Munir berseru, “saatnya pellung ri Kapoposang!”
Hari ketiga cukup berkesan bagi penulis. Bersama Hasan, Fajar, Munir, Budi, Ellu, Abu, Isma, Ayu, Mala, Rasul, Idma, Indi, dan Nayla dan beberapa warga lainnya, penulis menuju sisi selatan aquarium menumpang kapal Munir. Es buah, nasu santang (nasi uduk), air minum, dan ikan bakar jadi bekal kami. Tak lupa membawa 4 perahu gabus, 4 set perlengkapan snorkeling, dan bebrapa pelampung. Hasan dan Munir mengomandoi perjalanan kami dengan Fajar sebagai kapten kapal. Setelah 30 menit, kami sampai di lokasi yang dituju.
Setelah menurunkan jangkar, tiba-tiba Munir berseru, “saatnya pellung ri Kapoposang!” Munir melompat ke laut diikuti Hasan dan yang lainnya.
Penulis terlebih dahulu memakai perlengkapan snorkeling sebelum ikut lompat ke laut. Penulis menarik satu perahu gabus dan menuju ke gugusan karang besar sembari melawan arus.
Ditemani oleh Kibe dan Munir, penulis menangkap ikan badut untuk diberikan ke anak Kibe berumur 5 tahun, yang memang pecinta hewan.
Setelahnya penulis menikmati keindahan karang berbagai bentuk dan warna yang menjadi rumah berbagai jenis ikan.
Pellung ri Kapoposang merupakan ungkapan spontanitas menggunakan Bahasa Bugis oleh warga Kapoposang. Pellung memiliki arti selam atau menyelam, sedangkan ri Kapoposang memiliki arti di Kapoposang. Jadi, Pellung ri Kapoposang bermakna menyelam di Kapoposang.
Ungkapan yang sangat sesuai untuk Kapoposang, karena laut Kapoposang merupakan kawasan spermonde dengan laut jernih, terumbu karang cantik dan vertikal, dan rumah berbagai jenis ikan serta penyu.
Maka sebuah kerugian jika berkunjung ke Kapoposang tidak ikut Pellung ri Kapoposang.