Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tinggalkan Gaya Linier, Gunakan Lateral Thinking Membangun Kreativitas Karyawan

22 Agustus 2021   19:51 Diperbarui: 31 Agustus 2021   11:58 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil berpikir lateral | Sumber : successatschool.org

I. Pengelolaan Bisnis Butuh Transformasi

Keterpurukan yang dialami oleh banyak perusahaan  menyebabkan kegagapan dan stagnan di dalam operasi bisnis. Bahkan tanpa ampun banyak yang terpaksa gulung tikar, dan sebagian terengah-engah bertahan sambil berharap situasi pulih normal kembali. Sayangnya, situasi normal yang muncul tidak seperti dibayangkan oleh semua perusahaan. 

Ada new normal business operation yang agak berbeda sebagai dampak dari terjangan virus corona yang memaksakan perubahan perilaku semua orang dalam berakitiftas, berbisnis dan berekonomi.

Pil pahit harus ditelan ketika perusahaan tidak mampu menahan cash flow yang tidak memadai menghidupi operasi bisnis, maka pilihan melakukan pengurangan karaywan, PHK harus diambil . Atau melakukan restrukturisasi yang juga berdampak pada pengurangan karyawan.

Sesungguhnya, perusahaan tidak harus buru-buru berputus asa. Banyak para pakar menasehatkan agar pandemi covid-19 ini merupakan kesempatan emas untuk berubah, melakukan transformasi bisnis, baik pada aras model bisnis maupun pada level opersional sesuai keadaan yang dihadapi.

Paling tidak, mind-set seluruh karyawan harus berubah dari gaya lama ke gaya baru, dari berpikir linier atau garis lurus, bertransformasi pada gaya baru, berpikir lateral, atau berpikir dengan garis putus-putus bahkan berpikir lompat-lompat.

II. Kebutuhan Penerapan Berpikir Lateral 

Hantaman pandemi covid-19 yang muncul secara mendadak tetapi masif, terstruktur dan komprehensif telah membuktikan bahwa cara berpikir linier tidak ampuh menghadapi problem yang muncul. Dan dengan demikian, harus ganti perseneling ke gaya berpikir non linear, atau lateral thinking.

Karyawan WFH | Sumber : nephoscloud.com
Karyawan WFH | Sumber : nephoscloud.com

Linear thinking mengandalkan urutan kejadian secara garis lurus, dan berpindah dari satu titik ker titik berikut untuk sampai pada penyelesaian problem. Ini mengandalkan pada kekuatan asumsi yang ada agar gaya linier bisa berjalan. Dan karenanya, problem solving bisa diprogram dengan mudah, karyawanpun tidak perlu sibuk berpikir karena semua sudah diformulasi dan diprogram.

Situasi kini tidak seperti itu lagi. Perubahan yang terjadi, tidak lagi dalam sebuah garis lurus. Penyelesaian masalah harus dilakukan secara spot, menyamping, mundur, bahkan bisa melompat ketika informasi yang ada tidak lagi memadai untuk meramalkan apa yang akan terjadi kedepan.

Hasil berpikir lateral | Sumber : successatschool.org
Hasil berpikir lateral | Sumber : successatschool.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun