Mohon tunggu...
Yusi Kurniati
Yusi Kurniati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penikmat sastra

Penulis novel Ayam Goreng Gadamala & Pria Berkacamata (2021), Pacar Dunia Maya (2016), Kumpulan cerpen Sepenggal Kisah (2016), dan kontributor dalam 45 antologi cerpen dan fiksimini. Alumnus S2 Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memancing

25 September 2020   07:00 Diperbarui: 25 September 2020   07:22 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Napa sih mukanya kusut banget?" tanya Mahmud pada Samsul. Wajah Samsul memang tidak seceria biasanya. Ia juga kerap kali menghela napas panjang hari ini.

"Ada masalah nih di kantor, pusing kepala aku. Bukan kesalahan aku, tapi dilimpahin ke aku. Bingung gimana caranya biar gak disalahkan." Samsul mulai berkisah. Kedua sahabat itu kemudian saling berbagi keluh kesah sembari memancing. Setelah menghabiskan waktu selama tiga jam, Samsul tampak lega karena telah menumpahkan keluh kesah kepada sahabatnya. Mereka bersiap pulang. Ikan yang didapat oleh keduanya pun kembali dilepas ke kolam, bersamaan dengan lepasnya perasaan stres yang membebani Samsul.

...

Kolam belakang rumah pejabat yang disita KPK. Pukul 17.00 WIB.

Tarjudin memasangkan umpan ke mata kail. Cacing-cacing segar itu mengeliat hendak melepaskan diri. Sore ini seperti biasanya Tarjudin pergi memancing bersama Yono. Mereka kerap memancing di kolam belakang rumah mantan pejabat yang saat ini sedang dipenjara. Bukan karena hobi, tapi demi anak istri di rumah yang memerlukan lauk. Yah, sebagai kuli panggul pasar pagi, ikan menjadi barang mewah yang kadang tak terbeli. Sebab penghasilan keduanya hanya cukup untuk membeli beras. Itu sebabnya di sore hari mereka memancing.

"Sayang banget ya rumah segede itu kok gak dirawat gini," ujar Yono.

"Kan gak ada penghuninya, Yon. Lah siapa yang mau rawat coba?" Tarjudin melempar mata kailnya ke dalam kolam.

"Tapi beruntung juga lho kita. Karena rumah ini disita kita bisa cari makan di sini," ucap Yono.

"Iya ya, No. Masih bersyukur ya kita miskin, No. Ternyata yang kaya dan banyak duitnya pun tidak jadi jaminan bahwa hidup kita akan bahagia," ujar Tarjudin.

"Benar, Din. Lah buat apa punya duit banyak kalau akhirnya malah di penjara. Gak ada artinya duit itu. Mending kayak kita ya, dapat uang sehari buat makan sehari. Eh, pancingmu dapat lagi tuh, Din," ujar Yono. Tarjudin segera mengangkat pancingnya. Seekor ikan gabus seukuran lengan orang dewasa menggelepar di sana. Tarjudin segera menangkap ikan tersebut dan memasukkannya ke dalam plastik.

"Ayo, pulang, Yon. Kamu udah dapat berapa?" tanya Tarjudin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun