Pidato pertama Joe Biden sebagai Presiden AS ke-46 disampaikan dengan tegas, simpel dan jelas bahwa "tanpa persatuan tidak ada perdamaian", akan dicatat sebagai sebuah pesan penting selama dia akan menjadi orang nomor satu di AS empat tahun ke depan, periode 2021-2025 dan akan ikut menentukan arah politik secara global.
Gaya demokrat dari Joe Biden begitu kuat ketika mengatakan bahwa perdamaian tidak akan menjadi kenyataan tanpa persatuan. Ini pesan yang membawa kesejukan bagi siapapun yang mencernanya.Â
Tidak saja bagi warga global se-jagad, tetapi terlebih bagi warga AS sendiri yang selama 4 tahun kepemimpinan Presiden AS ke-45 Donald Trump penuh kontroversi, ketegangan bahkan "baku-hantam" antar kelompok yang mempolarisasikan warga untuk berhadap-hadapan.
Sesuatu yang sangat berbeda ketika 4 tahun silam saat Donald Trump yang dalam usia ke-70 tahun dilantik sebagai Presiden As ke-45 penuh kontroversi.Â
Tidak saja karena kemenangannya tak terduga yang sama sekali tidak memiliki latar belakang politik yang memadai ketimbang sebagai pengusaha besar, tetapi juga janjinya untuk menghapus semua kebijakan presiden Obama serta mereview aliansi dengan Eropa dan Asia.Â
Trump memasuk Gedung Putih sebagai presiden tertua, dengan hasil survey CBS hanya 37% penerimaan rakyat AS paling rendah dalam sejarah kepresidenan AS.
Donald Trump sudah pergi dan berlalu. Kini Joe Biden dengan wakilnya Kemala Harris sudah sah di lantik mengendalikan negeri ini ke depan dengan janji yang menyejukkan bagi warga dunia, yaitu persatuan dan perdamaian.Â
Sebuah ikon yang dirindukan oleh seluruh umat manusia di jagad raya ini. Perdamaian dan bukan berantam, perang, saling membunuh, saling membenci dan saling menghancurkan.Â
Pesan ini akan menjadi baromoeter untuk mendeteksi perilaku menyimpang dari siapa saja. Artinya, persatuan dan perdamaian merupakan nilai dasar universal.
Bersatu dan berdamai, sebuah ikon sederhana tetapi implementasinya tidak semudah dan sesederhana maknanya. Karena menyatukan beragam manusia dengan latar belakang yang beragam pula menjadi titik kritis perdamaian gagal atau berhasil. Walaupun tidak mudah, tetapi menariknya, semua orang mau bersatu dan tentu mau damai.Â
Mungkin Biden tidak terlalu sulit melakukannya ketimbang Trump misalnya. Karena Joe Biden mempunyai pengalaman yang sangat kaya ketika menjadi orang nomor-2 di AS mendampingi Presiden AS ke-44 yaitu Barack Obama selama dua periode.Â
Biden pasti memiliki banyak cara yang sudah diujinya dengan perubahan besar yang sedang terjadi saat ini. Sehingga bisa dimengerti ketika dia berjanji bahwa dengan persatuan, maka dia dengan Kamala Harris bukan hanya untuk satu kelompok, tetapi juga Presiden bagi semua orang di AS.
Tantangan dunia yang sedang menghadapi problem besar seperti akibat pandemi Covid-19 yang berdampak pada turbulensi ekonomi dunia menjadi pintu besar yang akan menjadi arena bagi Joe Biden untuk mulai mempertontonkan janjinya tentang persatuan dan perdamaian.Â
Termasuk begitu banyak keputusan kebijakan Donald Trump yang harus di-review-nya yang selama ini dianggap "rasis" karena pelarangan atau pembatasan peluang bagi warga negara non AS di negeri ini.
Harapan masyarakat global sangat besar bagi peran AS untuk kemaslahatan dunia ini yang terus menerus dilanda banyak problem. Kekuatan dan sumber daya yang dimiliki oleh negeri paman sama ini, dianggap mampu menjadi pemeran penting bagi solusi kemanusiaan dan ekonomi dan politik secara global.Â
Nampaknya Joe Biden paham betul tentang itu. Sangat mungkin garis dan gaya kebijakan Barack Obama akan mewarnai kiprahnya sebagai orang nomor - 1 di AS selama 4 tahun kedepan.
Merangkul dana merangkum dunia memang bukan tugas utama AS, tetapi ketika dia memiliki sumberdaya yang mampu memfasilitasi persatuan dan perdamaian itu, maka peran itu menjadi memanggil untuk dihadirkan secara konkrit. Dan dipastikan dunia juga membutuhkan, menunggu serta mendukungnya.Â
Selamat buat Joe Biden dan Kamala Harris. Selamat bekerja untuk mengurus AS dan dunia ini. God bless you !
Yupiter Gulo, 21 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H