Kita harus mafhum dengan kondisi kearifan lokal bangsa ini yang memang menyukai seni dan budaya sendiri. Dahulu kala di jaman Nabi Muhammad SAW  untuk membangunkan masyarakat di  Kota Mekah , maka diutuslah Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan. Saat itu memang belum dikenal  namanya pengeras suara apalagi alat pukul beduk. Cukup dengan suara azan Bilal , maka sudah mewakili panggilan sahur.
Setelah jaman Nabi , tradisi membangunkan sahur dilanjutkan oleh bangsa Arab dengan lebih meriah lagi. Mereka membangunkan sahur dengan menggunakan gendang, sambil membawa lentera dan menabuhnya sambil berjalan jalan ke sudut -- sudut kota semisal Kota Mekah Al Mukarohmah. Â Nah tradisi inilah yang kemudian diadaptasi oleh masayarakat Indonesia di beberapa daerah , termasuk di tempat saya tinggal semasa kecil.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H