Keberhasilan kebijakan untuk menjaga Stabilitas Sistem Keuangan menjadi sesuatu yang mustahil tanpa keterlibatan aktif peran dari masyarakat yang sesungguhnya menjadi pelaku kunci dalam sebuah sistem pengelolaan ekonomi suatu negara. Menempatkan anggota masyarakat hanya sebagai obyek dan bukan pelaku penting menjadi alasan utama tidak efektifnya implementasi kebijakan.
Cermati kebijakan pemerintah dengan stimulus pertama, kedua dan ketiga dan menggelontorkan dana hingga 400-an triliunan rupiah untuk menghadapi dampak pandemi Covid-19. Stimulus ini sifatnya sementara dan bersifat kuantitaif yang efektifitasnya sangat tergantung dari bagaimana masyarakat sebagai pelaku ekonomi meresponsnya secara tepat, cepat.
Demikian juga halnya Stabilitas Sistem Keuangan di negeri ini, kalau mau berhasil dan efektif, maka dorong dan tingkatkan terus partisipasi aktif peran masyarakat. Bukan harus hal-hal yang besar dan bombatis, tetapi cukup dengan hal-hal yang kecil saja. Namun apabila dikerjakan secara massif, terstruktur dan menyeluruh oleh sebagian besar publik maka dampaknya akan sangat luar biasa.
Di arena capital market sebagai salah satu wilayah utama yang menjadi perhatian Stabilitas Sistem Keuangan selain area money market, ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk memperkuat pasar modal Indonesia agar menjadi tuan di rumah sendiri. Seperti dengan modal awal Rp 100.000, Anda bisa menjadi salah seorang penjaga stabilitas sistem keuangan di arena Bursa Efek Indonesia atau BEI.
Mempunyai Rekening Saham Cukup Rp 100k
Harus diakui bahwa dominasi asing dalam Bursa Efek Indonesia masih sangat kuat, sedemikian rupa sehingga naik atau turunnya IHSG sering sekali ditentukan oleh perilaku jual atau beli para investor asing. Sementara investor lokal lebih banyak mengekor saja, dan akibatnya memang tidak menyenangkan. Karena lebih banyak buntung ketimbang cuannya.
Terobosan yang dilakukan oleh Manajemen BEI, sejak lima tahun terakhir patut diancungkan jempol dengan tag-line "Yuk, Nabung Saham", dan diikuti inovasi dengan dana awal sebesar Rp 100.000 sudah bisa memiliki akun di salah satu perusahaan sekuritas. Dengan hanya "Cepek ceng" Anda sudah bisa melakukan transaksi, beli dan jual saham di BEI.
Sebuah terobosan keren yang membuka pintu besar bagi inklusi keuangan di Pasar Modal. Dan hendak menegaskan bahwa berinvestasi di bursa efek juga terbuka bagi investor kecil-kecil, bahkan pelajar dan mahasiswa serta ibu-ibu rumah tangga bisa memanfaatkan peluang investasi dengan menabung saham di bursa efek.
Bahkan sejumlah perusahaan broker saham melayani pembukaan rekening secara online. Hanya dalam hitungan menit seseorang bisa langsung memiliki akun sebagai syarat utama agar bisa membeli saham di pasar modal. Sesuatu yang kelihatan sangat sulit di masa yang lalu, karena untuk bisa membuka rekening saham, Anda harus memiliki deposito 5 hingga 10 juta rupiah.
The Power of Rp 100k
Dibandingkan dengan bursa efek yang ada di seluruh dunia ini, BEI masih berada ketiga dari bawah dalam banyak indikaror, seperti listed companies, market capitalization, maupun average trading value. Dan dipastikan, jumlah investornya yang masih sangat rendah.
Terobosan kemudahan dan murahnya membuka rekening serta semangat nabung saham, menjadi kekuatan baru agar BEI betul-betul menjadi salah satu pasar modal yang besar dan menjadi tuan rumah bagi para investor. Caranya, tentu bisa dimulai dengan mendorong masyarakat menabung saham
Mari berhitung secara sederhana saja. Kalau 10% dari populasi Indonesia 270 juta orang, akan keluar angka 27 juta. Dan mereka bersedia menabung saham Rp 100k setiap bulan. Maka akan keluar angka sebesar Rp 2,7 triliun. Dan kalau disetahunkan akan menjadi Rp 32,4 triliun. Sebuah angka yang sangat dahsyat untuk memperkuat dan mengokohkan BEI.
Sesungguhnya, angka Rp 100k bukanlah jumlah yang berarti bila dibandingkan dengan hasil dan manfaat yang akan dicapai di masa yang akan datang.Â
Amati saja misalnya kebiasaan keluarga-keluarga yang selama ini rajin ke mall, paling tidak sekali dalam seminggu. Artinya 4 kali dalam sebulan. Dan umumnya pasti akan mengeluarkan uang untuk jajan anak-anak, makan bersama keluarga. Nah, kalau saja berani menghemat Rp 100k saja setiap minggu dari anggaran kuliner, maka dalam sebulan mereka bisa menabung saham sekitar Rp 400k.
Dengan asumsi investasi nabung saham minimal Rp 100.000 setiap bulan, dengan saham-saham yang baik dan benar, maka keuntungan yang akan didapatkan sangat banyak. Antara lain nilai investasinya akan bertambah baik dengan naiknya harga saham setiap tahun dan juga mendapatkan pembagian dividen dari perusahaan setiap akhir tahun buku. Nilai-nilai keuntungan ini akan terus berakumulasi tahun demi tahun.
Manfaat lainnya yang bisa dinikmati selain bangga menjadi pemilik dari perusahaan yang sahamnya dimiliki, tetapi juga ikut berpartisipasi menjaga dan memperkokoh stabilitas sistem keuangan yang ada di Indonesia.
Berdasarkan data yang ada dari BEI, hingga bulan Februari 2020, jumlah investor yang ada di BEI sudah menyentuh angka 2,4 juta akun. Walaupun jumlah ini masih sangat kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sudah sampai 270 juta, tetapi ada peningkatan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Beberapa tahun yang lalu, jumlah akun atau investor di BEI bergerak di sekitar 500k saja, baik lembaga maupun invididual. Kendati dari jumlah itu masih di kuasai oleh investor dari luar negeri. Akan tetapi, sejak tag-line "Yuk, Nabung Saham" dan kemudahan serta murahnya membuka akun saham, maka angka ini terus menaik secara serius.
Fokus BEI bekerja sama dengan perusahaan broker untuk menjadikan kampus sebagai target nampaknya memberikan hasil yang serius pula. Terutama ketika gerakan membuka Galeri Investasi di setiap kampus mendapat tanggapan positif dan aktif dari sebagian besar pengelola kampus di Indonesia.Â
Program ini terus menggelora ketika setiap tahun ada kompetisi antar Galeri Investasi dan pemberian Award bagi Galeri Investasi terbaik. Dan terus diikuti oleh berbagai perlombaan investasi oleh mahasiswa di masing-masing kampus di seluruh Indonesia.
Persoalan yang dihadapi tentu saja bukan saja hanya berhenti pada membuka akun saham pada perusahaan broker itu, tetapi melakukan aktifitas investasi, membeli saham, menambah tabungan, membentuk portofolio saham yang di miliki serta melakukan pemantauan secara terus menerus.
Tuntutan Gerakan Nabung SahamÂ
Memperkuat pasar modal Indonesia menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dengan memberikan tempat seluas-luasnya bagi partisipasi dan peran aktif setiap masyarakat Indonesia untuk menabung saham.Â
Kalau tidak demikian, maka BEI hanya akan menjadi "mainan" dan atau "bulan-bulanannya" para investor asing untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Sementara investor lokal hanya "mengekor nan latah saja" dan menikmati sisa-sisanya. Itupun kalau masih ada sisa, sebab yang banyak terjadi adalah "buntung nan lose and lose".
Meningkatnya jumlah investor akan sejalan dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang go public atau listed di BEI, dan pada akhirnya akan mendorong market capitalization yang semakin besar dengan rata-rata transaksi yang semakin besar pula.
Data dari Idx per bulan Januari 2020, ada 679 perusahaan yang sedang melantai di bursa efek Indonesia. Data ini terus meningkat dari tahun ketahun. Hanya 397 perusahaan pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 506 perusahaan pada tahun 2014. Sementara market capitalizationnya telah menyentuh angka 9,1 triliun perhari pada bulan januari 2020. Dilihat dari kinerja selama 10 tahun terakhir sebelum pandemi Covid-19, BEI memperlihatkan pertumbuhan kinerja yang terbaik dibandingkan dengan sejumlah bursa efek di dunia.
Data meperlihatkan BEI menyediakan peluang yang sangat besar bagi masyarakat untuk melakukan investasi. Tidak lagi cukup hanya menyimpan dana di bank dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka, tetapi untuk jangka panjang, saham menjadi sebuah pilihan yang terbaik dengan seluruh dinamika yang dimiliki oleh jenis investasi yang dipilih.
Inklusi pasar modal yang sudah mulai diterobos oleh pengelola BEI beberapa tahun yang lalu, tidak cukup lagi hanya oleh pengelola bursa, tetapi hendaknya menjadi gerakan bagi semua masyarakat untuk investasi di saham dengan tag-line "Yuk, Nabung Saham!".
Masyarakat, pelajar dan mahasiswa, serta ibu-ibu rumah tangga harus berani mengambil keputusan untuk melihat masa depan investasi dari sisi "menabung saham".Â
Membangun masa depan dari sisi keuangan tidak bisa lagi hanya dengan jangka pendek, apalagi secara instan, tetapi dalam perspeketif jangka panjang. Dan salah satu pilihan yang "menantang" adalah menabung saham.
Bila ini bisa dikerjakan dengan baik, konsisten dan teratur, maka masyarakat akan terhindar dari permainan serta jebakan mematikan dari pelaku-pelaku investasi bodong yang penuh dengan "tipu muslihat" bertabur janji manis penuh wangi hingga janji surga.
Gerakan berinvestasi dengan menabung saham akan menjadi tuntutan kebutuhan bagi kuatnya stabilitas sistem keuangan di negeri ini. Sebagai gerakan tidak cukup hanya pengelola BEI atau OJK saja yang bekerja, tetapi harusnya seluruh lapisan masyarakat.
Sebab fakta kemajuan menunjukkan bahwa pasar modal yang semakin berkembang dan bertumbuh secara luas dan semakin kuat, menjadi indikasi dari kemajuan ekonomi suatu bangsa dan negera.
Bukan dengan yang jutaan rupiah, tetapi cukup dengan uang Rp 100.000 setiap bulan maka Anda sudah ikut menjadi pengawal kokohnya Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia.
Bila tidak percaya, silakan dicoba saja!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H