Sandiaga Uno sudah dilantik menjadi salah seorang dari 6 menteri baru yang dipercaya oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'aruf Amin untuk mengelola Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) menggatikan Wisnutama yang hanya menjabat selama setahun dan harus keluar dari Kabinet Indonesia Maju karena dianggap tidak mampu menghadapi dan menyelesaikan permasalahan dengan bagus.
Walaupun beberapa pengamat menilai tepat keputusan Jokowi menempatkan Sandiaga Uno menduduki Menparekraf, akan tetapi tidak demikian dengan Sandi sendiri. Dia melihat tugas yang diberikan oleh Presiden teramat sangat berat untuk  kebangkitan ekonomi Indonesia pulih dari dampak Covid-19. Seperti yang Sandi ungkapan ketika selesai diperkenalkan oleh Jokowi kepada publik di depan istana pada Selasa 22 Desember 2020.Â
Betulkah Sandi merasa berat, atau menyerah sebelum berperang, untuk melakukan terobosan untuk kebangkitan industri pariwisata yang sudah babak belum di hantam pandemi Covid-19?
Nampaknya, seorang Dahlan Iskan tidak percaya kalau Sandi merasa berat. Mantan Menteri BUMN era Presiden SBY ini, menilai kalau bagi Sandiaga Uno, kecil lah urusan sebagai Menparekraf. Bahkan Sandi lebih mampu kalau ditempatkan sebagai Menteri Peridustrian, yang bisa bersinergi dengan baik dengan dua kawan lamanya, yaitu Erick Thohir sebagai Menteri BUMN dan Muhammad Lutfi sebagai Menteri Perdagangan.Â
Dahlan Iskan mempunyai alasan, karena pengalaman profesional dalam mengelola jaringan bisnis yang dimiliki oleh Sandiaga Uno selama ini dianggap termasuk berhasil. Walaupun di tengah kesulitan gelombang perubahan ekonomi dan dunia bisnis, baik nasional maupun global. Jaringan bisnis nya masih tetap berkibar.
Industri Pariwisata Babak-belur
Sektor industri pariwisatalah yang pertama dan utama terdampak oleh wabah virus corona sebelum menyebar ke berbagai sektor lain yang efeknya bermutiplier. Tidak saja di Indonesia tetapi juga di hampir seluruh negara di dunia. Terutama ketika perjalanan dan interaksi fisik dibatasi secara masif dan dalam jangka waktu yang signifikan, bahkan berbulan-bulan sejak Covid-19 ditemukan.
Pada akhir kuartal II, industri pariwisata Indonesia yang di dalamnya termsuk perhotelan dan restoran menderita kerugian hingga 85,7 trikun rupiah. Dan angka kerugian ini terus bertambah hingga US$ 7,1 miliar pada November 2020, atau lebih dari Rp 100 triliun seperti yang di laporkan oleh pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) pada tanggal 19 November 2020.
Sangat mungkin angka kerugian ini bisa lebih besar lagi hingga tutup tahun 2020. Yang disumbangkan oleh ratusan bahkan ribuan usaha dan unit bisnis yang bergeral dalam lini bisnis industri pariwisata. Seperti bisnis perhotelan, restoran, maskapai penerbangan dan tour operator, transportasi darat, dan beragam jaringan bisnis yang terkait dengan travelling business. Semakin kebawah, unit usaha yang tergolong UMKM juga menjadi korban yang terdampak habis-habisan oleh wabah virus corona ini.
PHRI menyebutkan ada PHK besar yang dialami oleh sekitar 550.000 pekerja hotel, atau 78,5% di industri pariwisata. Menginagt, berdasarkan data Badan Pusat Statistisk (BPS), jumlah turis asing yang masuk Indonesia hanya 3,56 juta hingga akhir September 2020. Jumlah itu, anjlok 70,57% secara tahunan (yoy). Maulana menjelaskan, saat ini walau okupansi hotel mulai merangkak naik menduduki 30%, hal itu tidak bisa dinilai bisa menambal kerugian. Sebab, saat ini kuota yang boleh dioperasikan hanya 50% atau kurang dari itu.
Bisa dimengerti kalau Menparekraf Sandi Uno menlihat beratnya tugas untuk memulihkan sektor pariwisata ini pada kondisi normal. Target angka wisatawan sebanyak 18 juta tahun 2020 akan semakin jauh panggang dari api hingga tutup buku 2020. Dan tentu saja ini tantangan yang tidak mudah bagi seorang Sandi mambalikan keadaan dalam waktu singkat.
Strategi Inovasi Berbasis Big Data
Salah satu poin penting yang disampaikan oleh Sandiaga Uno setelah acara perkenalan di istana negara untuk mengelola Kemenparekraf ini dengan stategi inovasi yang berbasis pada penggunaan big data. Dia menegaskan bahwa inovasi, adaptatif dan kolaborasi akan menjadi tahapan yang akan dikerjakan membangun kembali sektor pariwisata ini.
Kata inovasi menjadi kunci agar bisa keluar dari situasi yang sangat kompleks dan arah pemulihan ekonomi menjadi positif. Namun, harus diakui tidak mudah, tetapi bukan tidak bisa dikerjakan. Karena dengan penggunaan big data, harusnya peta permasalahan bisa di capture dengan persisi, dan solusipun bisa direkayasa dengan jitu.
Sebab sudah banyak perusahaan yang mampu bertahan dan bahkan eksis serta bertumbuh secara signifikan di tengah pandemi covid-19. Dan kata kunci nya adalah inovasi. Dengan sumber daya yang dimiliki oleh setiap perusahaan, mereka bisa diperdayakan untuk menemukan hal baru di tengah kesulitan karena wabah yang terus menyebar.
Sebagai contoh, dalam sebuah diskusi akhir tahun 19 Desember 2020 oleh DIPMI, Grab Indonesia memberikan sharing gagasan tentang inovasi yang dilakukan oleh Grab di tengah pandemi Covid-19 dengan payung protokol kesehatan yang ketat, mereka memiliki fitur produk atau jasa seperti Geo-tech, Grab_Protect, Grab_Wheels, bahkan juga ada #Covid_Tele_Medical.Â
Inovasi seperti itu muncul dengan tetap dalam konteks menjadi visi Grab Indonesia yaitu "Kebahagiaan bagi Semua" dan menjabawakannya untuk menjawab "basic needs" dari setiap konsumen mereka. Model bisnis berbasis digital tidak berubah, tetapi implemenyasi penerapan modelnya yang harus disesuaikan dengan ptokes yang ada. Dan disitulah inovasi itu menjawab tantangan yang ada.
Inilah sesungguhnya, tantangan yang harus dikelola dan dikeembangkan oleh Sandi Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang baru dalam Kabinet Indonesia Maju.
Dilema Sandiaga Uno
Tidak saja beratnya tugas yang diemban oleh Sandi tetapi juga mengahadapi dilema yang harus mampu dikelola secara profesional. Bila tidak maka sangat mungkin Sandi akan berhadapan dengan hal-hal yang akan mengganggu kinerjanya sebagai menteri. Dan bila tidak hati-hati, sangat mungkin nasibnya akan menyusul juga si menteri lama yaitu Wisnutama.
Dilema utama yang harus dikelola oleh Sandi sebagai Menteri dalam KIM Jokowi _ Ma'aruf Amin adalah latar belakang politik yang dibawa oleh Sandi sendiri. Yaitu sebagai salah satu petinggi dari Partai Gerinda. Posisi ini menjadi menantang karena sesungguhnya ada juga yang tidak nyaman bahkan keberatan dengan masuknya Sandi dalam kabinet Jokowi, terutama dari partai pendukung pemenangan Jokowi di Pilpres 2019.
Artinya, apabila Sandi tidak memperlihatkan performance yang diharapkan oleh publik maka itu akan menjadi pintu yang sangat dahsyat untuk menemntang kehadirannya. Sebaliknya, bila Sandi mempertontonkan kinerja yang baik, maka itu akan menjadi hal baik baginya.
Ingat, pihak kelompok yang sangat fanatik dengan dukungan kepada Jokowi terus menerus mengamati dan mencermati semua orang yang dianggap musuh politik dan mengganggu keberadaan Presiden. Itu sebabnya bisa dilihat, ketika Sandi mulai memunculkan program OCE-OKE, maka ada rekasi yang negatif dari publik. Karena program OCE-OKE yang identik dengan Sandi, juga tidak terlalu harus kisahnya di tengah-tengah dunia bisnis dan ekonomi, khususnya UMKM.
Dilema semacam ini akan terus bergulir sebagai bagian dari riak-riak dinamika politik di negeri ini. Sandi akan dituntut untuk mampu mengelola hal itu secara elegan. Bahkan disarankan secara profesional, dan jangan secara politik. Saran ini sangat proporsional, agar Sandi tidak lagi terlalu terikat bagi kepentingan parpol yang diwakilinya.
Selamat bekerja Sandiaga Uno, berikanlah yang terbaik sebagi legasi buat negeri ini menuju ulang tahun emasnya pada 2045.
Yupiter Gulo, 26 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H