Mohon tunggu...
Yuppi Purnason
Yuppi Purnason Mohon Tunggu... -

Saya akan menghabiskan waktu hanya memandang monitor bila harus menuliskan deskripsi tentang diri saya

Selanjutnya

Tutup

Money

Telkomsel Bisa Menghamili Uang Seribu

20 Oktober 2010   12:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:15 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Apakah terlalu banyak orang tolol di negeri ini sehingga mudah ditipu? Ataukah etika bisnis sudah musnah dari negeri ini? Saya tidak tahu jawabannya. Saya hanya tahu, supaya barang laku, pedagang boleh menipu pelanggan dengan memasang label seribu rupiah, lalu kemudian menarik paksa dua ribu rupiah dari tangan pelanggan.

Telkomsel melakukannya, dan saya pikir bukan hanya Telkomsel yang melakukannya. Hanya kebetulan saja saya memakai jasa Telkomsel sehingga tertipu oleh cara anak perusahaan milik Telkom ini melakukan promosi.

Ceritanya cukup panjang dan melibatkan kepala mendidih.

Melalui *100# saya melihat ada paket internet seribu rupiah. Pulsa saya tidak banyak, hanya Rp. 4.750, itu pasti cukup untuk ber-internet ria menunggu hujan berhenti. Jadi, saya pilih paket "Seribu rupiah Unlimited Opera Mini." Lalu pesan konfirmasi yang saya terima membuat kepala mendidih: "Terimakasih Anda berlangganan OperaMini Rp2.000/hari. Syarat/ketentuan berlaku hub ...."

Penipu! Telkomsel menjual barang seharga dua ribu rupiah dengan menempeli label seribu rupiah. Lalu setelah barang terjual tanpa bisa dikembalikan lagi, tanpa basi-basi berkata, "Ini kembaliannya, harganya dua ribu rupiah!"

Sakit hati. Itu yang saya rasakan. Saya bertekad melayangkan surat protes. Kemana? Paling tidak mengumpat melalui surat pembaca di KOMPAS.com.

Tetapi kemudian saya ingat, bagaimana operator selular menjawab keluhan pelanggan di kolom surat pembaca. Bukan hanya Telkomsel saja yang menjawab seperti ini: "Tentang permasalahan tersebut, dapat kami sampaikan bahwa kami telah memberikan solusi dan sudah menghubungi secara pribadi si Anu  yang menulis surat pembaca Kompas.com. Kini beliau sudah puas. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Beragam informasi produk serta fitur layanan tambahan lainnya dapat dinikmati dengan menekan nomor sekian di ponsel Saudara. Sekarang layanan ini dan layanan itu bisa lebih panjang ngobrolnya hanya dengan tarif layanan sekian rupiah. Kepuasan pelanggan selalu menginspirasi kami untuk terus melakukan perbaikan dan pengembangan layanan ke depan.”

Bukan itu yang saya harapkan. Saya tidak meminta uang saya kembali. Saya tidak ingin orang Telkomsel datang membawa uang dua ribu rupiah. Dan saya juga tidak ingin mereka menjawab protes saya di media sekaligus menumpang promosi.

Saya akhirnya tidur dalam kejengkelan dan kemarahan. Tetapi pukul 00.17 ponsel saya berbunyi. Ada pesan masuk. Isinya membuat hati yang sudah panas makin mendidih. "Layanan OperaMini Anda telah diperpanjang. Nikmati GRATIS internet untuk 1 hari...."

Tanpa mengecek pulsa, saya tahu dua ribu rupiah kembali melayang.

Tetapi saya tidak bisa berteriak gara-gara potongan kedua ini. Saya yang tolol, tidak memperhatikan paket tersebut hanya berlaku sampai tengah malam, bukan dua puluh empat jam sejak pendaftaran.

Saya menenangkan diri selama beberapa hari. Lalu menghubungi 116, layanan costumer service-nya Telkomsel. Seorang pria menjawab setelah usaha keras puluhan kali mencoba nomor itu. Saya katakan permasalahannya, mengapa uang seribu bisa beranak menjadi dua ribu.

Pelan-pelan ia menjelaskan. Dulu memang harganya seribu rupiah karena masih promo. Sekarang masa promo itu sudah habis, jadi biayanya dua ribu rupiah. Mengapa masih tertulis seribu rupiah? Itu di sistemnya memang belum berubah.

Saya seolah-olah mendengar ia berkata, “Uang seribu rupiah memang bisa hamil, dan kalau sudah hamil, bisa beranak jadi dua ribu rupiah.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun