Pemimpin yang rendah hati ini dicirikan oleh kekurangan ego yang hampir lengkap, ditambah dengan tekad keras untuk melakukan apa yang terbaik bagi perusahaan dengan ukuran-ukuran yang konkrit dan efektif. Pemimpin yang rendah hati akan meminta nasehat dan meluangkan waktu untuk memikirkan konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakannya.
Mau Pilih Mana?
Dalam dinamika perubahan yang nyaris sulit diprediki kedepan arahnya kemana, maka memilih pemimpin tidaklah semudah membalik tangan, Â apalagi menetapkan pemimpin secara instan akibatnya bisa sangat fatal dan berbahaya bagi masa depan perusahaan, atau organisasi bahkan sebuah negara misalnya.
Situasi ini semakin tidak mudah ketika masyarakatnya juga masih terbelakang, atau sangat heterogen dalam banyak hal, akan mempersulit menemukan pemimpin yang mampu menjawab kebutuhan Lembaga untuk sebuah periode kepemimpinan kedepan.
Tidak ada yang keliru dengan leadership style, yang pilihannya sangat banyak, mulai dari yang tradisional, sampai pada pilihan gaya kepemimpinan berbasis kontinjensi. Pada galibnya, semua gaya kepemimpinan bagus kalua situasi yang dihadapi cocok, tetapi sekaligus juga buruk apabila pilihan style tertentu yang dipilih tidak sesuai dengan kondisi para pengikutnya.
Oleh karena itu, tawaran Prof Richard L Daft untuk memilih pemimpin dengan New Paradigm Leader dan bukan Old Paradigm Leader jauh lebih baik ketimbang focus pada style of leadership itu sendiri.
|Yup|240723
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H