Berangkat dari Solo, Mbah Sayyid Sulaiman menuju Surabaya untuk memperdalam ilmu agama di Ampel. Saat belajar di Ampel, beliau akhirnya bertemu dengan adiknya, Sayyid Abdurrahim. Setelah belajar di Surabaya, beliau berdua pergi ke Pasuruan dan berguru kepada Mbah Sholeh Semendhi.
Hingga akhirnya beliau berdua dinikahkan dengan dua putri dari gurunya sendiri. Dari pernikahan tersebut lahirlah putra Mbah Sayyid Sulaiman yang diberi nama Ali Akbar.
Sayyid Ali Akbar-lah yang kemudian membuka lembaran emas keluarga Dresmo, Surabaya. Selain memiliki istri putrinya Mbah Sholeh Semendhi, Sayyid Sulaiman juga memiliki istri dari Malang. Dari istri keduanya, beliau dikaruniai seorang putra bernama Hazam.
Makam di Desa Mancilan
Setelah menikah, Sayyid Sulaiman kembali ke Cirebon tempat beliau dilahirkan. Namun, situasi di sana saat itu kacau balau akibat perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan putranya sendiri, Sultan Abdul Qohar. Hal ini terjadi karena anaknya berpihak pada Belanda.
Mengetahui keadaan tersebut, Sayyid Sulaiman memutuskan untuk kembali ke Pasuruan dan menetap di Desa Gambiran. beliau juga mendirikan dua masjid yang unik dan masih bisa dilihat sampai sekarang. Selain itu, beliau juga membersihkan tanah Sidogiri yang masih berupa hutan belantara.
Konon, pembukaan hutan dilakukan selama 40 hari. Saat itu Sayyid Sulaiman didampingi santrinya dari pulau Bawean, Kiai Aminullah. Di sana Sayyid Sulaiman mendirikan pesantren yang sekarang dikenal sebagai Pesantren Sidogiri.
Kabar ini kemudian terdengar hingga ke Keraton Solo. Sayyid Sulaiman juga diundang oleh Sultan untuk hadir di istana. Ia ingin diangkat menjadi hakim.
Dalam undangan tersebut, Sayyid Sulaiman meminta pertimbangan terlebih dahulu kepada istri dan masyarakat Pasuruan. Namun pada akhirnya permintaan Sultan ditolak. Karena masyarakat Pasuruan tidak ingin kehilangan sosok yang disegani ini.
Sepulang dari Solo, Mbah Sayyid Sulaiman berpamitan kepada istrinya yang sedang hamil untuk berangkat ke Ampel Surabaya. Kemudian baliau melanjutkan perjalanannya ke Jombang. Namun dalam perjalanan, Sayyid Sulaiman jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan di Desa Mancilan, Kabupaten Mojoagung.