Terlepas dari dinamika pertumbuhan kasus positif Covid-19 yang terus menaik hingga saat ini, harus diakui bahwa arah strategi dan kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Jokowi terakit perekonomian, sudah berada di jalan yang benar adanya. Sebab, dengan pertumbuhan 2,97% menjadi sinyal yang sangat bagus untuk kuartal II, III dan IV hingga akhir tahun 2020.
Karena sesungguhnya, yang paling berat terjadi di kuartal pertama, karena saat mulai wabah corona ini mendera ekonomi Indonesia dengan sangat luar biasa. Bahkan mengacaukan semua sistem perekonomian, mulai dari sektor UMKM hingga sektor perusahaan berskala besar. Ketika semua orang diharuskan tinggal dirumah, bekerja dari rumah, dan belajar dari rumah.
Bahkan ditengah pro dan kontra berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Jokowi, seperti seakan-akan hanya pro pada kepentingan ekonomi ketimbang nyawa manusia, nampaknya tidak sia-sia dengan pertumbuhan ekonomi yang positif, dibandingkan dengan paling tidak pertumbuhan ekonomi dari 8 negara, karena semuanya mengalami pertumbuhan penurunan bahkan negatif seperti diberitakan oleh kompas.com berikut ini :
- Indonesia 2,97 persen
- Malaysia 0,7 persen
- Thailand -1,8 persen
- China -6,8 persen
- Jepang -2,2 persen
- Jerman -2,2 persen
- Inggris -2 persen
- Singapura -0,7 persen
Faktor Konsumsi Rumah Tangga
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam keadaan sulit seperti saat ini, maka konsumsi rumah tangga menjadi penyanggah kuat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sesuatu yang berbeda dengan negara-negara lain yang kekuatan pertumbuhan ekonomi mereka bukan di konsumsi rumah tangga, tetapi di sektor lain seperti ekport atau sektor jasa lainnya.
Menjadi berkah bagi perekonomian Indonesia, yang populasinya di sekitar 270 juta orang menjadi captive market yang harus dipasok kebutuhan utamanya setiap hari. Hal yang sama terjadi ketika krisis moneter tahun 1998, maka sektor UMKM yang mensuplai kebutuhan rumah tangga dan sangat tidak tergantung pada kegiatan ekspor dan import menjadi katup pengaman perkonomian Indonesia.
Sebagai perbandingan saja, di tahun 2019, pertumbuhan eknomi Indonesia yang menyentuh angka 5,02%, PDB di dominasi oleh konsumsi rumah tangga sebesar 56,85 seperti dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia pada pertengahan tahun 2019.
Untuk tahun 2019, memang agak signifikan, karena disana ada hajatan besar lima tahunan, yaiitu Pemilihan Umum yang menjadi dinamisator sektor kebutuhan rumah tangga. Namun untuk tahun 2020, ketikan ekspor dan juga import, sektor parawisat, dan lainnya "hancur-hancuran" karena dampak Covid-19, maka sektor Konsumsi Rumah Tangga menjadi penyumbang bagi pertumbuhan ekonomi yang serius.
Kendati sangat berisiko dari sisi kesehatan, kebijakan pemerintah untuk memberlakukan tahapan New Normal Life atau tatanan kehidupan baru, hidup dengan kenormalan baru, patut diapreasiasi. Sebab, kebijakan ini lebih banyak berpihak pada kepentingan pertumbuhan ekonomi ketimbang kesehatan.
Dengan asumsi, selama tiga bulan lebih, harusnya masyarakat sudah memiliki kesadaran dan literasi yang memadai tentang bahaya dari Covid-19. Dengan menerapkan PSBB dan segala protokol kesehatan, maka menjadi bekal untuk mulai menerapkan hidup kenormalan baru.
Memasuki Hidup dengan Kenormmalan Baru