Suasana ini dibangun agar masyarakat Indonesia yang luar biasa banyak dan luar biasa mudah dirasuki dan dipengaruhi dapat dipertahankan 'bajunya', jangan sampai ditanggalkan.Â
Adakalanya akan dicerca dan dicaci maki bahkan dihina, kalaupun ada film dokumenter yang ditayangkan berisi cerita non-islami, baik dari muslim sendiri atau dari non-muslim. Oleh sebab itu sangat jarang film-film non-islami diputar atau bahkan dibuat.
Dengan memperhatikan pangsa pasar, lebih dari delapan puluh persen warga Indonesia islam, maka sudah barang tentu film atau sinetron yang dibuat harus menyesuaikannya.Â
Namun, film yang notabene sekuler hanya mengandalkan jalan cerita tanpa ada unsur agama sangat digandrungi sekali. Itulah keanehannya, mengapa demikian? Pertanyaan ini sesungguhnya baik untuk ditelusuri jawaban atas segala hal aktivitas yang berbau keagamaan. Mengapa ada kekerasan, mengapa ada yang mengatakan preman berjubah, dan lain sebagainya.
Dengan film kita mampu mengubah, membentuk dan memotivasi apapun. Mungkin, kita bisa marah dengan sekitar bila menonton film yang tendensius, atau mungkin kita akan berpikir kembali bahwa manusia itu sama, hanya bajunya yang berbeda. Seperti dalam film tanda tanya karya Hanung Bramantyo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H