Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Promote Creativity dan Inovasi, Kunci Keberhasilan Memimpin di Era Digital

18 Desember 2021   08:58 Diperbarui: 21 Desember 2021   09:19 1952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa yang harus dilakukan seseorang untuk bertahan hidup di abad kedua puluh satu?'' Jawaban teratas: "Latih kreativitas dan inovasi!" ~ Richard L Daft

Inilah sebuah simpulan penting hasil survei oleh Asosiasi Manajemen Amerika kepada 500 CEO yang dikemukakan oleh pakar kepemimpinan Richard Daft dalam buku teks-nya yang paling baru, untuk memulai pembahasan tentang Leading Change sebagai bab penutup buku yang digunakan secara luas di seluruh dunia.

Memimpin perubahan menjadi hakikat tugas seorang pemimpin ketika memasuki abad 21, ketika dunia memasuki perubahan yang didorong dan diikat sangat ketat oleh teknologi informasi dan komunikasi berbasis digital sedemikian rupa, sehingga dunia menjadi sebuah komunitas kecil bagaikan Global Village (meminjam istilah McLeod dalam bukunya Management Information System).

Ilustrasi creativity dan inovasi | sumber: changeboard.com
Ilustrasi creativity dan inovasi | sumber: changeboard.com

Dunia sebagai sebuah desa global menjadikan semua orang menjadi dekat tanpa sekat yang bisa terkoneksi secara langsung, cepat, mudah, murah tanpa melihat batas negara, suku, agama, ras, dan pemerintahan sekalipun. Dan tidak bisa ditawar lagi, telah mengubah secara total tatanan ekonomi, bisnis, perdagangan di seluruh wilayah jagad dunia ini.

Setiap orang memiliki akses terhadap beragam sumber informasi, data, bahkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak harus melalui institusi formal, dan digunakan sesuai kebuutuhan untuk menjawab setiap masalah yang dihadapi, baik secara individual, keluarga, kelompok, komunitas bahkan organisasi publik.

Perubahan ini terus menerus akan terjadi dengan eskalasi yang semakin besar, cepat, masif, menyeluruh dengan dampak yang sifatnya turbulen yang menuntut kemampuan adaptasi dari siapa saja untuk bisa tetap eksis dalam jalur profesi yang ditekuni.

Dalam kontelasi perubahan demikian maka tugas seorang leader untuk memastikan organisasi berubah sesuai dengan kebutuhan untuk menanggapi ancaman, peluang, dan perubahan lingkungan. Artinya perubahan itu menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi dari waktu ke waktu tanpa henti dan tanpa batas.

Perubahan itu kebutuhan |sumber: shutterstock.com
Perubahan itu kebutuhan |sumber: shutterstock.com

Para pemimpin yang efektif harus menemukan cara untuk mempromosikan kreativitas dan inovasi, khususnya di departemen yang paling membutuhkannya. Sebagai contoh, beberapa organisasi, seperti rumah sakit, lembaga pemerintah, dan organisasi nirlaba, mungkin perlu sering mengubah kebijakan dan prosedur, dan pemimpin dapat mempromosikan kreativitas di antara pekerja administrasi secara terus menerus.

Promote Creativity

Kata kreativitas menjadi pengikat seluruh implementasi fungsi kepemimpinan untuk menghadapi perubahan yang super dinamis menuju tujuan akhir, yaitu kesuksesan perusahaan atau organisasi. 

Kreatif berarti mampu mengelola sumber daya yang terbatas oleh setiap orang yang ada dalam organisasi. Karyawan yang kreatif selalu melihat kesempatan dalam situasi yang paling buruk sekalipun. 

Inilah sesungguhnya yang harus dikerjakan oleh pemimpin, yaitu mendorong agar setiap orang memiliki jiwa dan keterampilan kreatif tanpa batas sedemikian rupa sehingga perubahan apapun yang dihadapi, karyawan akan mempunyai daya adaptif yang tinggi secara mandiri tanpa harus menunggu instruksi atau diperintah.

Paling tidak ada 5 cara yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin untuk menjadi penggerak kreativitas di dalam organisasi, yaitu :

Facilitate Brainstorming
Promote Lateral
Enable Immersion
Allow Pauses
Nurture Creative Intuition

1. Facilitate Brainstorming. Ini cara klasik yang banyak digunakan agar setiap orang memiliki budaya kreatif. 

Ada tiga kunci brainstorming yang efektif, (i) Tidak ada kritik, anggota kelompok tidak boleh mengkritik atau mengevaluasi ide dengan cara apa pun selama pembuatan ide secara spontan sebab semua ide dianggap berharga, (ii). Freewheeling, orang harus mengungkapkan ide apa pun yang muncul di benaknya, tidak peduli seberapa aneh bahkan crazy ideas sekaligus harus dicurahkan., dan (iii). Kuantitas yang diinginkan, tujuannya adalah untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin, karena semakin banyak ide semakin baik.

Teknik brainstorming | sumber: startuj.com
Teknik brainstorming | sumber: startuj.com

2. Promote Lateral. Cara kedua ini lawan dari berpikir linier, ketika orang mengambil masalah atau ide dan kemudian membangun secara berurutan dari titik itu ke titik lain. Pendekatan yang lebih kreatif adalah dengan menggunakan pemikiran lateral, berpikir terputus-putus dan bukan garis lurus

Ilustrasi berpikir lateral | sumber: kompas.com
Ilustrasi berpikir lateral | sumber: kompas.com

3. Enable Immersion. Berpikir lateral mungkin dianggap berpikir di luar kotak. Immersion berarti masuk jauh ke dalam satu area atau topik untuk memicu kreativitas pribadi, yang disebut berpikir ''di dalam kotak". 

Salah satu pendekatan untuk immersion adalah fokus pada aspek internal dari suatu situasi atau masalah. Misalnya, orang dapat mengambil produk, situasi, atau proses dan memecahnya menjadi bagian-bagian komponen

Ilustrasi immersion technik | sumber: freepik.com
Ilustrasi immersion technik | sumber: freepik.com

4. Allow Pauses. Beberapa ide terbaik sering muncul ketika orang mengambil cuti dari mengerjakan suatu masalah dan mengubah apa yang mereka lakukan. Membiarkan jeda akan menjadi pendorong untuk mengaktifkan berbagai bagian otak sebagai sumber kreativitas seseorang.

Ilustrasi allow pauses | sumber: freepik.com
Ilustrasi allow pauses | sumber: freepik.com

5. Nurture Creative Intuition. Kilasan kreatif dari wawasan yang ingin dibangkitkan pemimpin sebenarnya adalah kreativitas tahap kedua. Dimana tahap pertama adalah pengumpulan data, sebab dalam pikiran sendiri butuh dan akan mengumpulkan data terus-menerus, terutama ketika mempelajari materi latar belakang tentang suatu masalah yang harus dipecahkan.

Ilustrasi nurture creative intuition | sumber: stylus.com/
Ilustrasi nurture creative intuition | sumber: stylus.com/

Kelima bentuk implementasi promosi kreativitas di atas menjadi kunci penting yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk menciptakan lingkungan maupun ekosistem bagi setiap orang menuju pada budaya kreatif dalam organisasi. 

Pada saat tercapai menjadi budaya organisasi maka akan ada gerakan yang tidak terbendung dan menjadi virus kreatif dalam organisasi. Setiap orang akan terberdayakan menjadi insan kreatif.

Simpul Problem: Menolak Berubah 

Mendorong orang untuk berubah tidaklah mudah, bahkan banyak orang pusing tujuh keliling ketika mengalami perubahan, walaupun perubahan itu sesungguhnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi agar hidup bisa dipertahankan dan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.

Realitasnya perubahan ditolak oleh banyak orang, kalaupun pada akhirnya mau berubah, tetapi masa kritis akan muncul. Para pemimpin harus siap menghadapi perlawanan dan harus menemukan cara yang memungkinkan untuk para pengikut melihat nilai perubahan yang diperlukan agar organisasi berhasil.

Oleh karena perubahan tidaklah mudah maka membutuhkan pemimpin yang baik untuk dapat memfasilitasi perubahan yang diperlukan untuk membantu organisasi beradaptasi dengan ancaman eksternal dan peluang baru.

Hasil-hasil penelitian menemukan bahwa ada 7 karakteristik utama seorang pemimpin yang mampu menuntas pengelolan perubahan yang dihadapi:

  1. Mereka mendefinisikan diri mereka sebagai pemimpin perubahan dan bukan sebagai orang yang ingin mempertahankan status quo.
  2. Mereka menunjukkan keberanian.
  3. Mereka percaya pada kemampuan karyawan untuk memikul tanggung jawab.
  4. Mereka dapat mengasimilasi dan mengartikulasikan nilai-nilai yang mendorong kemampuan beradaptasi.
  5. Mereka mengenali dan belajar dari kesalahan mereka sendiri.
  6. Mereka mampu mengelola kompleksitas, ketidakpastian, dan ambiguitas.
  7. Mereka memiliki visi dan dapat menggambarkan visi mereka untuk masa depan dengan jelas.

Ilustrasi pemimpin berkarakter utama | sumber: outreachmagazine.com
Ilustrasi pemimpin berkarakter utama | sumber: outreachmagazine.com

Mencermati ketujuh karakter utama di atas harus diakui bahwa nampaknya menjadi pemimpin di abad-21, abad milenial, era di mana digitalisasi menjadi pengikat semua dinamika perubahan yang sedang terjadi dan yang sedang menuju dunia ke era metaverse.

Hanya yang mampu menyesuaikan diri dengan dinamika perubahan yang bisa menjadi pemimpin pada abad yang penuh dengan kejutan ini. Yang tidak mau belajar menyesuaikan diri, mau berubah dan meninggalkan pola lama, mereka harus menyingkir karena menjadi penghalangan kemajuan yang sedang terjadi.

"Setiap masalah pasti ada solusi", demikian bunyi nasihat klasik yang tidak lekang oleh waktu dan zaman. Pesannya menjadi jelas, bahwa sesungguhnya, setiap orang tidak perlu risau, takut apalagi putus asa ketika masalah muncul, karena di dalam masalah itulah ada solusinya.

Kompleksitas situasi yang sedang dihadapi, seringkali membuat kebingungan untuk keluar dari masalah yang dihadapi. Oleh karenanya, dibutuhkan sikap yang benar ketika menghadapi masalah. Ada begitu banyak cara, teknik, metode bahkan strategi untuk bisa mengolah masalah yang ada dan menyelesaikan dengan optimal.

Sekali lagi, kreativitas akan menjadi pintu menyelesaikan masalah ketika perubahan terjadi baik secara internal dan terutama secara ekternal.

Yupiter Gulo, 17 Desember 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun