Oleh karena aspek mengelola risiko ini menjadi sangat penting dan kritis, juga lebih kritis dari sekadar mengharapkan untung, maka setiap orang investor yang menanamkan dananya dalam salah satu bentuk investasi terbagi tiga macam, yaitu risk seeker, risk averter, dan risk neutrality.
Ada orang yang berani mengambil risiko yang tinggi karena berharap keuntungan yang tinggi pula, tetapi sisi ekstrim lainnya ada yang menghindar risiko yang akibatnya juga kemungkinan keuntungannya kecil, dan ditengah-tengah ada orang tidak terlalu berani tetapi juga tidak penakut sama sekali.
Anda investor, mau pilih tipe yang mana? Haruskan sama tipe semua orang?Â
Tentu saja tidak, karena banyak faktor yang memengaruhi mengapa seseorang berani menjadi risk seeker atau menjadi risk averter. Seperti pengetahuan, pengalaman, dana yang dimiliki, informasi yang tersedia bahkan juga perusahaan pelaku dalam investasi yang dipilih.
Peran Tokoh dalam Keputusan Investasi
Kejadian yang dialami oleh sejumlah ibu-ibu yang merasa tertipu atas tokoh agama yang mereka ikuti dalam setiap acara tayangan televisi merupakan sesuatu yang lumrah.Â
Bahkan kejadian ini sudah banyak terjadi sebelumnya. Artinya, ada tokoh-tokoh publik yang digunakan untuk cepat meyakinkan publik atas peluang investasi yang ditawarkan.
Dan selalu ada yang menjadi korban, walaupun hanya segelintir yang mau melaporkan, seperti beberapa ibu-ibu dalam kasus di atas. Sebagian besar, biasanya tidak mau memproses selain karena merasa kecewa tetapi juga tidak mau repot, ribet, dan menjadi "memalukan" ketika publik ketahui.
Penting diingatkan kepada siapa saja, bahwa menjadikan tokoh agama atau tokoh politik maupun tokoh publik lainnya sebagai dasar memutuskan investasi sangat keliru dan tidak boleh dilakukan. Karena investasi mempunyai kisah sendiri, dalam konteks jenis investasinya, pengelolanya, lingkungan sekitarnya dan aspek aspek bisnis lainnya.