Akhirnya sikap SBY jelas dan tegas mengajak semua kader untuk "berperang" menjaga dan mempertahankan kedaulatan Partai Demokrat. Seperti diberitakan oileh Cnn Indonesia.com dengan judul SBY Serukan 'Perang' Usai Moeldoko Jadi Ketum KLB Demokrat.Â
Seruan yang sungguh sangat heroik dan menggugah semangat. SBY menegaskan bahwa "Ibarat peperangan, perang yang kita lakukan adalah perang yang dibenarkan.Â
Sebuah war of necessity. Sebuah justice war, perang untuk mendapatkan keadilan," kata SBY dalam konferensi pers, Jumat (5/3) malam. Â
Lagi-lagi saya ikut terharu dan ikut terbawa emosi mendengar konperensi pers yang digelar oleh SBY di kediamannya selama 21 menit itu. Tetapi, jujur saya harus mengakui, mungkin saya lebih geram lagi ketika SBY terus risau dengan kudeta PD oleh Moeldoko melalui KLB di Deli Serdang.Â
Mengapa? Karena SBY sedang berkutat dengan kepentingan Partai Pololitik ketimbang risau dengan masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa dan negara ini.
Sementara Presiden Jokowi dengan seluruh aparat Kabinet Indonesia Majunya sedang sibuk bahkan berdarah-darah melawan pandemi covid-19 serta bagaimana agar bisa segera keluar dari jebakan resesi ekonomi yang sudah digenderangkan sejak Oktober 2020 yang lalu. Lalu, SBY sibuk dengan sajian "sentimentilnya" tentang masalah internal partai yang mengusung beliau hingga dua periode menjadi orang nomor satu di negeri ini.
Apapun alasannya, dan darimana pun sumber persoalannya dan apapun akhirnya seperti munculnya KLB PD di Sibolangit, Deli Serdang Sumatera Utara, itu semua merupakan fakta dan indikator empiris tentang ketidakmampuan kepengurusan dalam tubuh organiasi politik Partai Demokrat.Â
Sebab secara manajerial organisasi, muncul konflik dan apalagi perpecahan, sesungguhnya tidak terjadi secara mendadak saja. Itu sebuah proses panjang yang terus berakumulasi sedemikian rupa sehingga meledak dan ambyar. Ibarat bisul kan, butuh proses lama sehingga busuk dan meledak.Â
Walaupun menyakitkan, harus disimpulkan bahwa SBY dan AHY gagal mengelola Parpol PD ini. Kalau sukses, kan tidak perlu ada isu-isu kudeta, pecatr memecat, bahkan terbelah menjadi dua kubum yaitu Moeldoko versi KLB Deli Serdang versus AHY.
Ini kenyataan sangat pahit bagi SBY dan AHY. Apalagi seruan perang dari SBY menjadi sinyal sebuah harga diri yang sedang dipertaruhkan hingga titik darah yang penghabisan. Artinya, kalau perang maka yang terjadi adalah kehancuran. Bukan saja dari sisi kubu SBY dan AHY sendiri tetapi bisa jadi juga bagi pihak yang diperangi itu sendiri. Tentu sangat tergantung dari kekuatan masing-masing.