah satu desa kepulauan yang jadi bagian dari Kecamatan Liukang Tupabbiring dan masuk wilayah administratif Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep).

Desa Mattiro Ujung terdiri dari dua pulau yaitu Pulau Pandangang dan Pulau Kapoposang. Pulau Pandangang merupakan pusat pemerintahan dan jadi pulau dengan populasi penduduk tertinggi di Desa Mattiro Ujung.

Sedangkan Pulau Kapoposang merupakan pulau terbesar dengan populasi penduduk sedikit dan menjadi pusat kegiatan wisata perairan dan konservasi penyu. Pohon kelapa, pinus laut, beringin laut dan mangrove tumbuh subur di Pulau Kapoposang. Dengan sedikit populasi penduduk, hutan pesisir mendominasi lahan di Pulau Kapoposang.

Akses ke Kapoposang dapat dijangkau lewat Dermaga Pangkajene di Pangkajene, Dermaga Kalibone di Kalibone dan Pelabuhan Maccini Baji di Labakkang. Akses terbaik yang penulis sarankan untuk ke Kapoposang yaitu Dermaga Pangkajene. Karena sebelum berangkat, kita dapat belanja terlebih dahulu, untuk memenuhi kebutuhan selama di Kapoposang, di pasar induk yang jadi bagian dari dermaga tersebut.

Pulau Kapoposang merupakan bagian dari Taman Wisata Perairan (TWP) Kapoposang dan Laut di sekitarnya berdasarkan SK Menhut No.588/Kpts-VI/1996 sebagai Taman Wisata Alam.

TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya meliputi dua desa dan 6 pulau yakni, Desa Mattiro Ujung terdiri dari pulau Kapoposang dan Pandangan serta Desa Mattiro Walie meliputi pulau Pamanggangan, Tambakulu, Gondongbali, dan Suranti dan gugusan terumbu karang.

Dari 6 pulau tersebut, terbagi atas 3 pulau berpenghuni yaitu: Pulau Kapoposang, Papandangan, dan Gondongbali. Sedangkan tiga pulau lainnya yaitu Pulau Tambakulu, Pamanggangan dan Suranti tidak berpenghuni [1].

Peta Taman Wisata Perairan Kapoposang (Source: BKKPN Kupang)[2]
Peta Taman Wisata Perairan Kapoposang (Source: BKKPN Kupang)[2]

Berlayar Menuju Kapoposang

Perjalanan penulis menuju Kapoposang dimulai dari Dermaga Pangkajene dengan menumpang kapal nelayan yang belanja kebutuhan harian di Pasar Induk Pangkajene.

Waktu tempuh dari Dermaga Pangkajene ke Kapoposang dibutuhkan 5 jam pelayaran dengan menghabiskan 35 liter solar sekali perjalanan. Sehingga dibutuhkan 70 liter solar untuk perjalanan pergi-pulang.

Kapal Nelayan di Dermaga Pangkajene (dok. Pribadi)
Kapal Nelayan di Dermaga Pangkajene (dok. Pribadi)

Pelayaran dimulai dengan menyusuri Sungai Pangkajene kemudian menuju laut lepas. Selama perjalanan kita akan menjumpai aktivitas melaut nelayan dan melewati beberapa pulau sebelum sampai di Pulau Kapoposang. 2 jam pelayaran dan setelah melewati Pulau Karanrang, laut semakin dalam dan ombak mulai tinggi.

Hempasan ombak di badan kapal memberikan sensasi guncangan yang cukup mengangkan. Bagi yang belum terbiasa dengan perjalanan laut, akan merasa mual dan muntah selama pelayaran menuju Kapoposang. Semakin mendekati Kapoposang, ombak makin tinggi dan kapal makin terguncang akibat terkena hantaman ombak.

Setelah 5 jam pelayaran dengan kapal nelayan beratap terpal, akhirnya sampai di Kapoposang dan disambut laut jernih dan pasir putih. Kedatangan penulis disambut warga dengan ramah dan membantu membawa barang bawaan.

Obrolan penulis dan warga cukup baik karena mayoritas warga Kapoposang menggunakan Bahasa Bugis untuk berkomunikasi.

Kemudian, setelah barang sudah turun dari kapal, kapten kapal mengarahkan penulis menuju salah satu rumah warga yang menjadi tempat menginap selama di Kapoposang.

Jelajah Kapoposang

Burung Konde, Ikon Kapoposang (dok. Pribadi)
Burung Konde, Ikon Kapoposang (dok. Pribadi)

Spot sunset terbaik di Kapoposang dapat kita jumpai di RT 4, kita dapat menyaksikannya di pantai ataupun lewat mercusuar.

Jalan Desa Kapoposang (dok. pribadi)
Jalan Desa Kapoposang (dok. pribadi)

Rasa penasaran tentang Kapoposang memaksa penulis memangkas waktu istirahat. Setelah 2 jam beristirahat, berbekal smartphone, kamera dan tripod, penulis mulai menjelajah Kapoposang.

Pertama kali penulis menuju ke arah timur menyusuri jalanan kampung dan rumah warga yang masuk dalam RT 1 dan RT 2. RT 1 dan RT 2 banyak tumbuh pohon kelapa, pinus laut dan beringin laut. Dermaga, transplantasi karang, penyewaan perlengkapam diving dan snorkeling, SPBU, Kantor dan mess pegawai Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, sekolah dasar, masjid, lapangan bulutangkis, homestay dan resort masuk dalam RT 1.

Di RT 2 terdapat sarana pembangkit listrik tenaga surya, puskesmas pembantu, dan habitat burung konde.

RT 3 berupa hutan pesisir dan terdapat sedikit rumah warga. Di RT 3 pula terdapat tempat pemakaman umum, lokasi bertelur penyu dan pelepasan penyu.

Dan di RT 4 merupakan lokasi pemukiman padat dan terdapat musola dan menara mercusuar.

View Sunrise dari Mercusuar (dok. pribadi)
View Sunrise dari Mercusuar (dok. pribadi)

Sunrise dapat disaksikan di ujung timur RT 1 dan terdapat pantai pasir putih dan hutan pinus sebagai spot foto. Di RT 1 pula terdapat gusung pasir dengan gradasi putih, biru dan tosca yang memanjakan mata.

Spot sunset terbaik di Kapoposang dapat kita jumpai di RT 4, kita dapat menyaksikannya di pantai ataupun lewat mercusuar.

Namun untuk menuju mercusuar, kita harus memiliki izin terlebih dahulu dari pengelola. RT 3 punya daya tarik tersendiri karena jadi lokasi favorit penyu untuk bertelur, aktivitas pantai di RT 3 cukup terbatas agar tidak mengganggu penyu. RT 2 jadi lokasi perbaikan dan pembuatan perahu oleh warga karena memiliki ruang terbuka yang luas.

Sissik

Spot terbaik melihat aktivitas sissik yaitu laut di utara RT 3 dan laut di barat RT 4.

Sarana Penetasan telur Sissik (dok. Pribadi) 
Sarana Penetasan telur Sissik (dok. Pribadi) 

Sebagai wilayah konservasi perairan, Kapoposang identik dengan penangkaran penyu, yang oleh warga lokal menyebutnya dengan sebutan sissik. Penyu atau sissik bebas berenang di laut dan sekitar karang Kapoposang tanpa gangguan manusia.

Laut Kapoposang menyediakan rumput laut yang jadi makanan para sissik. Berbagai ukuran sissik akan kita jumpai saat melakukan aktivitas diving dan snorkeling di laut sekitar Kapoposang. Spot terbaik melihat aktivitas sissik yaitu laut di utara RT 3 dan laut di barat RT 4.

Pelepasan Tukik Sissik (dok. pribadi)
Pelepasan Tukik Sissik (dok. pribadi)

Penulis sempat ikut pelepasan tukik sissik selama kunjungan di Kapoposang. Petugas dari BKKPN Kupang mengajak penulis dan warga untuk ikut pelepasan tukik di RT 3.

Penulis dan beberapa warga diantaranya Hasan, Isma, Ayu, Mala, Rasul, Idma, Indi, dan Nayla sangat excited merilis tukik ke laut.

Saat pelepasan tukik kami menggunakan cahaya senter karena pelepasan tukik dilakukan pada malam hari.

Gerakan menggemaskan dari para tukik membuat kami betah, bahkan ada yang menuju ke kaki kami mengikuti sumber cahaya senter.

Setelah 25 menit pelepasan tukik, kami meninggalkan tempat tersebut agar para tukik bebas berenang tanpa adanya cahaya dari senter kami.

Mappappé Ikan

“Abu jagonya mappappé’ ikan tawassang,”

Aktivitas hari kedua, penulis awali dengan berenang di laut pada pukul 6 pagi. Berbekal masker dan snorkel milik Hasan, penulis menikmati keindahan laut dangkal Kapoposang. Berbagai macam ikan kecil berenang bebas di sekitar karang.

Menyadari kehadiran penulis, sesekali ikan-ikan tersebut sembunyi di balik karang. Sejam berenang pagi, penulis pulang ke rumah untuk bersih-bersih badan.

Namun sesampai di rumah, Hasan malah mengajak penulis mencari ikan tawassang (Nosa hexacanthus).

“Mau ikut mallellung (memburu) tawassang tidak?” Tanya Hasan.

“Boleh, dimana tempat tawassang-nya?” Timpalku.

“Di aquarium, laut di sebalah barat.” Jawab Hasan.

“Oke, saya ikut.” Jawabku mengiyakan ajakan Hasan.

“Siap-siap dulu, kita berangkat bareng Fajar, Munir, Budi, Ellu, dan Abu. Kita pakai kapal Fajar.” Terang Hasan.

Masker, snorkel, fins, panah ikan, pengait dan tombak jadi perlengkapan kami ketika mallellung tawassang. Kami berangkat menuju aquarium, sebutan untuk laut dangkal yang ada di barat Kapoposang.

Dari atas kapal, terlihat sissik berenang bebas dan makan rumput laut. Pemandangan langka yang belum bisa ditemukan ditempat lain.

Kami menuju batu karang yang jadi tempat persembunyian ikan tawassang. Ketika sampai di karang tujuan, dua di antara kami langsung turun menyelam membawa panah dan pengait.

“Abu jagonya mappappé’ ikan tawassang,” seloroh Ellu ketika Abu dan Munir menyelam mencari ikan tawassang.

Tak berselang lama, Munir dan Abu muncul ke permukaan air dengan menggenggam ekor ikan tawassang dan melemparnya masuk ke kapal.

Selanjutnya kami menuju karang lainnya mencari ikan tawassang. Kami secara bergantian turun menyelam di sekitar karang mencari ikan tawassang.

Namun terjadi kecelakaan laut, telapak tangan Munir robek sepanjang 5 centimeter dengan luka sedalam 3 centimeter. Telapak tangannya robek terkena sayatan sirip ekor ikan tawassang yang tajam, bahkan membuat daging telapak tangan Munir ikut tertarik keluar.

Luka tersebut mengeluarkan banyak darah, dan kami memberikan beberapa tetes oli pada luka tersebut sebagai pertolongan pertama sebelum kami bebat pakai robekan kain.

Hasil Mappappé’ Tawassang (dok. pribadi)
Hasil Mappappé’ Tawassang (dok. pribadi)

Pukul 1 siang, kami sudahi aktivitas mappappé’ tawassang setelah 4 jam menyelam dari satu karang ke karang lainnya. Hasil buruan yang kami peroleh terdiri dari beberapa macam ikan yaitu ikan tawassang, tawassang potolo’ (Naso unicornis), ikan toka-toka (pari), ikan baronang, cumi-cumi, ikan papakulu’ (ayam-ayam), ikan sunu dan ikan katamba (lencam).

Dalam perjalanan kami melihat ikan pari berukuran satu meter melintas di samping kapal. Ikan yang dapat membunuh kami dengan ekornya jika kami memaksa menangkapnya.

Pasti kalian penasaran dengan istilah mappappé’ tawassang. Mappappe’ tawassang merupakan istilah Bahasa Bugis yang terdiri dari dua kata, yaitu mappappé’ artinya memanah dan tawassang artinya ikan tawassang.

Jadi mappappé’ tawassang dapat diartikan sebagai aktivitas melaut dengan memanah ikan tawassang. Panah yang digunakan adalah panah rakitan menggunakan stainless dengan pelontar dari kayu menggunakan karet.

Pellung ri Kapoposang

Munir berseru, “saatnya pellung ri Kapoposang!”

View Aquarium (dok. Pribadi)
View Aquarium (dok. Pribadi)

Hari ketiga cukup berkesan bagi penulis. Bersama Hasan, Fajar, Munir, Budi, Ellu, Abu, Isma, Ayu, Mala, Rasul, Idma, Indi, dan Nayla dan beberapa warga lainnya, penulis menuju sisi selatan aquarium menumpang kapal Munir. Es buah, nasu santang (nasi uduk), air minum, dan ikan bakar jadi bekal kami. Tak lupa membawa 4 perahu gabus, 4 set perlengkapan snorkeling, dan bebrapa pelampung. Hasan dan Munir mengomandoi perjalanan kami dengan Fajar sebagai kapten kapal. Setelah 30 menit, kami sampai di lokasi yang dituju.

Setelah menurunkan jangkar, tiba-tiba Munir berseru, “saatnya pellung ri Kapoposang!” Munir melompat ke laut diikuti Hasan dan yang lainnya.

Penulis terlebih dahulu memakai perlengkapan snorkeling sebelum ikut lompat ke laut. Penulis menarik satu perahu gabus dan menuju ke gugusan karang besar sembari melawan arus.

Ditemani oleh Kibe dan Munir, penulis menangkap ikan badut untuk diberikan ke anak Kibe berumur 5 tahun, yang memang pecinta hewan.

Setelahnya penulis menikmati keindahan karang berbagai bentuk dan warna yang menjadi rumah berbagai jenis ikan.

Persiapan Menuju Aquarium (dok. Pribadi)
Persiapan Menuju Aquarium (dok. Pribadi)

Pellung ri Kapoposang merupakan ungkapan spontanitas menggunakan Bahasa Bugis oleh warga Kapoposang. Pellung memiliki arti selam atau menyelam, sedangkan ri Kapoposang memiliki arti di Kapoposang. Jadi, Pellung ri Kapoposang bermakna menyelam di Kapoposang.

Ungkapan yang sangat sesuai untuk Kapoposang, karena laut Kapoposang merupakan kawasan spermonde dengan laut jernih, terumbu karang cantik dan vertikal, dan rumah berbagai jenis ikan serta penyu.

Maka sebuah kerugian jika berkunjung ke Kapoposang tidak ikut Pellung ri Kapoposang.

***

Referensi

[1] & [2] Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kupang Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan Dan Perikanan RI

Penulis adalah seorang pecinta traveling dan kegiatan volunteering, penulis aktif di instagram dengan akun @yusmadiand dan di twitter dengan akun @yusmadiandrie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun