Selama tahun 2020 sektor lapangan usaha yang sangat terpukul drastis terjadi di sektor transportasi yang menurun hingga negatif 15,04%, sektor akomodasi dan makan minuman yang berkontrasi negatif 10,22%, disusul sektor Jasa Perusahaan bertumbuh negatif 5,44%, sementara sektor perdagangan bertumbuh pada negatif 3,72%, konstruksi minus 3,26% seperti yang diberitakan oleh Harian Umum Kompas 6 Februari 2021. Sementara sektor lapangan usaha yang bertumbuh positif selama 2020 adalahÂ
- Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial positif 11,60%,Â
- Informasi dan Komunikasi positif 10,58%,Â
- Pengadaan Air positif 4,94%,Â
- Jasa Keuangan dan Asuransi positif 3,25%,Â
- Jasa Pendidikan positif 2,63%,Â
- Real Estat positif 2,32%
- Pertanian, Kehutanan dan Perikanan positif 1,75%
Berdasarkan data yang ada, BPS juga mengakui kalau pertumbuhan ekonomi 2020 merupakan yang terburuk sejak era reformasi tahun 1998 yang pada waktu itu menyentuh angka minus 13,13%.Â
Bahkan sepuluh tahun terakhir 2011 sampai dengan 2019 rata-rata pertumbuhan ekonomi berada pada angka 5,36% per tahun, di mana pertumbuhan tertinggi di angka 6,17% pada tahun 2011 dan terendah dengan angka 4,88% pada tahun 2015.
Estimasi Pertumbuhan Ekonomi 2021
Dengan anjlok hingga 2,07% di tahun 2020, nampaknya tidaklah begitu mudah langsung bangkit dan lompat pertumbuhan ekonomi hingga 7% dalam setahun. Sebab dibutuhkan waktu yang memadai untuk memulihkan semua sektor yang berkontribusi pada peningkatan produk domestik bruto negeri ini.Â
Sebab efeknya tentu tidak bisa langsung, sebagian besar membutuhkan waktu, kalau bukan tahunan mungkin semester. Misalnya, program yang diluncurkan pada kuartal pertama efeknya bisa saja baru terasa di kuartal ketiga atau keempat, atau bahkan tahun berikut.Â
Mengingat patokan pertumbuhan ekonomi tahun 2021 berada di angka 5% seperti tercantum dalam RAPBN 2021 yang diajukan pemerintah dan sudah disetujui dan diundangkan oleh Legislatif, itu artinya pertumbuhan ekonomi tahun 2021 dibutuhkan hingga angka 7,07%.
Untuk bisa bangkit dari angka minus 2,07% dan bisa men-covered 5% yang diinginkan pemerintah.
Nampaknya dibutuhkan leverage yang kencang untuk bisa mewujudkan target 5% tersebut. Mengingat banyak sektor yang tiarap selama pandemi covid-19. Sementara peningkatan kasus positif corona terus melambung tinggi setiap hari. Ini sangat menggelisahkan dengan pemberlakuan PPSB yang semakin menuntut keseriusan yang extra.Â
Pemberlakuan PJJ atau belajar secara daring untuk semua aktivitas pendidikan merupakan contoh yang sangat signifikan mempengaruhi dinamika ekonomi secara langsung.Â