Demi harga diri, atau istilah SBY demi mempertahankan kedaulatan partai perang harus dilalui. Kejadian ini hanya membuat SBY menghabiskan hari-harinya untuk kepentingan partai saja dan bukan lagi demi kepentingan bangsa dan negeri ini yang sedang terpuruk gara-gara pandemi covid-19 dan ressi ekonomi yang bisa saja waktunya lebih panjang lagi.
SBY sudah mengajak peran dan itu artinya maju terus. Persoalan menang atau kalau dalam peperangan tentu itu soal lain. Untuk mundur dari perang tunggu dulu. Tergantung situasi yang muncul. Eh..siapa tahu ada tawaran lain yang bisa menggairahkan. Bisa saja kan juga seperti itu. Apalagi kalau dalam peperangan ini akan ada mobilisasi dana yang tidak sedikit. Siapa yang mau perang dengan konyol? Tapi bila mobilisasi dana tersedia, siapapun sangat mungkin siap untuk perang.
Perang untuk memenangkan siapa? Pribadi atau partai? Kepentingan masa depan atau masa sekarang? Harga diri atau kepentinganmasyarakat?Â
Saya ingat pesan rekan saya sekitar 30 tahun yang silam yang sangat fans kepada SBY. Dia mengatakan bahwa SBY itu sangat pinter, tetapi sesungguhnya beliau tidak memiliki pengalaman perang di lapangan dibandingkan dengan Soeharto atau Soekarno misalnya. Sby lebih banyak berada di belakang meja saja.Â
Tidak tahu persis apakah celotehan teman saya itu (sudah almarhum) benar atau hanya opini dia. Tetapi kalau itu benar, maka saya jadi hera ketika SBY ngajak perang kader Partai Demokrat. Perang benaran atau perang-perangan. Kalau saya sih mau ngajak perang melawan Covid-19 seperti yang sedang dikerjakan oleh Presiden Jokowi dan seluruh jajaran Kabinetnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H