Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika SBY Sibuk Perang Menjaga PD, Jokowi Perang Melawan Covid-19 dan Resesi Ekonomi

6 Maret 2021   13:55 Diperbarui: 6 Maret 2021   14:03 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nasional.sindonews.com/read/356226/12/mantan-kader-bongkar-manuver-sby-saat-anas-pimpin-demokrat-1615010598

Akhirnya sikap SBY jelas dan tegas mengajak semua kader untuk "berperang" menjaga dan mempertahankan kedaulatan Partai Demokrat. Seperti diberitakan oileh Cnn Indonesia.com dengan judul SBY Serukan 'Perang' Usai Moeldoko Jadi Ketum KLB Demokrat. 

Seruan yang sungguh sangat heroik dan menggugah semangat. SBY menegaskan bahwa "Ibarat peperangan, perang yang kita lakukan adalah perang yang dibenarkan. 

Sebuah war of necessity. Sebuah justice war, perang untuk mendapatkan keadilan," kata SBY dalam konferensi pers, Jumat (5/3) malam.  

Lagi-lagi saya ikut terharu dan ikut terbawa emosi mendengar konperensi pers yang digelar oleh SBY di kediamannya selama 21 menit itu. Tetapi, jujur saya harus mengakui, mungkin saya lebih geram lagi ketika SBY terus risau dengan kudeta PD oleh Moeldoko melalui KLB di Deli Serdang. 

Mengapa? Karena SBY sedang berkutat dengan kepentingan Partai Pololitik ketimbang risau dengan masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa dan negara ini.

Sementara Presiden Jokowi dengan seluruh aparat Kabinet Indonesia Majunya sedang sibuk bahkan berdarah-darah melawan pandemi covid-19 serta bagaimana agar bisa segera keluar dari jebakan resesi ekonomi yang sudah digenderangkan sejak Oktober 2020 yang lalu. Lalu, SBY sibuk dengan sajian "sentimentilnya" tentang masalah internal partai yang mengusung beliau hingga dua periode menjadi orang nomor satu di negeri ini.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200325115856-532-486749/jokowi-9-jurus-dan-kebutuhan-anggaran-rp200-t-lawan-corona
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200325115856-532-486749/jokowi-9-jurus-dan-kebutuhan-anggaran-rp200-t-lawan-corona
Sungguh memprihatinkan, ketika pada akhirnya SBY betul-betul mereduksi prestasinya sebagai RI-1 selama 10 tahun, yang seharusnya berdiri diatas semua kepentingan dan golongan. Bukan lalu mati-matian menjaga dan memeluk secara erat PD bak ketakutan diambil orang. 

Apapun alasannya, dan darimana pun sumber persoalannya dan apapun akhirnya seperti munculnya KLB PD di Sibolangit, Deli Serdang Sumatera Utara, itu semua merupakan fakta dan indikator empiris tentang ketidakmampuan kepengurusan dalam tubuh organiasi politik Partai Demokrat. 

Sebab secara manajerial organisasi, muncul konflik dan apalagi perpecahan, sesungguhnya tidak terjadi secara mendadak saja. Itu sebuah proses panjang yang terus berakumulasi sedemikian rupa sehingga meledak dan ambyar. Ibarat bisul kan, butuh proses lama sehingga busuk dan meledak. 

Walaupun menyakitkan, harus disimpulkan bahwa SBY dan AHY gagal mengelola Parpol PD ini. Kalau sukses, kan tidak perlu ada isu-isu kudeta, pecatr memecat, bahkan terbelah menjadi dua kubum yaitu Moeldoko versi KLB Deli Serdang versus AHY.

Ini kenyataan sangat pahit bagi SBY dan AHY. Apalagi seruan perang dari SBY menjadi sinyal sebuah harga diri yang sedang dipertaruhkan hingga titik darah yang penghabisan. Artinya, kalau perang maka yang terjadi adalah kehancuran. Bukan saja dari sisi kubu SBY dan AHY sendiri tetapi bisa jadi juga bagi pihak yang diperangi itu sendiri. Tentu sangat tergantung dari kekuatan masing-masing.

Demi harga diri, atau istilah SBY demi mempertahankan kedaulatan partai perang harus dilalui. Kejadian ini hanya membuat SBY menghabiskan hari-harinya untuk kepentingan partai saja dan bukan lagi demi kepentingan bangsa dan negeri ini yang sedang terpuruk gara-gara pandemi covid-19 dan ressi ekonomi yang bisa saja waktunya lebih panjang lagi.

SBY sudah mengajak peran dan itu artinya maju terus. Persoalan menang atau kalau dalam peperangan tentu itu soal lain. Untuk mundur dari perang tunggu dulu. Tergantung situasi yang muncul. Eh..siapa tahu ada tawaran lain yang bisa menggairahkan. Bisa saja kan juga seperti itu. Apalagi kalau dalam peperangan ini akan ada mobilisasi dana yang tidak sedikit. Siapa yang mau perang dengan konyol? Tapi bila mobilisasi dana tersedia, siapapun sangat mungkin siap untuk perang.

Perang untuk memenangkan siapa? Pribadi atau partai? Kepentingan masa depan atau masa sekarang? Harga diri atau kepentinganmasyarakat? 

Saya ingat pesan rekan saya sekitar 30 tahun yang silam yang sangat fans kepada SBY. Dia mengatakan bahwa SBY itu sangat pinter, tetapi sesungguhnya beliau tidak memiliki pengalaman perang di lapangan dibandingkan dengan Soeharto atau Soekarno misalnya. Sby lebih banyak berada di belakang meja saja. 

Tidak tahu persis apakah celotehan teman saya itu (sudah almarhum) benar atau hanya opini dia. Tetapi kalau itu benar, maka saya jadi hera ketika SBY ngajak perang kader Partai Demokrat. Perang benaran atau perang-perangan. Kalau saya sih mau ngajak perang melawan Covid-19 seperti yang sedang dikerjakan oleh Presiden Jokowi dan seluruh jajaran Kabinetnya.

https://www.youtube.com/watch?v=rwxBGGDI4Ec
https://www.youtube.com/watch?v=rwxBGGDI4Ec
YupG, 6 Maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun