Acara penutupan resto cepat saji McDonald Sarinah yang menuai pro dan kontra karena dilakukan ditengah-tengah perjuangan untuk melawan dan menghentikan penyebaran virus corona di Indonesia, dengan penerapan PSBB, serta di tengah kota Jakarta yang merupakan pusat berkembangnya wabah virus di Indonesia.
Keluh kesah atau tepatnya kekesalan yang disampaikan oleh tenaga medis, seorang dokter menarik untuk dicermati, direnungkan dan dimaknai dalam situasi sulit dan harapan segera berakhirnya pandemi Covid-19 ini di wilayah negeri ini.
Keluhan seorang dokter ini saya kutip dari salah satu akun di IG yang juga beredar luas di groups media sosial. Keluhannya adalah sebagai berikut :
Curahan hati dan kekesalan di atas sungguh sangat bisa dimengerti dengan jelas dan tegas. Dan menjadi representasi dari banyak kejadian lainnya yang terus dilakukan oleh banyak orang. Bahkan berhadapan dengan petugas pun tidak takut. Tak jarang petugas dilawan dan dilecehkan. Pun banyak yang sembunyi-sembunyi melanggar semua protokol kesehatan dan kebijakan PSBB.
Mengapa tenaga medis kesal dan marah terhadap acara count down penutupan McD Sarinah?
Sederhana saja penjelasannya. Kerumunan yang terjadi di acara count down melanggar protocol kesehatan, karena sangat potensial akan muncul kluster baru Covid-19. Dan bila ini menjadi kluster yang baru, maka yang sibuk, dan capek dan berdarah-darah adalah tenaga medis.
Setuju atau tidak Setuju, ini semacam "pelecehan" pada kerja keras para tenaga medis yang siang malam, tanpa mengenal lelah, rela meninggalkan keluarga, dan bahkan siap menjadi korban terpapar virus corona hanya agar pandemi ini segera terputus.
Seakan tidak mengerti akan situasi dunia dan Indonesia yang sedang "terkapar" dan "menggelepar" serta hancur-hancuran keadaan ekonomi dan masyarakat akibat wabah virus mematikan ini.