Menjelang  pertengahan akhir bulan, setiap kita yang sudah bekerja pasti ada kesamaan yaitu mulai menipisnya uang di dompet . Ini berlaku umum dan biasanya hal yang untuk orang banyak itu  bersifat abadi karena banyak dilakukan oleh mayoritas. Maka dari  itu ada satu  istilah juara, yaitu seseorang yang mendapatkan kemenangan dari suatu pertandingan atau perlombaan.
AWALNYA BERUPA IMPIAN
Sejak  kecil dari pra sekolah hingga saat ini, saya membiasakan diri untuk menabung  baik itu masih berbentuk celengan  dari tanah liat hingga menabung di Bank . Nah uniknya, saat  berada di bangku SMP  sekelas dengan teman seorang keturunan yang mengenalkan saya dengan salah satu Bank Pemerintah , Bank Rakyat Indonesia (BRI), Saya pun membuka tabungan Simpedes (Simpanan Masyarakat Pedesaan ) Saldo pertama saya adalah  RP 2500 rupiah dan hingga kini saya kangen sekali dengan suara bunyi printernya. Benar benar khas. HeheheheheÂ
Saat SMU, karena sering diminta tolong oleh Bapak untuk sekadar mencairkan Cek, Giro,Bilyet . Sayapun akhirnya tahu betapa orang tua susah untuk memercayai orang karena saking seringnya cek yang saya berikan ke Bank untuk dicairkan ternyata cek kosong.
Seringnya saya bulak balik ke Bank memberi ketertarikan dan akhirnya saya membuka tabungan di Bank Tabungan Negara tersebut, dilalahnya ini berterus sampai saya diterima kuliah di Lampung. Di wilayah pemekaran Simatera Selatan inilah  saya menghabiskan 9 tahun kuliah dan bekerja, tempat kuliah saya ini kampusnya  telah  bekerjasama dengan Bank BNI, maka sayapun membuka  rekening di bank ini.  Terus saja demikian sampai saya punya buku tabungan di 5 bank yang berbeda termasuk Bank milik Swasta.
Suatu ketika, saat bekerja sebagai  konsultan dan berhubungan dengan pihak luar termasuk teman teman yang bekerja di sebuah Program  World Bank , saya bertemu dengan Mas Ivo, dari dia pula info tentang pengelolaan uang yang benar itu seperti apa.  "Kamu punya banyak tabungan di Bank yang berbeda ya"?
Saya pun mengiyakan pertanyaan dia dan balik bertanya "Iya benar, memangnya kenapa?"
"Sayapun saat seusia kamu di usia 23 tahun memiliki sama apa yang kamu lakukan saat ini, dan saya yakin di setiap akhir bulan uang kamu malah tak bersisa, kalaupun masih ada itupun hanya sedikit saja" Bahas Mas Ivo panjang.
"Yang jelas, hamper 80 persen anak muda di Indonesia menggunakan pola yang sama, yaitu konsep 80 :20".Tambahnya lagi.
"Apaan tuh 80 : 20, tolong ajarkan saya!" Pintaku seraya menghentikan kerjaan di depan laptop.
Ya, seseorang yang memiliki penghasilan, tentu akan membaginya dengan memisahkan mana  untuk kebutuhan dan mana yang akan di saving (tabung). Taruhlah, dari 10 juta rupiah gaji yang didapatkan 8 juta rupiah untuk kebutuhan sehari- hari dan 2 juta rupiah untuk ditabung. Biasanya di akhir bulan, uang tabungan  20 persen itu terpakai untuk memenuhi yang 80 persen tadi. Ya, hang out lah, menonton dengan teman teman, menraktir makan, beli handphone baru, dipinjam saudara lah dan lain sebagainya. Akhirnya setiap bulan orang tersebut akan tetap sama  tetap menabung tapi tak pernah terkumpul,  habis lagi habis lagi.
Tabungan yang seyogyanya dipakai untuk kebutuhan di masa depan, ataupun kalau terpakai digunakan untuk keadaan darurat adalah prinsip utama dalam menabung, selebihnya apa yang kita pakai dalam tabungan adalah semata untuk efisiensi dan efektifitas dalam penyimpanan uang tunai. Banyak anak muda yang tinggal di perkotaan, atau tidak jauh jauh teman teman  keseharian saya ,  karena tidak sesuai dengan tujuan awalnya banyak anak muda ini tidak pernah merasakan manfaat uang tabungan tersebut secara tepat. Gaya hidup hedonisme ditunjang antara penghasilan dengan pengeluaran sehari -hari tidak lebih banyak yang dikeluarkan. Mereka punya mimpi, tentu saja punya, namun ketidak konsistenan dalam menabung itulah yang akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam praktik "gali lubang tutup lubang".
Padahal mimpi bisa diwujudkan dengan cara yang sederhana.Â
1. Segera menabung berapapun penghasilan Anda;
2. Konsistenlah dalam menabung, pisahkan antara tabungan hari tua, tabungan untuk pergi haji, tabungan untuk kebutuhan darurat ( jangka pendek dan jangka menengah).
Â
SAATNYA CERDAS Â DALAM FINANSIAL
Pengalaman saya di atas tadi mungkin jadi gambaran secara umum fenomena anak muda saat ini,  untuk segera menabung semuda mungkin. Baik nantinya digunakan untuk keperluan pendidikan, biaya nikah sampai dengan  kepemilikan rumah atau kendaraan pribadi. Saya sendiri bermimpi untuk pergi haji sekeluarga sebelum umur saya 45 tahun.Â
Kalau saat ini usia saya menginjak 37 tahun, berarti ada masa 8 tahun untuk saya menabung. Lagi lagi  faktor keamanan dan kenyamanan menjadi alasan dalam memilih  Bank  untuk menabung. Ini bukan lah hal biasa, mengingat banyak sekali faktor kejahatan di luar sana yang suatu waktu mengancam keselamatan harta dan jiwa kita, maka dari itu memilih bank yang aman  dan dijamin oleh  suatu lembaga kredible semisal LPS adalah salah satu solusi terbaiknya.
Kalau 1 juta rupiah kemudian dikalikan 12 bulan maka ada saldo setiap tahun sebesar 12 juta rupiah, bila dikalikan  selama 8 tahun maka akan ada sejumlah dana sekitar 96 juta rupiah.Â
Saat ini, kita sebagai pengguna jasa Bank harus pula bijak dalam memilih dan memilah mana Bank yang harus kita percayakan dalam menyimpan uang kita secara lebih aman, tenang dan pasti. Apalagi saat ini  setiap Bank tersebut harus terdaftar dan diawasi oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).  LPS itu memiliki  dua fungsi yaitu :
1. Â Â Â Menjamin simpanan nasabah;
2. Â Â Â Memelihara dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
 Kedua fungsi inilah yang akan membuat nasabah merasa aman menyimpan dananya di Bank yang sudah menjadi peserta LPS.
Apa sih LPS itu, kenapa harus ada LPS ?
LPS SAHABAT NASABAH
Sebagai lembaga yang berdiri di samping nasabah dalam menjamin simpanan, maka sudah laik LPS dijadikan sahabat bagi nasabah karena perannya. Bayangkan kalau sebelum ada LPS ada banyak nasabah yang kehilangan dananya di Bank, sementara Bank tidak menjamin akan kehilangan tersebut maka alangkah sia - sianya usaha sang nasabah. Mau mengadu ke siapa? Â Mau Uangnya balik sudah percuma saja.
Kini, peran LPS dalam pengelolaan keuangan masyarakat semakin meluas. Program Penjaminan  Simpanan Pembayaran Klaim yang telah dilakukan LPS sejak LPS beroperasi 2005 s.d Juni 2017, LPS telah melakukan penanganan  klaim terhaap 81 Bank yang dicabut iJin usahanya dan 79 Bank  telah selesai proses rekonvernya.
Total Simpanan 81 Bank yang dilikuidasi Rp 1,5 T ;
1. Layak dibayar p 1,2 T
2. Tidak layak dibayar Rp 317,3 MÂ
Dari paparan tersebut, sudah seharusnya kita sebagai nasabah selalu waspada dan selalu mendekat ke LPS untuk memastikan mana yang terbaik kalau terjadi sesuatu terhadap simpanan kita.  Sebagai catata untuk calon nasabah, Sementara jumlah Bank Peserta Penjaminan Per Juni  2017 adalah :
1.    Bank Umum  sejumlah 115;
2. Â Â Â BPR sejumlah 1786.
Dengan banyaknya alternatif tempat menabung, maka tidak ada alasan  lagi bagi anak muda sekarang untuk tidak menabung dan memercayakan uangnya di Bank umum maupun di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang ada di seluruh penjuru Indonesia, khususnya di wilayah sekitar mereka sendiri .
Untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan,  LPS  juga memberikan Tips Menabung  Aman di  Bank
Semua Bank ( Bank Umum dan BPR ) yang beroperasi di Indonesia dijamin oleh LPS, baik Bank dengan sistem konvensional maupun sistem syariah. Kemudian objek penjaminan adalah giro, deposito,sertifikat deposito,tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan.Â
1. Â Â Â Rekonsiliasi Setiap Periode ;
2. Â Â Â Ikuti 3 T
a. Â Â Â Tercatat dalam Pembukuan Bank;
b.    Tingkat bunga simpanan tidak melebihi  tingkat bunga penjaminan;
c.    Tidak melakukan tindakan yang merugikan  Bank.
Lps sendiri sebagai sahabat nasabah menjadi anggota dari asosiasi lembaga penjamin simpanan internasional (IADI) . IADI Â ada 80 anggota, 7 asosiasi dan 13 partner (rekanan).Â
HIDUP SELALU BERUBAH, KADANG MIMPI TAK JADI KENYATAAN
Kita tak selamanya bekerja dan menghasilkan materi (uang) untuk ditabungkan. Adakalanya waktu pula yang mengalahkan kita, apakah kita terkena sakit kritis sehingga pensiun lebih cepat, cacat tetap total hingga kita tak bisa bekerja lagi secara sempurna dan ataupun kita menghadap sang pencipta secara dini sehingga tak ada lagi kesempatan untuk menikmati apa yang kita tabung atau investasikan.Â
Kapan kita mulai meraih mimpi dengan berinvestasi ?
Tentu saja pertanyaan sederhana in mudah kita jawab, secepat - cepatnya. Kapan secepat - cepatnya itu ?
1. Sejak Memiliki Pendapatan , nah ini yang menjadi catatan utama. Seseorang ketika mendapatkan penghasilan dari pekerjaannya sudah  harus segera action untuk berinvestasi;
2. Y= C+S+I , di mana Y =Pendapatan, C= Kconsumption, S= SavingÂ
Pendapatan = Komsumi + Tabungan + Investasi , jadi tidak perlu menunggu sampai  Y / pendapatan tinggi, Kata kuncinya  adalah belanja dengan bijak sehingga kita masih  memiliki S (saving) dan I ( Investment) .
Semoga Bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H