Bayangkan berapa banyak sektor kegiatan ekonomi dan bisnis yang masih terus tiarap ketika kampus dan sekolah-sekolah masih tutup. Multipilier effect-nya sangat dahsyat berkurang.Â
Satu-satunya andalan yang sangat signifikan untuk memberikan kontribusi serius bagi pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi masyarakat. Dan terutama pengeluaran atau belanja pemerintahan sendiri. Dipastikan akan menjadi pengikat semua dinamika aktivitas ekonomi yang langsung berdampak kepada konsumsi masyarakat.
Namun angka ini rasanya tentu belum cukup bila bicara target pertumbuhan ekonomi 5% hingga 7%an. Belum lagi kalau pandemi virus corona tidak bisa dikendalikan bahkan muncul gelombang kedua. Ini tentu tidak diharapkan, tetapi trend yang bisa diamati hingga kini, kekhawatiran itu sangat signifikan terjadi.
Hingga hari ini, total kasus covid-19 sudah ada di angka 1,16 juta orang dengan total sembuh 950rb dan jumlah kematian sudah menyentuh angka 31.556 orang.Â
Angka kesembuhan yang tinggi memberikan harapan besar, tetapi keterbatasan fasilitas rumah sakit menampung jumlah kasus yang bertambah luar biasa menjadikan situasi terbalik. Dan di sinilah akan menjadi titik kritis menghambat pertumbuhan ekonomi ketika pemerintah lengah.
Yang yang diringkaskan oleh harian umum Kompas dengan mengatakan "Tantangan Menjaga Tren Pemulihan" sangat lah tepat dan menjadi isu dasar mencermati seluruh program yang dikerjakan oleh pemerintah selama tahun 2021.Â
Artinya, tren pemulihan ekonomi dengan angka-angka pertumbuhan yang terus menaik (walau dalam bingkai negatif) harus terus dijaga mulai triwulan 1 di tahun 2021, dan berlanjut ke kuartal berikutnya.
Tidak ada yang mustahil untuk diwujudkan di negeri ini apabila semua komponen masyarakat satu padu dan sehati sepikir untuk mencapainya. Tugas dan tanggung jawab pemulihan ekonomi ini tentu saja bukan melulu pemerintah, tetapi seluruh rakyat negara ini. Mulai dari menaati secara ketat prokes Covid-19, berlanjut pada proaktif melakukan aktivitas yang membangun dinamika ekonomi berbasis grassroot.Â
Peluang ini sangat besar karena tahun 2021 sepi dari kegiatan politik seperti pilkada misalnya, karena hal itu sudah usai di Desember 2020 yang lalu.Â
Sementara agenda besar perebutan RI-1 dan RI-2 masih 4 tahun lagi, sehingga sangat mungkin tidak menjadi gangguan serius bagi pekerjaan pemerintah untuk fokus pada pemulihan ekonomi.
Dan pada akhirnya negeri ini harus berbangga hati karena masih berada pada pertumbuhan ekonomi yang baik bila dibandingkan dengan negara negara lain seperti dijelaskan oleh ketua BPS, ekonomi AS 2020 bertumbuh negatif 3,5%, Singapura minus 5,8%, Korea minus 1% bahkan Uni Eropa lebih minus lagi di angka 6,4%. Semoga Indonesia bisa menyusul Cina yang bertumbuh hingga 2,3% dan Vietnam naik 2,9% di tahun 2020.