Ketika seorang pemimpin tidak membangun sikap saling menghargai maka budaya kerja yang terbangun menjadi penuh ketegangan, mungkin juga ada ketakutan, dan semua orang saling berhati-hati agar tidak melanggar ketentuan si pemimpin.
Dan karenanya, situasi menjadi jauh dari kondusif untuk mengembangan kemampuan dan talenta yang dimiliki oleh setiap orang sebab tidak ruang yang disediakan oleh pemimpin untuk menghargai satu dengan lainnya.
Leading with Head dan Heart
Ricahar L Daft, dalam Chapter#05 buku teksnya berjudul The Leadership  Experience (2018) menyebut dengan Leading with Head and Heart, memimpin dengan Hati dan Kepala agar sifat buruk seorang pemimpin bisa dihilangkan.
Memimpin dengan kepala saja tidak cukup, tetapi harus diimbangi oleh memimpin dengan hati. Harus ada keseimbangan yang memadai antara kepala yang mencerminkan pikiran, rasionalitas, obsesi dan target, dengan hati yang menunjukkan emosi, perasaan, hubungan, dihargai, dimanusiakan.
Banyak hasil penelitian menunjukan bahwa perubahan yang sedang terjadi saat ini menempatkan seorang pemimpin yang harus menempatkan kasih sayang dalam memimpin, dan bukan menciptakan ketakutan yang hanya menguras potensi dan peluang yang sangat berharga.
Yupiter Gulo, 20 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H