Saya masih ingat, 10-15 tahun lalu Kawasan Mandeh sudah ingin dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari yang menarik oleh Bupati Pesisir Selatan Darizal Basir, ketika itu. Saya pun sudah berkali-kali membuat reportase untuk Kompas. Jalan ke puncak Mandeh masih jalan tanah dan baru dibuka. Dari segi kelengkapan fasilitas dan infrastruktur Kawasan Mandeh masih kalah dari Bunaken, Raja Ampat, Bali, dan Lombok yang sudah maju duluan wisata baharinya. Akan tetapi dari sisi keindahan atas dan bawah laut, Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh jauh lebih unggul dan lengkap.
Bahkan, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengibaratkan Mandeh sebagai Raja Ampat di Sumatera. “Saya sederhanakan, Mandeh ini Raja Ampatnya Sumatera. Kalau sering lihat Raja Ampat, ini mirip,” ujar Arief ketika berkunjung tanggal 15 Mei 2015 lalu.
Sumatera Barat dengan panjang garis pantai 375 km, potensi keindahan alamnya memang luar biasa, bahkan melebihi daerah lainnya di Indonesia. Tak hanya keindahan di atas laut, tapi juga keindahan alam bawah laut. Karena itu, biar cepat berkembang dan berdampak pada perekonomian masyarakat, pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung pariwisata di Mandeh harus dipercepat.
Pemerintah dan masyarakat Sumatera Barat bersyukur, Menteri/Kepala Bappenas, ketika itu Adrinof A Chaniago yang urang awak, bisa meyakinkan Presiden Jokowi, agar mempercepat pembangunan Kawasan Wisata Bahari Terpadu Mandeh. Bahkan, Presiden Jokowi pun sudah datang mengunjungi Mandeh dan melihat keindahan alam yang rancak dengan potensi wisata bahari yang bisa menjadi unggulan Indonesia ke depan.
Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Arief Yahya, dibutuhkan Rp1,5 triliun untuk pembangunan kawasan mandeh. Dan Mandeh bisa mendapat perhatian khusus karena bisa jadi unggulan wisata bahari di Indonesia Barat. Apalagi, jika dibanding berwisata ke Raja Ampat atau Bunaken, atau Bali, jauh lebih murah dan efektif ke Sumatera Barat.
Kementerian Pariwisata menyatakan wilayah Mandeh di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pertengahan 2017 bakal menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata dengan menonjolkan keindahan wisata bahari.
Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kemenpar, Hiramsyah Sambudhy Thaib dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (11/6/2016), mengatakan setelah Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menetapkan Mandeh sebagai sentra pariwisata, sekitar 400 hektar lahan di Mandeh akan dibangun pusat amenitas seperti hotel, balai pertemuan (convention hall), restoran, dan sebagainya.
“Kawasan Mandeh yang penuh pesona itu menjadi KEK Pariwisata dan akan menjadi seperti kawasan Nusa Dua, Bali. Dulu, Nusa Dua jauh dari Denpasar, jauh dari keramaian Kuta, dan minim fasilitas publik. Sekarang, Nusa Dua sudah berkelas dunia dan menjadi pusat konvensi," kata Hiramsyah.
Salah satu potensi kawasan Mandeh. (Foto : Yurnaldi)
Karena itu, sejak setahun terakhir sarana dan prasarana untuk melayani wisatawan, terus dibenahi dan dilengkapi. Membandingkan potensi Kawasan Mandeh dengan kawasan wisata bahari lain di Indonesia seperti Bunaken, Raja Ampat, dan Lombok di Indonesia dan atau Afrika Selatan, banyak keunggulan kawasan yang berjuluk “Sepotong Surga di Kawasan Barat Indonesia” ini.
Contoh kecil, supaya wisatawan bisa menikmati terumbu karang pada kedalam 1-3 meter, perlu pengadaan kapal/perahu yang berlantai kaca. Kemudian, dalam suatu diskusi dengan wartawan senior Kompas Bre Redana, yang sempat saya ajak berkunjung ke Mandeh, tahun 2014 lalu, dia juga memberi masukan/gagasan bagaimana kapal-kapal yang membawa wisatawan mengitari pulau-pulau di Kawasan Mandeh, dilengkapi dengan fasilitas kafe dengan sajian kuliner yang khas Sumatera Barat, seperti sate, nasi randang, nasi goreng patai, kawa daun, teh talua, gulai kapalo ikan, gulai jengkol dan sebagainya. Harga makanan dan minuman, sebaiknya (harus) dicantumkan.