Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mereka yang Meraup Untung dari Perpecahan Partai Demokrat

14 Maret 2021   16:45 Diperbarui: 14 Maret 2021   20:32 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konflik dan perpecahan yang sedang terjadi dalam tubuh Partai Demokrat terus saja memanas dan nampaknya kedua kubu yang berseteru tidak ada tanda-tanda yang mau mengalah. Bahkan babak baru pun sudah dimulai, yaitu saling melaporkan dan mengadukan, baik ke pihak kepolisian dan atau pun ke Pengadilan Negeri, juga kepada pihak pemerintahan di Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia.

Sementara, berbagai manuver di lakukan oleh semua pihak yang berseteru untuk membangun dan menggiring opini publik tentang kubu mereka yang benar dan harus diperjuangkan. Mata publikpun seakan tersedok habis menyaksikan kedua kubu yang terus berperang. Bahkan tidak tanggung-tanggung, semua borok dan kejelekan serta keburukan masing-masing diumbar, diungkap dan dijadikan mainan di depan publik. 

Situasi ini betul-betul panas selama satu minggu terakhir ini sejak KLB PD memilih Moeldoko sebagai Ketua Umum Baru PD yang diadakan di Sibolangit, Deli Serdang , Sumater Utara. 

Pertanyaan yang menarik adalah siapa sesungguhnya yang untung dalam situasi huru hara dan perpecahan yang sedang melanda Partai Demokrat ini? Bisa jadi, mereka yang meraup untung dengn chaos yang sedang mendea kubu AHY dan SBY ini juga ikut menyumbangkan ketegangan dan semakin panas mesin parpol berlambang segiti mercy dengan dominasi warna biru itu.

Paling tidak ada 6 orang atau enam kelompok profesi maupun bisnis yang betul-betul menikmati dan mendapatkan keutungan yang tidak sedikit dengan terbelahnya PD antara kubu AHY-SBY versus Moeldoko hasil KLB Deli Serdang.

1. Stasiun televisi. 

Pameo klasik menjadi kenyataan bagi beragam media yang berbunyi "The bad news is the good news". Semakin gila sebuah berita akan semakin menarik bagi media untuk didengar, dibaca dan dirujuk oleh media pemberitaan. Bahkan dalam banyak situasi pun, bisa saja media akan menciptakan sebuah "bad news" untuk menjadi "good news" dari sisi bisnis media.

https://www.metrotvnews.com
https://www.metrotvnews.com
Menjadi obyek yang menarik untuk terus dieksplorasi konflik dalam tubuh Partai Demokrat. Segala aspek masa lalu dan juga kemungkinan kedepannya akan menjadi obyek berita yang akan menarik bagi pendengar. Media televisi tanah air seakan bersaing untuk menyajikan secara detail konflik yang sedang menghancurkan PD ini. Paling tidak ada 3 saluran TV nasional yang meraup untuk dari pemberitaan perpecahan PD yaitu Kompas Tv, Metro TV dan TVOne.

2. Pemandu Acara - TalkShow. 

Harus diakui bahwa bagi para pemandu acara, konflik PD merupakan komditi mewah dan mahal untuk terus dikemas dan kerjakan setiap saat. Baik pembawa acara secara mandiri profesional maupun yang berada dalam stasiun televisi.

Sebutkan saja sebagai satu contoh adalah Najwa Shihab yang memiliki Channel Mata-Najwa. Boleh dikata, hampir semua channel Youtubenya menjadi favorite untuk ditonton.  Bila dicemati selama satu minggu terakhir sejak KLB PD digelar 5 Maret 2021, yang menonton berkisar ratusan ribu hingga jutaan orang yang melihat tayangan yang berdurasi 5 sampai 10 menit.

https://kaltim.tribunnews.com
https://kaltim.tribunnews.com
Sebagai contoh tayangan dengan Tema "Sindir Moeldoko, Gatot Nurmantyo : Berkompetisilah dengan Kssatria" telah diakses dan ditonton hingga 2,178 juta pasang mata.  Bahkan seri tayangannya dengan tema "Adu Kuat Demokrat" hingga 4-part, ditonton dari 273.000 hingga menyentuh angka 1,6 juta penonton. Nah, Anda bisa bayangkan ketika page viewernya terus meningkat, maka point reward yang didapatkannya juga terus beranjak naik.

3. Jurnalis dan Content Creator. 

https://nasional.okezone.com
https://nasional.okezone.com
Sesungguhnya merekalah unjung tombak dalam mengembas informasi dan berita sehingga laku dijual dan banyak pembacanya. Bagi mereka, konflik dalam organisasi PD menjadi lahan terbaik untuk terus digali dan diberitakan dengan angel dan key information yang bisa menggegerkan pembaca. Keuntungan merekapun menjadi lebih baik karena ada berita yang harus dibagi kepada publik.

4.  Analis dan Pengamat. 

https://akurat.co/news
https://akurat.co/news
Perseteruan yang sedang menggila dalam tubuh Partai Demokrat menjadi lahan baru bagi para analis dan pengamat untuk menyajikan hasil bedah analisis mereka tentang apa, mengapa, bagaimana dan kira-kira kemana arah dari konflik PD ini? Hasil bedahan analisis mereka akan menjadi produk yang bisa dijual kepada publik melalui beragam media. Mereka bisa menjadi nara sumber dalam diskusi, menjadi penanggap dalam pembahasan dan juga menjadi referensi bagi sebuah proses penyesaian konflik ini.

Artinya, mereka akan dibayar untuk memberikan analisis tentang kasus perpecahan dalam rumah Partai Demokrat yang telah mengantar SBY menjadi Presiden RI selama dua periode.

5. Lawyer dan atau Pakar Hukum. 

https://www.tribunnews.com
https://www.tribunnews.com
Ketika kasus konflik PD memasuki ranah hukum dengan melaporkan kepada pihak pengadilan dan atau juga kepada polisi, maka giliran para pengacara dan pakar hukum mendapatkan bagian. Urusan hukum, maka mereka inilah garda terdepan para pihak yang "berperang" dan tentu saja berusaha memenangkan kliem mereka. Tapi, apakah kliemnya menang atau kalah, kalau atau menang mereka tetap mendapatkan bayaran. 

6. Partai Politik.

Sadar atau tidak sadar, suka atau tidak suka, partai politik lain akan mendapatkan keuntungan dengan konflik dalam tubuh partai demokrat. Apalagi bila betul-betul terjadi perpecahan maka akan ada yang hijrah ke parpol lainnya. Kader bahkan konstituen yang tidak betah lagi dalam Partai Demokrat akan mencari rumah baru yang lebih nyaman. 

https://nasional.tempo.co
https://nasional.tempo.co
Kini giliran parpol lain untuk mengantisipasi agar peluang ini tidak boleh disia-siakan. Baik di level nasional dan terutaa di level grass-root. Hitung-hitung menjadi investasi menuju kontestasi politik pemilu serentak dan pilpres 2024 yang akan datang.

Kalau demikian, konflik dalam PD dan mungkin akan berujung terbelahnya menjadi "keinginan" dari semua pihak yang menginginkan keuntungan  terbaik yang bisa diraup. Persoalan kubu mana yang akan menang, dan mana yang akan kalah, atau bahkan ada partai baru demokrat yang muncul, itu tidak menjadi soal bagi ke enam kelompok diatas untuk mendapatkan keuntungan.

Demikianlah realitas politik di negeri ini sebagai bagian dari hasil reformasi 1998/1999 yang menghadirikan pola multi partai dalam mengelola negeri ini. Mungkin sudah bosen dengan gaya otoriter Orde Baru yang hanya 2 Parpol dan Golkar, dan sekarang merasa lebih baik dengan multi partai. Multi partaiun sudah 21 tahun lebih berlalu dan hasilnya mungkin Indonesia dikenal dengan negara demokrasi terbesar di dunia tetapi bagiamana hasilnya bagi kesejahteraan masyarakat?  Kayaknya, ini isu lain yang mesti ditulis lagi!

Yupiter Gulo, 14 Maret 201

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun