Mohon tunggu...
yurnaldi panduko rajo
yurnaldi panduko rajo Mohon Tunggu... -

menulis telah mengantarkannya menjelajah dunia imajinasi, dunia maya, dunia kata-kata, dan dunia nyata --dari benua Asia, Eropa, Afrika, hingga Australia. bersama sastrawan Hamsad Rangkuti, mengikuti pertemuan penulis dunia di Inggris, 2004. telah menulis dan mengeditori sejumlah buku. juga telah memberikan pelatihan kepada ribuan calon wartawan, wartawan, sarjana, mahasiswa, siswa, pejabat humas/public relation.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mentawai, Surga Wisata Dunia dengan Tujuh Ikon

8 Juni 2016   12:11 Diperbarui: 8 Juni 2016   21:22 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin berhembus kencang di Pelabuhan Bungus, Kota Padang, Sumatera Barat. Suasana Minggu, 6 Maret 2016, beda dengan hari-hari sebelumnya. Cuaca cerah dan arus penumpang KM Ambu Ambu yang akan bertolak ke Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai, sekitar 100 mil barat Kota Padang, terlihat lebih ramai. Wisatawan mancanegara, wisatawan nusantara dan warga asal Sikakap, hilir-mudik menjelang kapal berangkat pukul 17.00 WIB.

Setelah kapal membunyikan klakson pertama, para penumpang bergegas menaiki kapal dan tepat pukul 17.00 WIB, klakson berbunyi keras untuk kedua kalinya. Kapal pun bergerak meninggalkan pelabuhan.

Setelah sekira 30 menit berlayar, penumpang menyaksikan pemandangan sunset yang luar biasa, eksotika di lautan Samudera Hindia. Banyak wisatawan merekam peristiwa mentari tenggelam di batas cakrawala dan gelap pun kemudian menyergap senja. Sementara perjalanan ke Sikakap masih akan ditempuh selama 12 jam lagi, hingga subuh tiba.

Setelah berlayar sejauh 10-12 mil, sekira 12-13 jam, subuh hari kapal sudah memasuki Pelabuhan Sikakap. (Foto Yurnaldi)

Penumpang di berbagai sudut kapal dan palka, asyik bercengkarama. Sekelompok wisatawan mancanegara, tampak saling berkenalan dan bercerita. Tujuan ke Sikakap tak lain untuk menikmati pesona gerhana matahari total (GMT), tanggal 9 Maret 2016. Sikakap adalah daerah pertama yang dapat menyaksikan GMT di Indonesia, dengan titik pengamatan strategis dan terbaik di Pelabuhan Sikakap dan Desa Silabu, sekitar 50 km selatan Pelabuhan Sikakap. Dalam peristiwa langka Rabu tanggal 9 Maret itu, kontak pertama bulan dengan matahari terjadi pukul 6.20 WIB dan berakhir pukul 08.25 WIB. Gerhana matahari total terjadi pukul 07.19 WIB, selama 1 menit dan 54 detik.

“Saya sudah sejak setahun lalu pesan penginapan di sebuah resort di Silabu untuk berburu GMT Plus. Plus-nya bermain papan selancar (surfing). Pilihan ke Sikakap, Mentawai, untuk berburu GMT Plus karena di daerah lain di Indonesia bahkan di dunia, tak ada yang melebihi keunikan Mentawai,” kata Carlos Munoz, wisatawan Swiss berdarah Spanyol, yang sekapal dengan penulis.

Plus yang dimaksud Carlos adalah selain (1) bisa berselancar di ombak terbaik di dunia, juga bisa menikmati ikon dunia lainnya, yakni (2) sikerei, (3) tato tertua di dunia, (4) uma, (5) flora dan fauna endemik, dan (6) kawasan hutan yang menjadi paru-paru dunia, serta (7) surga bawah laut dengan terumbu karang yang luar biasa. Selain Carlos, juga ada puluhan wisatawan mancanegara pemburu GMT asal Amerika, Perancis, Australia, Kanada, China, Korea yang sekapal dengan penulis.

Gerhana Matahati Total (GMT) di Mentawai, 9 Maret 2016, dengan titik pengamatan di Pelabuhan Sikakap. (Foto Yurnaldi)
Gerhana Matahati Total (GMT) di Mentawai, 9 Maret 2016, dengan titik pengamatan di Pelabuhan Sikakap. (Foto Yurnaldi)
Carlos memilih berburu GMT ke Kepulauan Mentawai karena Mentawai adalah lokasi terbaik dan pertama untuk mengamati fenomena alam yang jarang terjadi ini. “Sikakap berada di garis tengah yang dilewati GMT, adalah posisi terbaik untuk mengamati fenomena alam yang jarang terjadi ini. Saya sudah menyiapkan diri sejak tiga tahun lalu,” jelasnya.

Menurut dia, kejadian yang berlangsung singkat tangal 9 Maret itu adalah pemandangan cantik, mengejutkan dan pengalaman yang sulit dilupakan, sehingga ia rela mencari spot terbaik di dunia untuk menikmati gerhana. “Saya sudah berburu gerhana matahari total di Perancis tahun 1999 dan di Turki tahun 2006. Jadi, ditambah Mentawai, adalah yang ketiga kalinya saya menyaksikan GMT,” jelas Carlos. Dia berencana melihat fenomena serupa di Amerika Serikat tahun 2017. Carlos bahkan sudah membuat daftar posisi terbaik untuk menikmati gerhana hingga 2030.

Sikakap, Mentawai, bagi Carlos bukanlah sesuatu yang asing. Sebelumnya, dia sudah dua kali mendatangi Mentawai untuk menikmati olahraga selancar. Kedatangan yang ketiga kalinya lebih beruntung karena bisa menyaksikan gerhana matahari total.

Sehari menjelang GMT, Carlos dan wisatawan asing lainnya diterima secara resmi oleh Bupati Mentawai Yugas Sabaggalat dengan suguhan kesenian (lagu dan tarian) dan kuliner khas Mentawai.

Wisatawan disuguhi kesenian budaya Mentawai menyambut GMT di Desa Silabu. (Foto Yurnaldi)
Wisatawan disuguhi kesenian budaya Mentawai menyambut GMT di Desa Silabu. (Foto Yurnaldi)
Tato Tertua di Dunia

Selama ini Mentawai yang memiliki luas daerah 6.001,5 km persegi, diburu wisatawan antara lain karena ingin tahu seperti apa ragam hias tato tertua di dunia itu. Bagi penulis, Mentawai bukan hal baru lagi. Karena tahun 1992, bersama Ady Rosa (1952-2014), penulis melakukan penelitian tentang Eksistensi Tato Mentawai, yang akhirnya membuahkan kesimpulan bahwa tato tradisional Mentawai adalah tato tertua di dunia.  Tato Mentawai sarat makna dan simbol. Keberadaannya sudah ada sejak zaman awal prasejarah (neolitikum), sejak 1.500 tahun sampai 500 tahun Sebelum Masehi, pada masa penyebaran bangsa Proto Melayu ke Nusantara yang berasal dari Yunan.

Dari penelitian penulis dan Ady Rosa di Desa Terekan Hilir, Bojakan, Simalegi, Simatalu, Pulikkoman, Matotonan, Lita, Sagalube, Paipajet, dan Taileleu di Pulau Siberut, ditemukan 160 motif tato tradisional Mentawai, dari 80 responden. Tato Mentawai menyimbolkan struktur kemasyarakatan, kepercayaan, ekonomi, dan kesehatan.

Pembuatan tato Mentawai dengan peralatan jarum, tangkai kayu, pemukul, dan lidi. Pewarnanya berasal dari arang tempurung yang dicampur air tebu. Pembuatan tato didahului dengan suatu prosesi punen enegat (upacara inisiasi) bertempat di puturukat uma (galeri rumah tardisional). Acara dipimpin oleh sikerei (dukun).

Pembuatan tato dilakukan bertahap. Tahapan pertama dimulai anak menjelang dewasa (11-12 tahun), pada bagian pangkal lengan. Tahap kedua, pada usia 18-19 tahun, pada bagian dada, paha, kaki, perut, dan punggung.

Fungsi dan makna tato dengan beragam motifnya, memiliki pranata sosial-budaya yang meliputi ekonomi, kesehatan, kepercayaan, teknologi, keahlian/kepiawaian, dan dekorasi atau hiasan tubuh. Fungsi tato sebagai jati diri suku, mempunyai kedudukan sebagai tato utama, dengan penempatan pada tubuh harus sesuai dengan aturan bakunya. Tato utama ini pun sekaligus menandai batas wilayah kesukuan.

Tato Mentawai berfungsi sebagai alat komunikasi bagi kelompok suku, lewat gambar-gambar yang terdapat pada tubuh mereka. Alat komunikasi ini adalah bahasa rupa yang terwujud melalui unsur-unsur gambar tato, hadir lewat simbol, tanda kenal, dan hiasan. Tato sebagai simbol bagi jati diri suku menjelaskan dari mana seseorang berasal, seperti tergambar lewat motif durukat tato bagian depan dada pria, dan dapdap tato bagian dada wanita. Namun, pada masing-masing wilayah kekuasaan suku, terdapat perbedaan dalam bentuk simbolnya.

Sedang tato sebagai tanda kenal pribadi, menyiratkan kemahiran atau kepiawaian seseorang. Seperti seorang pemburu sejati akan mudah dikenal lewat motif-motif joja, sunancura, sakkole, seguk, dan sakoyuan. Begitu pula dengan sikerei (dukun) akan terlihat pada motif sibalubalu dan tudak (kalung kebesaran sikerei). Jadi, bentuk-bentuk tato dan penempatannya sudah baku.

Namun demikian, masih ada ruang gerak bagi kebebasan kreatif pribadi, sehingga tato Mentawai ada yang memiliki fungsi hiasan. Motif yang digunakan umumnya adalah pulaingiania.

Flora dan Fauna Endemik

Mentawai memiliki keindahan alam dan kawasan hutan yang dikenal sebagai paru-paru dunia, biosfer dunia. Ada hutan hujan tropis, hutan primer dipterocarpaceae, hutan primer campuran, hutan pantai, hutan rawa-rawa, hingga hutan bakau.

 Khusus hutan di Pulau Siberut, karena terpisah dari daratan kawasan barat Indonesia sejak 500.000 tahun silam, memiliki flora dan fauna yang endemik dan paling langka di dunia. Atas dasar itu, pada tahun 1981 dengan dukungan dunia internasional dan Unesco, Pemerintah Indonesia menyetujui dan menetapkan Pulau Siberut sebagai Cagar Biosfer yang keenam di

Indonesia.

 Karena Pulau Siberut merupakan pulau yang paling istimewa di lepas pantai Sumatera dan menjadi Cagar Biosfer Dunia, pada tahun 1993 Menteri Kehutanan menetapkan kawasan seluas 190.500 hektar sebagai taman nasional, dengan nama Taman Nasional Siberut (TNS).

Hutan Mentawai yang masih asri dan menyimpan kekayaan flora dan fauna endemic di dunia. (Foto Yurnaldi)
Hutan Mentawai yang masih asri dan menyimpan kekayaan flora dan fauna endemic di dunia. (Foto Yurnaldi)
Di balik hutannya yang lebat dan asri, tersimpan ratusan jenis tanaman obat. Selama ini tetumbuhan obat baru dimanfaatkan sebatas untuk pengobatan tradisional oleh sikerei. Padahal, menurut pakar tanaman obat dari Universitas Andalas, Padang, Prof Dr Dayar Arbain, kalau potensi tanaman obat ini dikelola dengan mendirikan pabrik farmasi, jangankan Mentawai, Indonesia bisa kaya, tak perlu berutang.

Banyak perusahaan farmasi asing seperti dari Jepang dan Jerman yang mengincar tanaman obat asli Indonesia/Mentawai ini. Dayar Arbain memiliki sejumlah hak paten tanaman obat dan sudah ditawar banyak negara, tapi tah hendak dia jual.

Menurut data pada Pusat Studi Tumbuhan Obat Universitas Andalas, di kawasan hutan Mentawai terdapat 209 jenis tumbuhan obat. Kemampuan masyarakat Mentawai memanfaatkan tumbuhan obat hingga 85 persen dan mampu mengobati 31 macam penyakit.

Sementara penelitian Ave dan Sunito dari WWF mencatat, melebihi data yang ada pada Pusat Studi Tumbuhan Obat Universitas Andalas Padang. Hasil penelitiannya, sikerei di Kepulauan Mentawai mengetahui 223 jenis tumbuhan yang bisa dipakai dan mereka bisa mengobati 129 jenis penyakit dari ramuan tumbuh-tumbuhan itu.

Hutan Mentawai selain menyimpan kekayaan tanaman obat, juga tempat tumbuh dan berkembangnya fauna endemik. Menurut mantan Kepala Taman Nasional Siberut, Sugeng Hariady, kebanyakan mamalia (65 persen) yang ada di Siberut adalah satwa endemik yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.

"Di seluruh dunia tidak ada kepulauan kecil lain yang mempunyai tingkat satwa endemik seperti Mentawai. Yang terkenal adalah primata Mentawai; tiga jenis monyet dan satu jenis siamang. Juga 15 macam burung endemik dan ratusan jenis tanaman," katanya.

Sebagai gambaran, Simakobu (Simias concolor) adalah jenis monyet paling langka di Indonesia. Mempunyai hidung pesek, ekor seperti babi, dan mempunyai bulu dua macam warna, yaitu abu-abu tua dan kuning keemasan.

Joja atau Lutung Mentawai (Presbytis potenziani) sangat mudah diidentifikasi karena mempunyai ekor panjang, wajah putih, dan jambul hitam. Dapat ditemukan jika mengikuti suaranya pada pagi hari. Bokkoi atau Beruk Mentawai (Macaca pagensis), belakangan jarang terlihat dan pengetahuan tentang jenis ini terbatas. Bokkoi berbeda dengan beruk di daratan Sumatera dan dapat ditemukan di seluruh hutan, termasuk hutan bakau dan ladang.

Bilou atau Siamang Kerdil (Hylobates klossii). Ciri-ciri yang khas adalah bunyinya. Bunyi bilou paling indah di antara jenis-jenis monyet lainnya di dunia dan sering terdengar dari hutan di waktu subuh.

Pulau Siberut juga mempunyai binatang endemik yang lain, termasuk bermacam-macam tupai, musang, dan tikus. Pada tahun 1978 WWF menemukan dua jenis baru. Namun ilmu pengetahuan mengenai mamalia yang kecil ini masih kurang. Sampai sekarang lebih dari 150 jenis burung telah dicatat di Siberut, termasuk sejenis burung hantu yang endemik (Otus mentawai).

"Kelompok burung di Siberut sangat berbeda dengan yang berada di daratan Sumatera. Untuk kelompok binatang reptilia (ular, kadal, dan kura-kura), amfibi (kodok, katak), dan serangga-serangga masih banyak yang tidak diketahui. Ada peluang besar untuk melakukan penelitian di Siberut," papar Sugeng.

Bagi petualang, peneliti, atau wisatawan, hutan Mentawai sungguh menarik dan menantang.        

Pasir Putih dan Ombak Kelas Dunia

Sebagai daerah kepulauan dengan panjang garis pantai mencapai 758 km, Mentawai menjadi surga wisata dunia karena pantainya yang berpasir putih dan kawasannya tidak sepadat Bali. Jika dicermati situs-situs dan majalah luar negeri, banyak wisatawan dan peselancar kelas dunia yang berkomentar bahwa obyek wisata Mentawai dengan tujuh ikon dunia jauh lebih spektakuler dari Bali.

Siang itu, panas terik sekali. Sebuah kapal mewah asing sedang terapung-apung di sekitar Pulau Karangmajat, Kecamatan Siberut Selatan. Kapal mewah itu dilengkapi speedboat dan jetsky. Sekitar ratusan meter dari situ, sejumlah turis tengah menikmati gulungan ombak setinggi 3-4 m dan beningnya air laut yang menampakkan keindahan terumbu karang.

Berjam-jam mereka menikmati "surga" laut Mentawai di kawasan pulau berpasir putih yang hening dan tidak ada masyarakat yang bermukim di situ. Mereka menunggu giliran ombak yang bisa membuatnya bisa melakukan gerakan-gerakan atraktif di papan selancar. Bayangkan, mereka bermain di dalam gulungan ombak. Ombak habis, mereka kembali berenang di atas papan selancar ke titik ombak mulai menggulung.

Tidak hanya di Pulau Karangmajat. Di kawasan Pulau Nyangnyang, Pulau Botik, Pulau Mainuk, dan Pulau Masilok, sejumlah peselancar asing lainnya juga tengah bercumbu dengan ombak Mentawai yang sudah tersohor ke mancanegara. Ketika merasa lapar dan beristirahat, mereka naik ke kapal. Setelah itu, mereka berselancar lagi. Mereka melakukannya tidak cukup sehari, tapi berhari-hari. Semua keperluan logistik tersedia di kapal, termasuk penginapan.

Wisatawan berangkat untuk surfing di Silabu, Mentawai. (Foto Yurnaldi)
Wisatawan berangkat untuk surfing di Silabu, Mentawai. (Foto Yurnaldi)
Mentawai sudah cukup dikenal para peselancar dunia. Setidaknya terbukti dengan menjamurnya situs internet asing yang mengungkap keindahan dan keeksotikan wisata Mentawai.

Hampir di semua pulau di Mentawai pantainya berpasir putih. Ini di Pulau Awera, Kecamatan Sipora. (Foto Yurnaldi)
Hampir di semua pulau di Mentawai pantainya berpasir putih. Ini di Pulau Awera, Kecamatan Sipora. (Foto Yurnaldi)
Tahun 2015, menurut Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Desti

Seminora, ada 2.500 kunjungan wisatawan mancanegara ke Mentawai untuk berselancar. Di Siberut sejumlah lokasi cukup dikenal, di antaranya Nyang-nyang, Karangmajat, Karoniki, Panggalat, dan Mainuk, serta Masilok. Sedangkan di Sikakap tercatat tiga lokasi, yakni di pantai barat, pantai selatan, dan Pagai Utara. Sedangkan di Sipora, lokasi berselancar terdapat di Bosua dan Katiet.

"Pada seluruh lokasi tersebut terdapat 23 jenis ombak berstandar internasional, di antaranya: ombak ebay, pictop, beng-beng, vavuf, nippusy, kandui right, kandui left, four bob, cabies, promises, buger wovwt kendi left, mainuk left, telescope, scare crow, ice land, lences left, lences right, maccaronis, rock, thunders, holde, dan disco," kata Desti Seminora.

Dalam Konferensi Internasional Wisata Olahraga (Conference on Sport Tourism), pertengahan Mei tahun 2002 di Seoul, Korea Selatan, nama Mentawai mencuat sebagai daerah kunjungan wisata surfing terbaik dunia.

Tak hanya sebatas berselancar. Potensi lain juga dapat dinikmati wisatawan yang ingin melihat keindahan alam bawah laut dengan terumbu karang dan flora-faunanya yang indah, unik, dan spesifik. Pecandu scuba diving dan snorkelling, pasti tergila-gila dibuatnya. Ada Taman Wisata Laut Teluk Saibi Sarabua, Taman Wisata Laut Pulau Pagai, dan Taman Buru Pulau Sipora.*

------catatan penulis: tulisan ini pemenang pertama lomba menulis tentang destinasi wisata daerah yang dilewati gerhana matahari total 2016, yang digelar kementerian pariwisata, dengan juri Trinity (blogger dan penulis buku travel), Bambang Wijanarko (Kementerian Pariwisata RI), dan Fransiska Anggraini (Panorama Indonesia).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun