Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Teman Ngobrol Presiden Undur Satu per Satu, Ada Apa dengan Milenial?

24 April 2020   18:40 Diperbarui: 24 April 2020   19:25 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://money.kompas.com/read/2020/04/24/142308426/mengintip-rincian-gaji-para-penasihat-jokowi-ksp-wantimpres-hingga-stafsus?page=3

Hanya beda beberapa hari, disusul oleh Andi Taufan Garuda Putra, seorang milenial berusia 32 tahun pendiri dan CEO dari PT Amartha yang bergerak di bidang fintech, mengundurkan diri. Karena terkait dengan surat edarannya kepada seluruh camat se Indonesia dalam rangka program penangan pandemi Covid-19.

Dengan demikian, masih ada 5 orang lagi yang tersisa, tetapi sangat mungkin akan ada yang menyusul untuk undur juga. Publik melihat beberapa sosok lain yang juga memiliki bisnis sendiri yang potensial akan mengalami hal yang sama dengan Belva dan Taufan.

Memahami harapan yang sangat besar Presiden Jokowi pada generasi milenial ini, menjadi tanda tanya besar, ada apa dan mengapa calon calon pemimpin masa depan ini tidak bisa bertahan dan mundur kembali ke bisnis mereka? Apakah mungkin karena gaji dan fasilitas yang diterima tidak berarti di bandingkan hasil bisni yang dikelola?

Sejumlah mahasiswa di dalam kelas juga mengajukan pertanyaan yang sama pada saya. Lalu, saya sendiri juga bertanya kepada mereka, sebagai generasi milenial, karena usia rata-rata mereka adalah 20-21 tahun.

Sangat menarik respond an jawaban mahasiswa ada beberapa tentang mundurnya Stafsus Presiden itu. Pertama, generasi milenial belum siap menjadi pemimpin dalam skala besar seperti negara. Hal ini dilengkapi dengan kurangnya pengalaman dalam meminpin. Bahwa mereka sukses di perusahaan rintisan, mereka menganggap itu sangat berbeda.

Kedua, mengelola bisnis jelas sangat terukur pekerjaanya, tetapi mengelola pemerintahan yang sarat dengan aspek birokrasi menjadi tidak menarik bagi mereka yang milenial. Apalagi kalau selalu di warnai oleh kepentingan yang cenderung koruptif. Generasi milenial yang sangat idealis tidak cocok menjadi stafsus Presiden.

Ketiga, pengetahuan mereka tentang pemerintahan masih sangat minim. Sehingga dalam kasus Belva dan Taufan sangat jelas, karena yang dilakukan adalah praktek bisnis yang berlaku selama ini. Itu sah-sah saja, ada jasa ada hasil, ada biaya ada keuntungan. Nah, dalam pemerintahan hal itu tidak bisa berlaku. Konflik kepentingan menjadi simpul yang membuat mereka merasa tidak nyaman berada disana.

Keempat, generasi milenial cenderung memilih indipenden dalam menjalani bisnis bahkan juga kehidupan mereka. Dan tidak suka bergantung dari orang lain. Mereka memiliki kalkulasi tersendiri yang sulit dimengerti oleh orang lain. Semacam, selalu berpikir out of the box. Dan cenderung tidak betah berada dalam kendali orang lain. Pun dalam posisi stafsus, mereka merasa tidak bebas karena sejumlah rambu-rambu birokrasi membatasi hal itu.

Kelima, harus di akui bahwa pemahaman tentang sistem nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme di kalangan milenial berbeda dengan generasi sebelumnya. Pengabdian dan pengorban bagi negara ini, tidak selalu di mengerti seperti generasi old memahaminya.

Kalau ke lima alasan diatas yang di sampaikan oleh generasi milenial, maka apakah ke lima orang stafsus lainnya masih kuat bertahan berada disamping Jokowi dengan harapan dan target yang di mimpikan oleh Presiden hingga tahun 2024?

Yupiter Gulo, 24 April 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun